Saturday, December 22, 2007
Ini Tentang Ibu
Seorang Wanita bermahkota Ibu
Menggenggam jari-jari kecil
Ikatan ini tidak kan ternoda
Karena tautan ini,
Tautan darah dan aqidah dan rahmat dari ALLAH
(Lagu Untuk Ibu - Brothers)
Ini tentang seorang wanita bernama Ibu.
3 kata yang tak pernah selesai dijelaskan keindahannya.
Yang kemurnian cintanya tak ditemukan di tempat manapun
Yang hatinya adalah tempat kembali sejauh apapun kaki membawa raga pergi.
Malaikat berwujud wanita mulia yang selalu ada
menemani hari-hariku, menertawai candaku
Membelai sedihku dan senyum atas bahagiaku
Ibu......begitulah namanya
Sederhana panggilannya
Sesederhana itu pulalah ia mengajariku banyak hal
Dalam tawa dan tangisnya, juga dalam marahnya
There is always love
Belum juga diri ini mampu membuatnya bangga
Masih saja diri ini lebih menginginkan bahagia pribadi
Tak kunjung pula ia menjadi prioritas uatama
Tak pernah senyum kutawarkan saat tangisnya
Ibu,
Jelang hari Ibu ini aku tau tak ada yang kau tuntut
Bahkan kau mungkin tak tahu bahwa besok adalah harimu
Kau bahkan tak peduli bahwa besok itu harimu
Karena yang kau tahu,
Setiap hari adalah harimu menumpahkan cinta
Lewat masakanmu yang selalu kurindukan saat jauh
Lewat bersihnya pakaianku yang noda meski sudah berulang-ulang kucuci
Ibu,
Kau tak tahu bahwa wanita-wanita mulia sepertimu
Mendapat hari khusus oleh masyarakat dunia
Tapi mari kuberitahu,
Itu bukan hal yang penting
Karena, dengan semua cinta yang kalian berikan
Kalian para Ibu, telah mendapat tempat khusus oleh Allah
Mendapat pengakuan dan kepercayaan menjaga kami
Dan menempatkan surga di telapak kaki kalian
Ibu,
Ingin rasanya aku berbakti padamu
Hingga diri ini merasa pantas
untuk bersujud, bersimpuh mencium surga di kakimu
ps : Maaf bu, besok eby sudah terlanjur janjian sama teman2. Tapi hari ahad lusa, kita berdua having fun ya. I'll go anywhere you want to go. Kita facial, kita makan2, kita shopping, pokoknya apapun yang kau inginkan, kau adalah Ratu yang akan kupenuhi segala titah. Love you, mom...
Monday, December 17, 2007
Kernet juga manusia
Bismilahirrahmanirrahim..
Benarlah apa yang dikatakan orang-orang bijak, bahwa dengan melakukan perjalanan akan ada banyak hal yang kau pelajari. Hidup saya kini dipenuhi perjalanan demi perjalanan. Dan kali ini pelajarannya adalah toleransi, saling mengerti kedudukan sesama kita.
Seorang supir pernah dengan marah-marah mengomeli pengendara di depannya yang tidak becus mengemudi dan memperlambat lajunya. Ia pun marah-marah gak jelas kepada penumpangnya sendiri karena meminta turun di tempat yang dilarang. Dengan semua alasan dia marah-marah, memang dia benar tapi dengan caranya, itu benar2 gak masuk di akal. Kayaknya marahnya dia melebihi kebutuhan orang-orang yang dia omeli untuk mendengar.
Perjalanan yang lain, ada kanek (kernet, red) yang juga tidak sabar meladeni permintaan penumpangnya. Ada yang gak mau duduk di belakang, padahal maksud kanek itu tadi biar gak menghambat penumpang yang mau naik berikutnya. Ada yang protes kenapa bangku yang ada harus 5 orang, padahal mereka berempat aja sudah penuh, secara badannya pada lebar-lebar. Dan ketika si kanek marah-marah, dan dengan kasar meladeni penum,pangnya, eh, si penumpang malah protes-protes kalo jadi kanek itu gak boleh begitu, kudu sabar. Saya memang agak aneh dengan sikap kanek, kayaknya dia gak perlu marah-marah (Dunia tuh bisa indah banget tanpa marah-marah), tapi saya juga rada eneg dengan sikap penumpang. Emang pada banyak maunya. Kanek gak boleh marah, kudu sabar, tapi sebenarnya para penumpang juga gak perlu kalee menguji kesabarannya kanek.
