Menatap bundel Laporan PertanggungJawaban itu, hati saya rasanya bercampur. Inikah akhirnya? Selesai sudahkah? Saat inikah saya harus melepasnya? Apa saya bisa bertahan tanpanya?
Bukan hal yang mudah untuk saya. 3 tahun lebih saya berkenalan dengannya, bersahabat dan menjadi bagian darinya. Posisi indah ia tempati di salah satu pojok hati saya. Ternyata, kini saya harus melepasnya. Bukan, ia yang melepas saya karena ia akan lebih besar dengan sentuhan hamba-hamba Allah yang lebih baik dan luar biasa dari saya.
Rasa yang bercampur dalam diri melempar saya ke 3 tahun kehidupan saya terakhir. Oow, kenapa saya jadi menangis hingga tak kuasa mau bercerita apa tentang 3 tahun yang ajaib ini. 3 tahun cukup membuat saya untuk jatuh cinta padanya bahkan sejak bulan-bulan pertama mengenalnya, saya sudah merasakan cinta itu.
Bersamanya banyak kisah ajaib terlewati. Kisah penuh tawa, juga kisah penuh tangis, maupun kisah berdarah berkeringat dan terengah-engah. Bersamanya saya pernah merasakan segala macam rasa yang Allah berikan kepada hambaNYA bernama manusia. Ada saat dimana saya merasa begitu bahagia bersamanya, tak jarang pula saya merasa ingin pergi saja darinya. Saat saya sedih karena ia sedang bersedih, pun saat saya begitu marah dengan orang-orang yang menyakiti dan mempermainkannya padahal mengaku mencintainya. Pernah pula berprasangka pada mereka yang caranya tak sama dengan saya membahagiakannya. Gelisah memikirkannya, rindu jika ia lama tak memberi kabar, sakit kala ada yang menyakitinya, cemas ketika ada yang meragukannya, bahkan pula ketika justru ia yang kecewa pada saya karena tak bisa memberikan yang terbaik untuknya. Maafkan saya
Ia mengajariku banyak hal. Saya berkenalan dengan banyak orang yang juga mengenalnya bahkan mencintainya. Kami kemudian bersama-sama mencoba memberikan sedikit yang kami punya asalkan ia bahagia. Saya begitu menyayanginya dan saya pun tahu ia menyayangiku. Ia memang tak pernah mengatakannya tapi dengan segala yang saya terima karena bersahabat dengannya cukup menjadi bukti cintanya pada saya. Betapapun saya mencintainya, saya merasa tidak lebih besar dari cintanya padaku. Pasalnya, hingga dekatnya waktu kami berpisah, saya belum memberi banyak sementara begitu banyak cinta yang kudapat dari orang-orang yang mencintainya karena saya mencintainya.
Begitu banyak yang berputar saat ini di dalam benak saya, hanya saja saya tak kuasa menuliskannya. Saya sulit mencari kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan indah yang saya miliki karena bisa bersamanya dan juga sulit mencari kata-kata mengekspresikan sedih yang saat ini saya rasa. Yang saya tahu, SAYA MENCINTAINYA. Itu saja
KMBI, Komunitas Muda Baitul Izzah, itulah namanya. Banyak cinta disebar disini. Cinta pada Allah, cinta karena Allah. Rasa cinta yang saya miliki untuknya saya rasakan hingga sumsum tulang belakang.
Hari ini, telah saya tuntaskan pertanggung jawaban cinta saya untuknya di hadapan orang-orang yang juga mencintainya dan yang mulai mencintainya dan akan menggantikan saya mencoba membahagiakan Allah bersamanya.
Sadar sesadar-sadarnya bahwa ini memang pembelaan saya yang terakhir dihadapan manusia. Kegagalan yang saya sembunyikan dibalik minimnya fasilitas, kurangnya kader dan masih banyak pleidoi lain. Dasar manusia. Sebegitu sombong hingga mau menerima amanah yang bahkan ditolak oleh gunung. Tapi ada satu pengadilan yang lebih besar, lebih adil dan tak bisa lagi memakai keahlian beralasan, pengadilan akhirat dimana hanya ada saya dan Allah. Apa yang harus saya katakan? Apa yang bisa saya katakan?
Di satu halaman LPJ, hati saya bergetar membacanya. Dan getaran itu menjalar hebat saat suara saudara Ketua yang bergetar menggema memenuhi ruangan membaca kalimat penutup LPJnya :
”KEJAHATAN HANYA BISA MENANG JIKA ORANG-ORANG BAIK SEPERTI ANTUM TIDAK BERBUAT APA-APA”
Apa saya termasuk ”ANTUM” dalam kalimat tadi?
Ingin rasanya menjadi salah satu dari sekian "ANTUM" itu. Ingin rasanya menjadi bagian dari sejarah perulangan kisah para sahabat yang memenangkan Islam di atas yang lain walau harus berdarah-darah bahkan menginfakkan jiwa. Ingin rasanya membuat kejahatan tidak bisa berkutik. Ingin rasanya....ah, saya ingin banyak.
Seandainya saya berani, seandainya saya lebih berani berteriak lantang tentang kebenaran.
Allah, dengan segala keterbatasan hamba, pilihlah hamba sebagai salah satu ”ANTUM” itu. Hamba ingin, boleh kan Allah?
Ikhwati fillah, saudara-saudaraku di KMBI yang sangat kucintai dengan seluruh hatiku....
Perjalanan ini melelahkan. Perjalanan membuat kita berkeringat, berdarah dan terengah-engah. Tapi tahukah antum kenapa jalan ini begitu menanjak, jauh, penuh bebatuan serta duri, terkadang menyesakkan dan menjenuhkan?
Karena surga yang menanti kita di ujung jalan ini wangi baunya, luas tempatnya, licin permukaannya, segar udaranya.
Bayangkan, alangkah indahnya jika kita bisa bertemu kembali dan mengenang perjalanan ini di telaga Al-Kautsar
Kepada seluruh ikhwah KMBI sejak awal saya gabung hingga saudara2 baru yang belum sempat kutahu nama mereka, Kepada pengurus 2005-2006, dari mulai saudara2 Badan Penasehat terhormat, akhina Ketua, akhina Sekretaris dan biro kestarinya, ukhti Bendahara, saudara2ku di Team Kaderisasi, sahabat2ku di kompub, hingga belahan-belahan jiwaku di kemuslimahan :
What a magnificient period
Bangga rasanya jadi bagian sekelumit kisah dalam perjuangan antum
Antum adalah sahabat-sahabat ana dari surga
Kelak, jika cucu saya telah memiliki sahabat
Akan kuceritakan padanya bahwa
neneknya juga punya sahabat-sahabat dari surga seperti antum
Tak ada keluh,
Tak ada kesah dalam pengembaraan ini,
Walau lara acap mendera hati
Walau jalan setapak ini kian mendaki
Yang ada cuma keheningan dan kesenyapan
Dari asa yang selalu melecut jiwa,
Asa yang bersemayam di setiap kalbu pengelana semesta...
Kita akan melangkah,
Kita akan terus melangkah,
Kita harus terus melangkah, sahabat!
Allah,
Aku ingin terus bersama mereka
Jika tak disini,
Kumpulkan kami kembali di surgaMU ya Allah
Agar kami bisa mengenang
Kisah-kisah indah kami ini
Bersama-sama
Kisah kita bermula di masjid kampus
Semoga kisah kita berakhir di surga
Janji yuk, ketemuan di surga
Bertetangga......
Semoga, InsyaAllah...
Amin
No comments:
Post a Comment