Saturday, December 23, 2006

Hatimu Ibu, Kuburku Yang Sebenarnya

Pada suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur, yang sedang menyiapkan makan malam. Ia menyerahkan selembar kertas yang selesai ditulisnya. Setelah ibunya mengeringkan tangannya dengan celemek, ia membacanya dan inilah tulisan si anak,

Untuk memotong rumput minggu ini 7500
Untuk membersihkan kamar 5000
Untuk rapor yang bagus 25000
Untuk ke toko Ibu menggantikan Ibu 10000
Untuk menjaga adik 5000
Untuk Membersihkan halaman 12500
Untuk membuang sampah tiap hari 15000
Total Utang Ibu 80000

Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai kenangan telintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian ia mengambil bolpen, membalikkan kertasnya, dan menulis

Untuk sembilan mengandung kamu.....Gratis
Untuk setiap malam menemani, mengobati dan mendoakan kamu.....Gratis
Untuk semua takut dan rasa cemas atas dirimu....Gratis
Untuk mainan, baju, makanan, dan menyeka hidungmu.....Gratis
Anakku..Dan kalau kau hitung jumlah cinta sejati Ibu...GRATIS

Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata, “Ibu, aku sayang sekali pada Ibu”.

Dan kemudian ia mengambil bolpen dan menulis dengan huruf besar-besar, “LUNAS”

Ilustrasi di atas mungkin sudah sering saya dan anda dengar. Tapi, benarkah saya dan anda sudah benar-benar bisa mengambil ibrohnya? Mungkin saya dan anda selama ini juga bersikap seperti anak kecil itu. Minta dihargai, minta diberi pamrih atas kebaikan yang kita perbuat untuk ibu kita. Mungkin tidak seekstrim dengan rupiah itu, namun kadang muncul perasaan bahwa kita sudah terlalu baik pada ibu kita, sehingga hal itu berarti ibu sudah berhutang budi banyak pada kita.

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS Luqman : 15)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil” “ (QS Al Isra : 23-24)

Begitu banyak ayat dalam Al-Quran dan juga hadits yang mengajarkan kita pentingnya orang tua dalam sejarah panjang perjalanan hidup kita.
Cinta abadi yang tak akan pernah terbayar sebesar apapun upaya kita membalasnya. Kesalahan besar kalau kita menganggap upaya kita berbuat baik adalah balas budi kita kepada ibu. Cinta yang kita berikan kepada ibu adaah cinta yang berbeda dengan yang kita terima. Ibu tak pernah mengharap apapun dari kita seumur hidupnya. Sementara kita, dengan sedikit yang kita lakukan, seolah-olah kita sudah membayar apa yang pernah ibu berikan.

Wallahi, setetes air susu ibu pun tak akan pernah terbalas. Air mata, keringat dan darah yang ia persembahkan untuk kita tak akan pernah bisa dinilai oleh perbuatan kita, apapun, apatah lagi jika kita malah tidak berbuat apa-apa. Untuk menghadirkan kita ke muka bumi, ia membagi separuh nyawanya. Bahkan ketika emas sebesar gunung Uhud kita persembahkan pun, pemberian Ibu masih lebih besar dari itu.


Ibuku, perempuan terbaik dalam hidupku. Bidadari yang dikirim Allah untuk menemaniku. Malaikat penjagaku yang setia hingga akhir menyertai jalanku. Sungguh, tak akan pernah sebanding isi dunia ini dengan kasih sayangmu yang melimpah, menghujaniku, membuatku berenang dan tenggelam didalamnya.

Ingin rasanya segera bersimpuh di kakimu, mempersembahkan seluruh hidupku untukmu, mencumbu mesra surga di kakimu.
Ibu, hatimu adalah rumahku untuk kembali. Terimakasih atas segala kepercayaanmu walaupun berulang kali mengecewakan. Terimakasih atas keyakinannya akan pilihan-pilihanku. Terimakasih telah menjadi semangat terbesarku. Tak kubayangkan hidup tanpamu.
Hatimu, tempat terhangat untukku. Pelukanmu, tempat ternyaman untukku.

Ibu, alangkah jauhnya Ambon
Meski tanpa tali temali, engkau tetap tambatan
Dan kalau malang, perahuku karam
Kuyakin hatimu, ibu,
Adalah kuburku yang sebenarnya
(Sastrawan yang kulupa)

Persembahan untuk seluruh ibu di dunia terkhusus Ibu Waliulu
Happy Mother’s Day

No comments:

Post a Comment