Kita tuh selalu aja ya mintanya diperhatikan, diistimewakan secara kita tuh yang punya duit dan mereka yang mencari duit. Seharusnya kita bisa mengerti ledakan-ledakan emosi mereka yang tak terkendali. Seperi dalam salah satu kisah (saya lupa judul kisahnya) di buku terbarunya Mas Gaw "11 Amanah Lelaki", mereka, para supir dan kondektur, itu berkutat di jalan yang sama setiap harinya, kemacetan yang sama, omelan2 penumpang silih berganti dan macam-macam hal yang sangat cukup menjadi tekanan dan bikin emosi tak terkontrol.
Saya justru belajar dari kanek yang marah-marah itu tadi. Saat seorang bapak yang dibantu menaikkan barangnya ke mobil, si Bapak lantas memberi duit buat kanek itu. Saya yang memang sedang mengamati tindakan kernet, terkejut melihat ekspresinya mencium uang yang diberi itu sambil tersenyum dan berterimakasih ke si Bapak. Lebih terkejut lagi ketika tahu yang ia cium itu duit seribu perak. Malu, malu saya pada kernet itu. Betapa kesyukurannya mampu membuat saya menunduk dan malu pada diri sendiri. Kadang duit sebesar yang ia cium itu justru saya abaikan. Kalau saya diberi duit segitu, saya mungkin malah tersinggung, mendingan gak dikasih sama sekali daripada dikasih cuman seribu perak (karena saya sudah besar, begitu alasannya). Padahal duit sejuta juga gak jadi sejuta kalo kurang seribu, ya to?
Tapi ada sebuah perjalanan yang membuat saya tahu ada kanek yang memang perlu dibinasakan. Ketika mobil Liang-Ambon bertolak dari terminal Liang, seorang ibu menanyakan tas putihnya yang tadi belum dimasukkan ke mobil lantaran memberi jalan untuk penumpang yang mau naik.
Si Ibu bertanya baik-baik "Nyong, beta pung tas putih tadi su nae ka balom?" *
Jawab si kanek " Sudah ibu, Ibu taku e. Akang ilang jua beta bisa bayar, lapis deng ibu jua beta bisa bayar"**
Karuan aja semua penumpang langsung nyolot, termasuk saya..
"Nyong, orang tu cuma tanya. Se kanapa?"#
"Hii kanek, se kurang ajar apa ini? Itu seng bisa jawab bae-bae ka"##
"Nyong, se bisa bayar orang? Se kira orang bisa dijual berapa? Lancang e"###
"....omelan-omelan lainnya", dan si kanek terdiam.
Untuk kali ini, saya setuju jenis kanek kayak gini perlu dibinasakan.
Hidup Penumpang.
Kamus Ambon :
* = Nyong, tas putih saya sudah dinaikkan belum?
** = Sudah ibu. Ibu takut?Barangnya hilang juga saya bisa bayar, ibu juga saya bisa bayar
# = Nyong, orang itu cuma tanya. Kamu kenapa?
## = Hii kernet, kamu kok kurang ajar? Itu gak bisa ya jawab baik-baik?
### = Nyong, emang kamu bisa bayar orang? Kamu pikir manusia tuh bisa dijual berapa? Lancang amat.
Catatan penulis : Marah2nya orang ambon kalo di-indonesiakan mengurungi maknanya. Greget marahnya jadi kurang. Ekspresinya gak dapat.
