Sunday, August 13, 2006

Haruskah Aku Menangis?

Tak bisa kutahan perasaan pagi ini. Hatiku sesak berisikan sebuah puzzle raksasa kepingan bernama KECEWA. Seseorang yang selama ini kubanggakan, pahlawan dalam hidupku, kini ia pula yang melemparku jauh dalam kekecewaan.

Serasa tubuh ini diangkat setinggi-tingginya, kemudian dilemparkan begitu keras ke sebuah gurun bernama GURUN KEKECEWAAN, justru oleh orang yang tidak pernah mengecewakanku selama ini dan kupikir akan selamanya begitu sampai aku atau ia menutup mata. Meninggalkanku disana tanpa ada perbekalan walau hanya setitik air. Tak kupercaya ini terjadi dalam hidupku. Begitu banyak yang terjadi, banyak hal yang sudah kulalui. Satu persatu kubenahi, mencoba melihat dari sisi yang lain setiap permasalahan, mencoba merubah arah sayapku ketika angin kehidupan menggoyangkan hidupku. Tapi, kali ini, sisi apa yang harus kubenarkan? Alasan apa yang bisa kuterima? Tidak, aku tidak bisa menerimanya. Untuk alasan apapun, aku dan orang-orang yang kucintai tidak bisa menerima ini. Tidak kupercaya. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Tidak, aku tidak ingin mempercayainya. Allah, mengapa ini terjadi? Kenapa ini terjadi? Allah, bukan ku menolak, kuhanya pinta kekuatan KAU alirkan untuk kami.

Aku masih ingin menganggap ia pelitaku, hadiah terbesar Allah untukku, masih ingin menganggap ia-lah napasku. Tapi apa aku masih punya alasan untuk itu? keyakinanku tidak sekuat dulu lagi. Oke, aku akan fair. Aku tetap harus mendengar penjelasannya terlebih dahulu. After that, we will see, apa ia masih pelitaku yang terang benderang, ataukah ia telah menjadi pelita yang meredup bahkan mati.

Buat yang juga sakit, Allah tidak akan menguji kita di luar kemampuan kita. Bahu ini, tempat untuk kalian menangis. Dan jangan mengira aku tak punya hati jika tak ada air mata. Bukan aku tidak punya empati, Saat ini, ia tak pantas mendapatkan air mataku. No matter what, I am with all of you.

3 comments:

  1. Anonymous10:29 PM

    Mbak eby, ada apa? aku gak tahu mbak kenapa, yang aku tau mbak pasti bisa setangguh karang, seperti yang selama ini aku lihat. Itu juga kan yang selalu mbak minta dari kami, jadi akhwat yang tangguh. Aku kangen, mbak. Bentar lagi aku balik SBY, dibawain pudak mau kan?
    Ana uhibbuki fillah

    ReplyDelete
  2. Semoga Allah mencintaimu karena kau telah mencintaiku karenaNYA.
    Mbak gak apa-apa dek. Cepetan balik ya. Teman2 kangen tuh, mbak juga. Sering2 mampir dan ngomentari blog mbak ya...
    Salam ke ibu bapak

    ReplyDelete