Wednesday, November 29, 2006

GerIMIs LaGi...kisah sebuah ukhuwah

Terpekur sendiri di ruang PLC sekolah, memandangi monitor tanpa tau harus menulis apa. Begitu banyak kata-kata yang bermunculan di benakku tapi aku tak kuasa menuliskannya.

Hatiku sedang gerimis. Pergi lagi seorang teman pagi ini dan aku merindukannya. Tak bisa kulihat punggungnya saat ia berbalik. Tak bisa dan tak ingin agar memori kepergiannya tak pernah ada.

4 tahun yang lalu, ia tiba-tiba saja muncul dalam hidupku. Mengajakku meniti jalan Allah dengan lebih baik. Bersama menguak keajaiban hidup dan merasakan nikmatnya ukhuwah, salah satu kenikmatan surga.

4 tahun sudah ia mengisi hidupku. Saat senyum, saat tawa, saat menangis, saat marah, saat lelah, saat futur, saat bersemangat, saat kecewa, saat saat sakit bahkan saat lapar, she is always there.

4 tahun sudah, tapi memori tentangnya begitu banyak dan semua indah. Saat ia ikut berkeringat denganku ngangkat-ngangkat barang pas boyongan kos, saat badanku dipijet sewaktu kelelahan, saat sup buatannya menghangatkan aku kala sakit, saat tubuhku digendongnya ketika tak kuat berdiri, saat bahunya ia berikan kala duka menerpa, saat jemarinya menghapus airmataku, saat membelai rambutku ketika berbaring lemah, saat cerita-cerita lucu mengalir kala tau aku butuh tersenyum, saat tertawa mendengar cerita-ceritaku, saat memegang tanganku kala tersesat, saat membantuku keluar dari jalan buntu, saat mendengar emosi-emosiku meledak keluar dan ia hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum, saat pendapatku terasa begitu penting untuknya, saat kumaknai semangat serta keteguhannya menjalankan amanah, saat kupelajari totalitasnya dalam bekerja, saat kupelajari betapa ukhuwah yang tulus itu benar-benar ada karena ia bukti nyatanya, saat begitu banyak kisah ajaib dalam hidup kulewati bersamanya.

Dan kini,
Ia pergi untuk satu tujuannya yang lain. Ia memang harus kembali. Disana, ia lebih dibutuhkan, bukan cuma keluarganya tapi juga masyarakat di sekitarnya, dakwah Islam Kalimantan menanti semangatnya untuk bergabung. Berat rasanya melepas tapi kupahami bahwa pertemuan dan perpisahan adalah keniscayaan. Suatu saat, setiap kita memang harus berpisah dengan yang kita cintai, untuk sebuah pertemuan agung dengan cinta sebenarnya, ALLAH SWT.

Semalam saat ia datang untuk pamitan, I cant see her eyes. Gemuruh hati ini menahanku untuk tidak banyak bicara. Secepat inikah aku harus kehilangannya? Tidak, aku tak mau ia melihatku menangis. Kuhargai keputusannya dan kudukung dengan seluruh hatiku. Saat ia pulang, I cant stand it anymore. Jatuh, terhempas, mendung yang sejak tadi kutahan akhirnya hujan juga, badai dan banjir. No, I still have chance to let her know that I love her so much.

Selepas subuh, kudatangi ia di kosnya. Kami bercerita seakan tak akan ada lagi cerita setelah itu. Kami tertawa seperti tak akan ada lagi tawa. Senyum itu, tawa itu, suara itu, omelan plus teguran berbungkus kelembutan, akankah kudengar lagi? Kupandangi habis seluruh wajahnya hingga mataku penuh dengan wajah indah itu. Kusayangi engkau karena Allah, bisikku dalam hati. Tak bisa ia dengar tapi aku tau, bisa ia rasakan. Karena aku tau, ia juga menyayangiku, mencintaiku. Cinta kami tak perlu diungkapkan, karena kami sudah merasakannya, lama, dalam.

Ukhti, anti menghuni satu kamar di jiwaku. Setelah anti pergi nanti, pintu kamar itu ana tutup agar tak ada orang lain yang masuk. Pintu itu hanya punya dua kunci. Satu kupegang, agar saat kumerindukanmu, aku akan masuk, duduk di pojok kamar itu dan mengenangmu disana. Satu kunci lagi kau bawa. Datanglah kapanpun kau ingin. Itu kamarmu.

Ukhti, terimakasih untuk selalu ada 4 tahun ini untukku
Terimakasih telah ikut memberi jejak dalam hidupku
Terimakasih atas kisah-kisah ajaib yang kita lewati bersama
Anti adalah satu kisah cinta ana yang tak pernah berakhir. Fisik kita berjauhan, tapi dua hati ini telah menyatu
Selamat berjuang di kampung halaman
Aku akan merindukanmu, sangat
Letakkan aku di ruang hatimu yang paling sederhana, agar jarang kau ingat, tapi tak pernah kau lupa.

Kudaratkan kecupan di kedua pipi dan keningmu sebagai akhir pertemuan fisik kita. Saat itu, hati kita begitu dekat, hatimu pasti bisa dengar jiwaku berteriak kalau aku mencintaimu, benar-benar mencintaimu karena Allah.
Ajaib, begitulah kau untukku. Pergilah ukhti, kau insyaAllah akan semakin menjadi ajaib disana. Kuyakin

Nb : jangan nolak ya jadi supplier kayu kalimantan kalo aku dapat proyek di Ambon, who knows? 

No comments:

Post a Comment