Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un.
Sekarang jam 5 sore dan dua hari ni dua orang yang kukenal dipanggil Allah. setelah semalam, seorang abang sepupu meninggal, tadi siang jam 2, tetangga sebelah rumah yang dipanggil. Yang menyita perhatian dan pikiranku dalam peristiwa ini adalah kenyataan bahwa memang siapapun bisa dipanggil kapanpun. Kita tidak pernah tau. Aku masih punya kenangan dengan abang cai 4 hari yang lalu. Saat itu kami sama-sama dalam perjalanan dari Luhu (desanya nenek) ke Ambon. Dalam perjalanan itu, abang cai yang membantuku naik ke motor laut. Abang juga yang jagain 2 kartonku. Abang juga yang membantuku turun saat tiba di pelabuhan di saat aku takut jatuh, gak bisa turun. Tak kusangka di usia semuda itu, hanya 2 tahun di atasku, Allah telah memanggilnya.
Poin lainnya adalah bagaimana cara kita dipanggil, juga bagaimana kita mempersiapkan obrolan apa yang dibincangkan yang masih hidup tentang kita semasa kita hidup.
Disaat kita masih diberi umur panjang seperti ini, bukanlah kesia-siaan yang kita lakukan. Seharusnya begitu banyak kebaikan yang berserakan yang bisa kita kumpulkan, bisa kita kerjakan. Kita jadikan diri kita sebangai hujan yang meneduhkan saudara di saat panas. Kita jadi angin bagi saudara yang membutuhkan angin. Kita jadi selimut saat saudara kita butuh hangat. Kita jadi ember saat saudara kita ingin menumpahkan air mata. Kita jadi apapun yang bermanfaat bagi setiap orang di sekitar kita. Sehingga ketika tiba saat kita dipangggil, kebaikanlah yang manusia kenang dari kita. Doa-doa merekalah yang akan tulus mengalir mendoakan jenazah kita yang telah terbujur kaku. Semoga
No comments:
Post a Comment