Benarlah apa yang dikatakan orang-orang bijak, bahwa dengan melakukan perjalanan akan ada banyak hal yang kau pelajari. Hidup saya kini dipenuhi perjalanan demi perjalanan. Dan kali ini pelajarannya adalah toleransi, saling mengerti kedudukan sesama kita.
Seorang supir pernah dengan marah-marah mengomeli pengendara di depannya yang tidak becus mengemudi dan memperlambat lajunya. Ia pun marah-marah gak jelas kepada penumpangnya sendiri karena meminta turun di tempat yang dilarang. Dengan semua alasan dia marah-marah, memang dia benar tapi dengan caranya, itu benar2 gak masuk di akal. Kayaknya marahnya dia melebihi kebutuhan orang-orang yang dia omeli untuk mendengar.
Perjalanan yang lain, ada kanek (kernet, red) yang juga tidak sabar meladeni permintaan penumpangnya. Ada yang gak mau duduk di belakang, padahal maksud kanek itu tadi biar gak menghambat penumpang yang mau naik berikutnya. Ada yang protes kenapa bangku yang ada harus 5 orang, padahal mereka berempat aja sudah penuh, secara badannya pada lebar-lebar. Dan ketika si kanek marah-marah, dan dengan kasar meladeni penum,pangnya, eh, si penumpang malah protes-protes kalo jadi kanek itu gak boleh begitu, kudu sabar. Saya memang agak aneh dengan sikap kanek, kayaknya dia gak perlu marah-marah (Dunia tuh bisa indah banget tanpa marah-marah), tapi saya juga rada eneg dengan sikap penumpang. Emang pada banyak maunya. Kanek gak boleh marah, kudu sabar, tapi sebenarnya para penumpang juga gak perlu kalee menguji kesabarannya kanek.
Kita tuh selalu aja ya mintanya diperhatikan, diistimewakan secara kita tuh yang punya duit dan mereka yang mencari duit. Seharusnya kita bisa mengerti ledakan-ledakan emosi mereka yang tak terkendali. Seperi dalam salah satu kisah (saya lupa judul kisahnya) di buku terbarunya Mas Gaw "11 Amanah Lelaki", mereka, para supir dan kondektur, itu berkutat di jalan yang sama setiap harinya, kemacetan yang sama, omelan2 penumpang silih berganti dan macam-macam hal yang sangat cukup menjadi tekanan dan bikin emosi tak terkontrol.
Saya justru belajar dari kanek yang marah-marah itu tadi. Saat seorang bapak yang dibantu menaikkan barangnya ke mobil, si Bapak lantas memberi duit buat kanek itu. Saya yang memang sedang mengamati tindakan kernet, terkejut melihat ekspresinya mencium uang yang diberi itu sambil tersenyum dan berterimakasih ke si Bapak. Lebih terkejut lagi ketika tahu yang ia cium itu duit seribu perak. Malu, malu saya pada kernet itu. Betapa kesyukurannya mampu membuat saya menunduk dan malu pada diri sendiri. Kadang duit sebesar yang ia cium itu justru saya abaikan. Kalau saya diberi duit segitu, saya mungkin malah tersinggung, mendingan gak dikasih sama sekali daripada dikasih cuman seribu perak (karena saya sudah besar, begitu alasannya). Padahal duit sejuta juga gak jadi sejuta kalo kurang seribu, ya to?
Tapi ada sebuah perjalanan yang membuat saya tahu ada kanek yang memang perlu dibinasakan. Ketika mobil Liang-Ambon bertolak dari terminal Liang, seorang ibu menanyakan tas putihnya yang tadi belum dimasukkan ke mobil lantaran memberi jalan untuk penumpang yang mau naik.
Si Ibu bertanya baik-baik "Nyong, beta pung tas putih tadi su nae ka balom?" *
Jawab si kanek " Sudah ibu, Ibu taku e. Akang ilang jua beta bisa bayar, lapis deng ibu jua beta bisa bayar"**
Karuan aja semua penumpang langsung nyolot, termasuk saya..
