Wednesday, September 06, 2006

Marah Itu mudah, Tapi.....

Tadi pagi ada seorang muridku yang marah-marah sama teman sekelasnya karena GELANGnya yang dibuat mainan. (padahal dia yang ceroboh karena gelang itu terlepas sendiri dari tangannya). Kemarin aku lihat seorang ibu marah-marah sama anaknya karena anaknya JATUH. Aku pernah dimarahi sama bapak di loket kampus karena bayar SPP sudah jam 2 (padahal jam 2 masih jam kantor, mungkin beliau sudah ngantuk kali ya). Ada juga teman kos yang langsung ambil sikap diam seribu bahasa hanya karena teman kos yang lain dengan seenaknya mengganti channel TV. Trus juga, seorang supir yang marah-marah gak jelas sama penumpang yang gak mau naik mobilnya karena sudah terlihat penuh dan si calon penumpang enggan berdesakan (padahal haknya juga kan mau naik ato tidak). Juga seorang bapak yang marah-marah karena dipipisi sama anak kandungnya sendiri (emang si bayi tau apa gimana minta izin ke toilet).

Banyak kejadian yang terjadi di sekitar kita. Orang-orang atau bahkan kita sendiri pernah marah, jengkel hanya karena alasan-alasan kecil. alasan-alasan yang selalu bisa dikompromikan dengan cara lebih baik. Persahabatan yang harus berakhir karena perbedaan sepele, komitmen yang tiba-tiba hancur karena kesalahpahaman yang tidak seharusnya terjadi. Keegoisan, atas nama itulah, orang-orang kemudian merasa harus marah.

Apakah marah itu salah? Apakah marah itu berdosa?

Tidak, marah bukan kesalahan. Lantas?
Perasaan marah adalah salah satu perasaan yang Alah hadirkan untuk kita, dan itu sah-sah saja. Tidak ada yang salah dengan marah. Sahabat Abu Bakar pernah marah, sahabat Umar pernah marah ketika mengetahui Hafsah, anaknya yang juga istri Rasulullah meminta harta dunia dari Rasulullah. Abu Bakar marah ketika kaum muslimin meninggalkan zakat sepeninggal Rasulullah. Sejatinya, marah bukan kesalahan tapi alasan kita untuk marah, itulah yang penting. Yang kita pertahankan itu apa? Yang kita debatkan itu apa? Dan bagaimana cara kita berdebat, itu yang perlu digarisbawahi.

Marah itu mudah. Tapi marah kepada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah (Aristoteles dalam The Nicomachean Ethics)

5 comments:

  1. jadi teringat kejadian jum'at kemarin .. >_<. Marah-marah sama murid mpe nyuruh keluar .. hiks..hiks.. nyesel banged >_<..
    masih belum bisa mengontrol marah >_<

    ReplyDelete
  2. Iya, aku juga pernah emosi banget waktu berhadapan sama murid. Tapi gak saya suruh keluar, malah saya yang keluar nenangin diri 10 menit di ruang guru, habisnya pengen marah tapi gak mau, jadinya ya nangis di ruang guru. Malu juga sih kalo inget :-)

    ReplyDelete
  3. Nanya dong .. hehehe, Mbak Hamida dah berapa tahun ngajar ??

    ReplyDelete
  4. Anonymous6:53 PM

    sip...sip...setuju! kadang kemarahan itu timbul karena kita merasakan kecewa kpada orang lain, atau mungkin orang lain ga ngerti2 juga maksud kita...*_*

    mba..pic nya bikin terharu, kirain sungkeman acara walimahan, bener ga? he..he....

    ReplyDelete
  5. Kalo ngajar resmi di sekolah (SMK) sih baru masuk 3 bulan. Tapi kalo ngitungnya sejak berinteraksi dengan sesama mahasiswa, sudah sejak pertengahan 2003.

    Profil ya? itu pic pas idul fitri tahun 2003. dalem banget soalnya kayaknya lagi buat salah yang gedheeee banget.

    ReplyDelete