Wednesday, August 16, 2006

Rindu Untuk Ibu

Beberapa hari ini aku kangen banget sama ibuku, wanita yang dari rahim agungnya aku terlahir. Dalam pikiranku tak pernah lepas bayang wajah ibu. Saat ini, ia sedang terluka, hatinya aku tahu sedang terkoyak. Bukan ia yang memberitahuku, ia tak pernah memberitahukan kesedihannya padaku, karena ia selalu bisa melewatinya sendiri. Wanita tangguh yang ada di muka bumi ini begitu luar biasa. Seseorang memberitahuku tentang kesedihannya, dan akhirnya ia menyesalinya karena ternyata ibu berpesan untuk tidak memberitahukan padaku.

Ibu selalu begitu. Ia tak pernah ingin membuatku ikut dalam masalahnya. Ia selalu terbuka dengan bahagianya, dengan susahnya, tapi dengan lukanya? Ia tak pernah berbagi luka karena ia tak mau aku ikut terluka. Tak salah jika aku menganggapnya malaikat dalam hidupku.

Saat ini, sayap itu tengah terluka, teriris begitu dalam hingga mungkin akan patah. Tapi pemilik sayap itu selalu punya sayap lain, yang ia siapkan untuk kami, anak2nya, jadikan sebagai tempat berlindung yang nyaman. Berlindung dari peliknya permasalahan, berlindung dari sengatnya cobaan. Tempat ternyaman bagiku di dunia ini adalah dalam pelukan ibu. Masih kuingat dan kurasakan bagaimana hangatnya ada di balik pelukannya, dipenuhi aroma tubuhnya, menciumi setiap kulitnya, dan aku pun melayang ke langit dan tak ingin kembali.

Kini, ia tengah terhempas dalam sakit. Tapi keteguhannya tak terkalahkan bagai batu karang yang tetap kokoh di tengah lautan. Aku ingin bersamanya, berbagi kekuatan. Aku ingin memegang tangannya, menciumi tangan itu dengan sepenuh jiwaku, dan mengatakan padanya “Bu, semua akan baik-baik saja. Ibu punya Allah, ibu juga punya eby, dan itu cukup bagi ibu”. Tapi , aku tak bisa mengatakannya karena ia tak ingin aku ikut terluka.

Ibuku, wanita yang tak akan pernah habis cerita tentangnya, tak akan pernah usai lukisan kecantikannya. Ibu, aku hanya punya cinta. Yang tetap saja tidak sebanding dengan cintamu. Tidak mampu menggantikan peluh dan air matamu

Ibu, aku hanya punya doa. Memasukkanmu dalam relung hati saat doa terlantunkan. MemintaNYA menjagamu.

Ibu, ketegaranmu bagai oase dalam hidupku. Air matamu adalah pelecutku, senyummu adalah napas kehidupanku

Ibu, hati ini telah penuh dengan namamu, hingga berlubang hati ini merindukanmu
Allah, kutitip ibuku, karena Engkaulah sebaik-baiknya penjaga.

@Dalam keheningan malam, saat rindu ini tak terbendung lagi@

No comments:

Post a Comment