"Nyong, orang tu cuma tanya. Se kanapa?"#
"Hii kanek, se kurang ajar apa ini? Itu seng bisa jawab bae-bae ka"##
"Nyong, se bisa bayar orang? Se kira orang bisa dijual berapa? Lancang e"###
"....omelan-omelan lainnya", dan si kanek terdiam.
Untuk kali ini, saya setuju jenis kanek kayak gini perlu dibinasakan.
Hidup Penumpang.
Kamus Ambon :
* = Nyong, tas putih saya sudah dinaikkan belum?
** = Sudah ibu. Ibu takut?Barangnya hilang juga saya bisa bayar, ibu juga saya bisa bayar
# = Nyong, orang itu cuma tanya. Kamu kenapa?
## = Hii kernet, kamu kok kurang ajar? Itu gak bisa ya jawab baik-baik?
### = Nyong, emang kamu bisa bayar orang? Kamu pikir manusia tuh bisa dijual berapa? Lancang amat.
Catatan penulis : Marah2nya orang ambon kalo di-indonesiakan mengurungi maknanya. Greget marahnya jadi kurang. Ekspresinya gak dapat.
Sunday, December 09, 2007
Simpatiku pada Eks Karyawan PT AOI
Sudah 3 hari ini massa dari eks karyawan PT AOI nginap di depan kantor Bupati SBB. Mereka berkeras akan tetap disitu sampai bertemu langsung dengan Pak Bupati yang memang saat ini tidak sedang berada di bumi Saka Mese Nusa.
Banyak versi yang berkembang mengenai kemauan mereka ada disini. Menuntut hak-hak mereka yang tak kunjung juga dibayar oleh pihak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu itu yang sudah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Tata Niaga negara di Jakarta 18 Mei 2007 lalu.
Ada yang bilang bahwa mereka salah alamat dengan mendatangi Pemda. Karena itu bukan perusahaannya Pemda. Pengambilalihan aset perusahaan bukan oleh Pemda tapi oleh pihak Bank tempat Perusahaan AOI itu berutang.
Bahkan salah satu pejabat mengatakan "Gimana Pemda mau ganti rugi, wong Pemda juga rugi", begitulah kira-kira.
Apapun versi itu, yang mana yang betul, saya tidak berkomentar banyak. Toh, saya belum jelas duduk perkaranya, awal mula perusahaan ini jatuh pun saya tak tahu menahu.
Yang saya tahu, mereka tidak salah alamat. Mereka rakyat, dan kemana lagi mereka menyuarakan hati mereka kalo bukan kepada para eksekutif tercinta mereka. Rakyat gak pernah salah alamat. Mereka harus mendapat tempat atau sekedar telinga untuk didengarkan. Karena Pemda atau apapun sebutannya adalah harga mati untuk menjadi bagian dari solusi. Sekedar dengarkan mereka, itu saja. Suarakan kata hati mereka kepada yang bertanggungjawab. Perjuangkanlah hak-hak mereka, kuatkan kembali harapan mereka bahwa masih ada kita untuk menemani perjuangan mereka mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Rakyat tak pernah salah alamat.
nb : saat tulisan ini diposting, massa sudah kembali kemarin malam sebelum ada hasil.
Banyak versi yang berkembang mengenai kemauan mereka ada disini. Menuntut hak-hak mereka yang tak kunjung juga dibayar oleh pihak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu itu yang sudah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Tata Niaga negara di Jakarta 18 Mei 2007 lalu.
Ada yang bilang bahwa mereka salah alamat dengan mendatangi Pemda. Karena itu bukan perusahaannya Pemda. Pengambilalihan aset perusahaan bukan oleh Pemda tapi oleh pihak Bank tempat Perusahaan AOI itu berutang.
Bahkan salah satu pejabat mengatakan "Gimana Pemda mau ganti rugi, wong Pemda juga rugi", begitulah kira-kira.
Apapun versi itu, yang mana yang betul, saya tidak berkomentar banyak. Toh, saya belum jelas duduk perkaranya, awal mula perusahaan ini jatuh pun saya tak tahu menahu.
