Monday, February 14, 2011

(102) Saya dan Lipstik



Tiba tiba teringat betapa tidak "wanita"nya diriku ini. Sebelum ke bakudapa blogger maluku kemaren, saya main ke rumahnya tante yang letaknya tidak jauh dari lokasi. Waktu mau pergi, saya sempat mengoleskan lipstik di bibir yang warnanya sangat muda, seperti warna bibir jadi tidak terlalu terlihat. Saat itulah, saya diprotes oleh dua adiknya Ibu. Katanya, saya sudah besar, sudah gak zaman pakai lipstik warna bibir, harus pake yang berwarna, yang memang kelihatan warnanya. Awalnya saya menolak, namun karena terus dipaksa dan bahkan tante mengambil lipstiknya sendiri dan berwarna, saya lantas didandaninya, maksudnya cuma dipakaikan lipstik berwarnanya itu.

Tapi kok setelah itu bibir rasanya tebal dan berat. Sangat tidak nyaman. Mau menghilangkan tapi telinga saya sudah dipenuhi ceramah mengenai bagaimana wanita dewasa harus tampil. Hadeeeh... ribet jaya. Maka pergilah saya dengan bibir yang berwarna.

Tapi dalam perjalanan, rasa-rasanya kok semakin tidak karuan. Pede saya langsung jeblok hingga titik minus. Ditambah lagi dengan bayangan akan digoda oleh anak anak Arumbai yang tak pernah melihatku seperti itu. Tidak, saya tidak memilih resiko diketawai Arumbai. Dan dengan tissue yang ada, lipstik itu pun saya hapus. Entah kalau tante-tante tau, kena ceramah jilid dua deh.

Lalu sepulang itu saya mikir, kenapa saya masih saja tidak bisa memakai lipstik dengan baik dan benar, secara teknik maupun secara perasaan. Kok saya masih saja tidak nyaman. Bukankah saya wanita? Saya liat wanita-wanita lain kok ya baik-baik saja, pede pede, cantik pula.

Eby.. eby... dandan gak bisa, masak gak bisa. trus bisanya apa hai wanita?

gambar dari sini

4 comments:

  1. Baru baca posting ini... dan ente bisa bayangkan reaksi ane macam apa?? kalo ketawa sih ga yah.. tapi paleng mangap selama kopdar kali yah dan pasti jadi posting menarik *kabur*

    ReplyDelete
  2. justru karena ana tau ale dong bakal bagitu, ana langsung hapus. kamong tu seng bisa bikin beta semangat jadi wanita sadiki ka...

    ReplyDelete
  3. haaaa??? bukannya Buku memasak itu sudah jadi bukti? dan bukti pulak kalo itu belom pica dari plastiknya hhiihihi

    ReplyDelete
  4. yang penting sudah ada niatnya kan?

    ReplyDelete