Saturday, November 25, 2006

Lembaran Hitam? Gak, Bukan!!! Ada cahaya Perak di Balik Gelapnya Awan

Bismillah

Perjalanan ini berhenti di titik 05.45 am
Setiap perjalanan ada tempat peristirahatan dan ada tempat untuk benar-benar berhenti. Kali ini, perjalanan ini benar-benar berhenti setelah sempat beberapa kali beristirahat

Lembaran Hitam?
Benarkah perjalanan ini adalah lembaran hitam kehidupanku?
Tidak, aku tidak merasa itu lembaran hitam. Bagaimana bisa aku memaknai sebuah episode kehidupan yang di dalamnya ada kepingan pelajaran-pelajaran sebagai sebuah lembaran hitam? Ini adalah kepingan puzzle dari serangkaian puzzle raksasa yang pada akhirnya membentukku menjadi seorang yang lebih baik, lebih bisa memaknai hidup dan menjalaninya dengan indah.

Banyak hal yang tidak terjadi sesuai dengan apa yang kita perkirakan. Ini satu bukti lagi bahwa di belakang semua hal, setiap hal, ada Sesuatu yang mengatur dengan begitu indah. Mungkin saja pada saatnya, kita tidak bisa memaknai dengan tepat. Tapi, waktu akan membuat pikiran dan perasaan berubah dan merubah sudut padang kita hingga kita bisa berteriak :Wow, inilah rahasia Allah itu. Sampai juga aku di titik ini”. Ya, suatu hari nanti

Dalam bilangan hari-hariku, tidak semua hal berjalan sesuai yang aku inginkan atau aku prediksikan. Ada pula hal-hal yang terjadi yang begitu jauh dari dugaan, terjadi begitu saja dan tak ada pilihan lain selain menerima. Mengushakan sesuatu, aku yakin selalu ada saja hikmah dan amal. Sesuatu yang baik tentu saja

Aku sering bilang ke orang-orang, perjuangkanlah sesuatu yang kau yakini, perjuangkanlah bukan karena kau harus tapi karena kau ingin, karena it will give you more power, different strength. Biasanya ada 4 faktor yang kupikirkan ketika aku harus melakukan atau memperjuangkan sesuatu
1.Apakah sesuatu itu benar-benar aku inginkan, dan aku yakini benar keinginanku memilikinya?
2.Apakah sesuatu itu boleh untuk aku?
3.Apakah sesuatu itu tidak ingin kumiliki tapi orang lain yang menginginkanku memilikinya?
4.Apakah sesuatu itu benar-benar tidak kuinginkan?

Kalo kontemplasiku menemukan hasil, barulah kutentukan apa yang harus kulakukan. Jikalau opsi pertama sebagai jawabannya, maka aku akan benar-benar memperjuangkannya. Pintu satu ditutup, kutempuh pintu lain. Jalan yang satu buntu, aku cari jalan lain. Bahkan ketika jalan itu tidak ada, akan kubuat jalanku sendiri mencapainya. Hingga ketika Allah memutuskan takdirNYA setelah setiap usaha kulakukan, maka berdamailah aku dengan takdir.

Jika opsi kedua adalah jawabannya, maka aku tidak akan muncul menjadi orang yang ngoyo. Sama aja kayak aku ditanya kamu suka gak sama tar labu. Jawabanku bukan suka dan tidak, tapi kalo tar labu ada, aku makan, gak ada, aku gak akan cari. For this condition, i accept everything.

Opsi ketiga, aku akan menjalaninya selama orang yang menginginkannya adalah orang yang berarti dalam hidupku. Selama ini yang banyak terjadi adalah opsi ketiga. Orang tua, keluarga, yang menyayangiku kemudian menginginkan aku melakukan atau bahkan menjadi sesuatu, i will do that. Kayak pilihan ke STM selepas SMP, sebenarnya bukan gua banget. Gak pernah terpikirkan akan sekolah di STM, tapi karena my mother want me to, kuputuskan membuang diriku dalam kawah candradimuka itu. Hingga ternyata kutemukan dunia lain, dunia yang penuh warna, dan aku jatuh cinta pada dunia itu. Selain itu, melihat orang tuaku bahagia, juga jelas ada bahagia dalam hatiku.

Jika opsi keempat, MAAF, tidak akan kulakukan. Tidak akan kuperjuangkan

Perjalanan yang baru saja kutuntaskan ini, sebenarnya belum kutemukan opsi keberapa sebenarnya ini. Tapi Allah yang Maha Besar telah menunjukkannya padaku untuk berhenti saja. Paling tidak, telah ada kejelasan dari perjalanan yang kulakukan ini.

Sampai disini, rasanya kayak aku sedang di pinggir jalan nunggu lyn untuk membawaku ke tempat tujuan. Begitu lyn kosong itu terlihat di kejauhan, segera kuberhentikan tapi lyn itu tetap jalan. Sopirnya gak lihat keberadaanku di pinggir jalan.
”Oke, bukan rezekiku dan juga bukan rezekinya.” Kuambil buku dalam tasku dan mulai membacanya sambil sesekali mengangkat kepala melihat kalau-kalau ada lyn yang lewat lagi.

Gak perlu kan aku mempertanyakan kenapa sopir lyn itu tidak melihatku di pinggir jalan? Gak perlu juga aku lari mengejar lyn itu. Tenanglah, ada lyn lain yang akan datang dan kunaiki kemudian sambil duduk manis melanjutkan bacaan sambil sesekali menanyakan kabar pak sopir hingga sampailah aku di tujuan.

Terimakasih Allah, aku baik-baik saja.
Terimakasih Allah, atas setiap rahasiaMu yang kau atur dalam hidupku, manjadikan setiap episode menjadi batu bata penyusun diriku hingga tiba saatnya nanti aku berdiri di hadapanMU sebagai hambaMU yang mampu belajar memaknai setiap gugurnya daun, setiap hempasan ombak di karang, setiap semilir angin yang menerpa jubah serta kerudungku dan memaknai setiap bulir air mata, keringat, senyum dan tawa yang kualami, insyaAllah

Teman, kuharap engkau baik-baik saja. Kuikhlaskan yang kau ingin aku ikhlaskan dan kupinta keikhlasanmu atas kekhilafanku yang tak terhitung. Ukhuwah ini indah.

No comments:

Post a Comment