Yang saya tahu, mereka tidak salah alamat. Mereka rakyat, dan kemana lagi mereka menyuarakan hati mereka kalo bukan kepada para eksekutif tercinta mereka. Rakyat gak pernah salah alamat. Mereka harus mendapat tempat atau sekedar telinga untuk didengarkan. Karena Pemda atau apapun sebutannya adalah harga mati untuk menjadi bagian dari solusi. Sekedar dengarkan mereka, itu saja. Suarakan kata hati mereka kepada yang bertanggungjawab. Perjuangkanlah hak-hak mereka, kuatkan kembali harapan mereka bahwa masih ada kita untuk menemani perjuangan mereka mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Rakyat tak pernah salah alamat.
nb : saat tulisan ini diposting, massa sudah kembali kemarin malam sebelum ada hasil.
Tuesday, December 04, 2007
Tempat Mengeja Cinta
Its time to go home. Kembali menekuni hari-hariku. Kembali melanjutkan hidupku, setelah semua yang aku temui disini begitu berharga.
Melihat foto-foto di file UKMBI yang ana dapat dari saudara seperjuangan ana, tak pelak menciptakan sebuah danau di ujung mata. Mau ane upload tapi filenya terlalu besar. Betapa bangunan bersejarah ini, bangunan penuh cinta ini, entah kapan bisa kembali melihatnya.
Ada banyak sejarah disini, banyak kisah tercipta. Hidup ku menjadi lebih berwarna disini, bahkan hidupku mungkin justru bermula disini. Banyak sekali hal-hal yang terjadi disini yang membuatku terbantu menghadapi hidup yang sekarang.
Melihat UKMBI-ku bersama ruh-ruh baru, menggores suka juga luka.
Suka karena finally kita sudah di titik ini. Memang belum seberapa tapi 4 tahun yang lalu, tak pernah dibayangkan akan ada sekret KMBI, gak pernah juga berandai UKMBI akan mendapat banyak tanggapan. Tak pernah. Saat itu, kami hanya ingin mengekspresikan cinta, itu saja. Kami membangun mimpi-mimpi kami yang sederhana dan mencoba menggapainya dengan tertatih-tatih. Dan kalo saat ini sudah terlihat sedikit sekali hasilnya yang tidak ikut kami nikmati, itu sudah sebuah kenikmatan. Ini bukan kebanggaan, toh UKMBI masih belum apa-apa. Masih harus terus merangkak. Masih akan lebih dahsyat ujian yang menerpa. Bukankah semakin tinggi pohon, anginnya juga semakin kencang?
Tapi luka itu juga ada. Luka karena ternyata aku tak bisa melihat bayi ini tumbuh. Aku akan kehilangan banyak momen pentingnya. Tak bisa melihat satu persatu giginya muncul dan ia bisa mengucap satu demi satu kata. Aku tak bisa ikut membesarkannya atau paling tidak menyaksikan mereka membesarkannya. Tapi, begitulah perputarannya. Setiap masa, ada pahlawannya. Dan masaku sudah berakhir.
Suatu saat, di suatu ketika, ketika aku datang lagi mengunjunginya, aku ingin melihatnya sebagai pemuda jihad yang luar biasa. Dan sejak dulu, saat ini, nanti ketika masa itu datang, dan juga masa setelahnya, aku harap pejuang2 baru itu tahu, bahwa aku mencintai UKMBI dengan hidupku. Aku selalu ada untuknya. Tidak secara fisik, tapi hati, pikiran serta doaku selalu bersama UKMBI.
Tolong jaga bahtera ini. Mungkin kalian akan digoncang badai, angin malam pun akan membuat kalian membeku, layarnya mungkin juga akan sobek. Tapi jangan berhenti. Tambal layar itu, pakaikan selimut agar tak kedinginan, lalu lanjutkanlah cerita kebenaran. Nikmatilah pelayaran ini. Karena suatu saat ketika masamu berlalu (seperti aku saat ini), ketika sudah ada ABK lain yang lebih handal darimu, maka pelayaran ini adalah yang akan sangat kau rindu.
