Monday, August 21, 2006

Mujahidku, Kau Dimana?

“Keyakinan yang harus dibangun adalah pasangan hidup sudah digariskan oleh Allah. Tapi perjalanan ketemunya mungkin panjang, berliku, mendaki, atau bahkan sederhana & tidak jauh2. Yang pasti semua penantian itu indah jika dilandasi dengan kesabaran & kepasrahan pada Allah. Allah tidak akan salah memilihkan pasangan hidup bagi kita. Harus diakui, burung akan terbang lebih tinggi jika bersayap lengkap. Tapi jika sayap kita belum juga utuh, yang harus kita lakukan adalah mencoba terbang setinggi dan semampu kita bisa hingga ada sayap lain datang melengkapi. Jadi yang terpenting adalah mengisi waktu sendiri untuk hal yang berarti, bermanfaat & mencoba sebisa mungkin menjadi manusia yang bermanfaat di setiap kehadirannya. Penantian panjang pasti berakhir jk qta mampu menikmati semuanya dengan senyum kesabaran”

Dimanakah satu hati itu? Yang dengannya aku bisa berbagi beban, bisa berbagi ruang jiwa. Entah dimana, tapi aku yakin, Allah sedang menyimpannya untukku di suatu tempat, di belahan bumi dakwah yang lain. Allah hanya sedang mempersiapkan diriku dan dirinya hingga pada waktunya nanti, ia akan datang dengan segala kesiapan dan kematangan menyandingku, membawaku menempati sebelah sisi rumah jiwanya hanya padaku saja.

Mujahidku, siapapun engkau, dimanapun engkau, tetaplah berada di jalan dakwah yang indah ini, tetaplah di jalan tarbiyah yang akan mempertemukan kita. Mempertemukan dua juru nasihat, dua pemberi peringatan, dua orang yang senantiasa optimis dalam hidupnya, dua pembaru, dua aktivis, dua ustadz, dua pejuang, dua pemimpin umat dan dua lain-lainnya.

Kita akan jadikan rumah kita sebagai amunisi dakwah. Tempat dimana para mujahid mujahidah, ruhul jaddid, pedang-pedangnya Allah terlahir dan dibesarkan. Aku akan jadi ibu yang terbaik untuk mereka dan kau akan menjadi pelindung terhebat bagi kami. Deal with me?

Dan aku, doakan aku juga. Agar senantiasa menjaga kesucian ini hingga hanya untukmu kupersembahkan. Kelak, jika rumah jiwamu telah kau percayakan untuk aku sebagai ratu, maka itulah saatnya kita saling menarbiyah diri kita. Ingatkan aku atas salahku, dan aku akan jadi yang pertama mengingatkan lalaimu. Aku akan disini, menantimu datang, mengajakku meniti jalan Ilahi, mengajakku berpartner mengayuh perahu hingga ke tepian, SURGA. Jika kelak telah kau percayakan sayapku untuk melengkapimu, dan menawarkan sayapmu untuk melengkapi sayapku, maka kita akan terbang tinggi hingga pintu surga kita capai, insyaAllah.

Mujahidku, apa yang sedang kau cari saat ini hingga membuatmu belum menemuiku? Rupiahkah yang masih kau kumpulkan? Berapa banyak yang kau cari? Ekonomi apa yang ingin kau bangun bersamaku? Bagiku, tak soal berapa rupiah yang kau punya, yang penting ada engkau di sisiku, cukup. Karena dengan keihklasanlah kita akan jalani bahtera itu. Berapapun yang kau punya, yang penting bukan dari yang tak bisa kau pertanggungjawabkan datangnya.

Atau amanahmukah yang membuatmu belum menjumpaiku? Seberapa berat amanah itu? Aku ingin menemanimu menjalankan amanah itu. Aku ingin membersamaimu memikul amanah itu agar segala berat bisa kau bagi bersamaku, agar amanah2 itu bisa kau tuntaskan dan agar ada lagi amanah2 lain yang akan kita kerjakan bersama hingga menjadi pemberat kita di hari akhir nanti.

Dimanapun engkau mujahidku, aku yakin Allah tengah mempersiapkan waktu dan cara yang indah untuk pertemuan kita. Saat ini, marilah berlomba-loma memperbaiki diri, karena bunga yang istimewa hanya untuk yang istimewa. Maka mari kita sama-sama menjadikan diri kita istimewa hingga tiba saaatnya nanti, kita songsong mitsaqon Ghalidzo itu dengan penuuh keberkahan. Siapapun engkau yang Allah siapkan untukku, kutahu Allah punya rencana indah, terbaik untukku dan juga untukmu.

@aku adalah seekor lumba-lumba di lautan tarbiyah, berharap mendapatkan mujahid yang akan mempercantik gerakan-gerakan dan lompatan. Tidak memasung apalagi mematikan@

No comments:

Post a Comment