Wednesday, December 27, 2006

Sudahkah Kita Tarbiyah? (Edisi 1)

Sekitar bulan Agustus yang lalu, saya pernah menginginkan membedah buku “Sudahkah Kita Tarbiyah? Refleksi seorang Mutarabbi” tulisan Eko Novianto. Tapi baru sekarang saya bisa melakukannya. Saya sebut edisi 1 karena saya ingin membahasnya dalam beberapa bagian. Buat Pak Eko, sudah terima email saya? Saya tunggu balasannya.

Yang saya angkat pada edisi perdana ini belum isinya, tapi baru pengantarnya. Karena buku ini buat saya benar2 luar biasa. Sejak pengantarnya sudah sukses membuat saya berpiikir dan berpikir, berkontemplasi, berbicara dengan diri saya sendiri, mempertanyakan benarkah saya telah tarbiyah? Di posisi apa saya mengambil peranan dalam dunia tarbiyah ini?

Beberapa tahun terakhir saya hingga saat ini dan insyaAllah sampai nanti adalah saat-saat saya menikmati tarbiyah. Anda, bisa jadi lebih lama usia tarbiyahnya dari saya. Pada akhirnya, seperi dalam buku itu, disebutkan bahwa setiap kita akan sampai pada suatu titik yang mempertanyakan apakah sesungguhnya kita sudah tarbiyah?
Saya memang sudah tarbiyah, sudah memiliki murobbi, sudah memiliki mutarabbi, sudah memiliki halaqoh, sudah menjadwal liqa’pekanan, sudah mendapatkan materi tarbiyah, dan sekian aspek formal lainnya. Tapi apakah kita, anda dan saya, bisa dibilang telah tarbiyah cukup dengan aspek-aspek formal itu.

Tarbiyah adalah untuk perubahan. Then, the question are :
1.Sudahkah saya berubah?
2.Sudahkah saya punya kemampuan merubah?
3.Sudahkah perubahan saya mempengaruhi lingkungan sekitar saya untuk ikut berubah?
4.Sudahkah saya merasakan sakitnya perubahan?
5.Tahankah saya atau malah lari dengan rasa sakit itu?
6.Sejauh manakah kerelaan saya untuk berubah?
7.Ataukah saya belum berubah sama sekali?
8.Ataukah label akhwat ini hanya untuk gengsi saja, menaikkan harga jual saja?
Saya sudah menjawab pertanyaan2 itu dan intinya saya masih stagnan kalau tidak mau dibilang mundur. Saya masih harus membenahi diri saya, ruhiyah saya, keikhlasan saya, totalitas saya, pengorbanan saya, tahan banting saya dan banyak hal dari saya.

Tarbiyah telah akrab dan menjadi bagian dari hidup saya begitu juga anda. Ada yang bekerja di lingkungan tarbiyah, ada yang bisnis di lingkungan tarbiyah, ada yang berkeluarga di lingkungan tarbiyah, mengajar di halaqoh tarbiyah, memimpin di lembaga tarbiyah.
Atau mungkin saja, kita menjadi kaya dengan pengaruh tarbiyah, mungkin saja kita berpengaruh karena kesempatan yang diberikan tarbiyah. Bisa saja, kita memimpin dengan rekayasa tarbiyah, atau kita menjadi tokoh dengan toleransi tarbiyah. Tapi, sekali lagi, apakah sesungguhnya kita telah tarbiyah?

Dalam setiap komunitas dimana kita menjadi anggotanya, bagian yang tersulit adalah mengambil posisi. Seringkali kita gagal dam melakukan hal ini. Seseorang yang diamanahi menjadi leader tetapi mengambil posisi sebagai bawahan. Sementara seseorang yangmenjadi bawahan, mengambil posisi sebagai penentu kebijakan. Koordinasi menjadi rumit dan akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.

Disebutkan bahwa posisi ideal bagi setiap anggota komunitas adalah sebuah posisi yang tidak menyudutkan pihak lain, juga tidak memojokkan diri sendiri. In fact, sebagian anggota komunitas cenderung menyudutkan pihak lain, sebagian lainnya cenderung memojokkan diri sendiri, dan saya melihat pula fenomena anggota yang menonjolkan diri sendiri atau menonjolkan pihak lain untuk tamengnya bersembunyi.

Ada pula yang selalu merasa kalah, mengalah, minder dengan kehebatan senior-seniornya, menerima setiap perintah tanpa memakai hak bertanya karena merasa dirinya junior. Dan, ada yang selalu mengambil posisi pemegang otoritas, pengendali, pemilik aturan, penjaga gawang, nge-bossy, menindas, nyuruh ini nyuruh itu, bla bla bla.pilihan apapun antara dua posisi ini bukanlah posisi ideal, karena keduanya justru adalah posisi saling mematikan. We will talk about this theme “POSITION” in next edition.
Benang merahnya adalah belajarlah untuk menempatkan diri dengan baik hingga kita menemukan posisi yang ideal yaitu posisi yang memberdayakan serta melejitkan kualitas diri juga orang lain. Semoga…

Nb : Pak Putu, selamat atas kelahiran anak keduanya (putri pertama) tadi malam. Semoga jadi anak yang berbakti

2 comments:

  1. Anonymous10:12 PM

    boleh minta no. hape atau alamat email pak eko novianto? kalo ada tolong balas ke no. hp saya 08979068412, karena saya ingin mengundang beliau jadi pembicara..

    ReplyDelete
  2. Anonymous10:13 PM

    oia nama saya utomo budi santoso, dari UNJ

    ReplyDelete