Bersabarlah karena para sahabat menorehkan kisah cinta mereka menanti kemenangan yang Allah janjikan dengan darah kesabaran.
Jika nanti aku duduk di perut burung besi yang akan membawa ragaku menjauh darimu, percayalah, jiwaku justru semakin mendekat.
UKMBI, dengan semua pejuang di dalamnya, aku akan terus rindu. Bahkan pada masa dimana pejuangnya tak lagi kukenal apalagi mengenaliku. Karena aku berharap rindu ini cukup menjadi sebab Allah mempertemukan kita di surga, berkumpul di samping telaga Al-Kautsar sambil mengenang masa-masa indah ini.
Ya Allah, tanamkanlah pohon kecintaan kepadaMU di hati-hati kami agar kami bisa memandang cahaya dalam perjalanan kami, agar kami selamat dari dosa, dan bersih dari kekeliruan.
UKMBI, tempatku mengeja cintaNYA
Monday, December 03, 2007
Seminggu Bernapak Tilas
Silaturrahim yang terangkai selama 10 bulan terakhir lewat telpon, sms, email maupun YM-an masih tak cukup memuaskan pandanganku menatap wajah mereka. Hingga akhirnya satu persatu mereka kutemui seminggu ini.
Sabtu, 24 November 07
Pagi pertama di Surabaya, hal pertama yang saya lakukan adalah mengunjungi "emak". Sayang, emaknya gak ada. Yang ada si Bapak, suaminya "emak". Katanya dua hari ini "emak"ku ada agenda full seharian. Tapi siangnya, "emak" sms, selamat datang dan bikin janji ketemuan. oks deh.
Saat kita muktamar, kebahagiaan memenuhi hati karena masih diijinkan Allah duduk lagi, berembuk lagi, berbagi pikiran lagi dengan sahabat-sahabat surgaku. Lina juga datang dari Nganjuk, thanks sweety. Siangnya aku dan sri, my soulmate, makan di Bakso Bratang, tempat kita dulu sering makan sepulang kuliah. Seharian ini, dari pagi sampai sore, my soulmate itu menemaniku. Thanks ya jeng. Kamu tuh indah banget di hatiku. Tempatmu yang paling indah
Ahad, 25 Nov 07
Jalan sama sri dan eya ke Delta. Sorenya, dua mantan adek binaan datang. Emang ada ya istilah mantan adek binaan? Enggak, saya gak mau pake istilah itu. Karena saya pun gak mau disebut mantan adek binaan sama emak. Yang benar mungkin "adek yang tidak lagi dalam tanggungjawab" tapi kepanjangan juga. Mmmmmm, adek demisioner deh. Whatever they called, mereka datang malam2, bawa cinta. Ngobrol, menceritakan perjalanan mereka 10 bulan terakhir ini. Berbagi lagi kisah dan persoalan. So nice.
Senin,26 Nov '07
Satu lagi adek demisioner datang. Bercerita tentang hati yang sedang ingin ditata, tentang kegelisahan dan shock akan dakwah kampusnya. Subhanallah, semangatmu dek. Lanjutkan dengan gagah ya. Siangan dikit, teman di RMA (Remaja MAsjid Al-Falah **minjam istilah Akhi Ario "in memoriam") mengunjungi. Betapa rindu pula aku pada mereka yang sudah bertualang ke Medan, ke Kalimantan, ke Mojokerto. Duduk disini dan mengenang kembali kisah2 kita, indah.
Malamnya, sahabatku kuliah, mita, datang dengan segala rencananya. Ia yang dulu pernah berbagi tangis denganku di saat jatuh bangun ber-skripsi ria. Datang dengan impiannya dan doaku tulus mengiringinya. Om Udin (sepupunya papa) dan anaknya armand (it means, sepupuku) datang pula dan kita diajak makan tempe penyet Lestari di perempatan. Asyiik, enak sih.
Selasa,27 Nov '07
Seharian itu judulnya adalah one day with book. Saya datangi toko-toko buku yang dulu sering didatangi dan berlama-lama disana.I dont know, but there is always something. Selalu saja ada perasaan lar biasa kao membiarkan diriku tenggelam di antara buku-buku yang tersusun di rak. Rasanya seperti ada kepuasan batin yang tak terdefinisikan. Melihat, menyentuh, memiliki dan membaca. Ke Media Idaman Press-nya Pak Zeth, ke Gramedia, ke Uranus.
Pas pulang, ternyata tadi paginya dua adek demisioner lainnya datang. Sayang, mereka yang datang ingin menyalip rencanaku pergi dan memberi kejutan malah terkejut sendiri karena aku sudah pergi sejak pagi-pagi sekali. Hanya selembar pesan dititipkan di atas meja "Inilah kami berdua, menyempatkan persinggahan di kursi rumah kost mb' eby...tersirat tangis...hiks, hiks, hiks, huaa, hiks, huaa. Mbak, kalopun kita berjodoh pasti bakal ketemu lagi".
Menjelang maghrib,sahabat alumnus RMA mengunjungiku dan kita berbincang lagi tentang kisah2 itu. Ada apa dengan mereka yang sudah menulis kisahnya masing-masing bersama pangeran jiwa di tanah Allah yang lain?. Semoga keberkahan selalu menyelimuti kalian, saudaraku agar berkah itu menjalar dalam rumah tangga kalian.
Rabu,28 Nov 07
Kisah hari ini adalah kisah tentang saya, eya dan Lina makan gurami Lestari lagi. Sambil mengenang masa-masa se-kost bareng dulu dan what next? Interview-interview yang akan dijalani dan lain2nya. What an unforgettable moment.
Kamis,29 Nov '07
Kalo ini judulnya shopping day. Keliling kemana2 sama dek Eya nyari pesanannya orang-orang rumah di Ambon. Yang ini-lah, yang itu-lah, tapi senang jalan2 berdua sama eya. Secara saya yang gak tau fashion gitu, yang dalam keluarga paling buta urusan selera. Yang katanya paling bego kalo disuruh milih barang bagus. Jadi, Eya ya buat milih2 gitu. Saya sih tinggal meng-oke-kan saja. Jadi kalo yang pesan protes, kan saya bisa bilang, protes ke dek Eya saja, hehehe.
Jumat, 30 Nov '07
Sama Bu Titiek ke rumah tante di Driyo Rejo sana. Lagi menikmati gedung2 baru, bahkan ketika pikiran saya sedang asyik memelototi Taman Bungkul yang selesai direnovasi. Mengagumi keindahannya tanpa pengemis yang biasanya berumah disitu, memanggil memori tempat berkampanye atau sebagai tempat start kalo mau longmarch, eh malah diberhentikan. Dan ditilang, saudara-saudara, oleh pak polisi terhormat itu. Gara-garanya, saya gak pake helm standar melewati kawasan tertib. Tau apa saya tentang kawasan tertib?.
Dari semua sore yang saya lewati seminggu ini, mungkin ini sore paling indah. Karena sore ini, saya ada dalam lingkaran cinta itu lagi. Duduk bersama akhwat2 tercinta saya melantunkan ayat-ayat cintaNYA, membedah buku dan saling bertaujih. Lingkaran ini yang dulu selalu saya nantikan setiap minggunya. Yang setiap pandangan mata mereka menusuk jiwaku, cukup sebagai bekal menjalani seminggu berikutnya. Lingkar cinta ini, ah, sungguh indah. Setelah melingkar, kami pun pergi untuk makan malam bersama. Indah....
Malam, syuro bersama orang2 hebat yang pernah kutemui. Ingin rasanya kembali. Ghiroh kalian masih seperti dulu, bahkan menanjak. Aku iri..
Sabtu, 1 Des '07
Waktuku untuk KMBI lagi, eh UKMBI. Syuro bersama kepengurusan yang baru, trus pesan cap/stempel sama Lina. Habis syuro tadi, melintasi sekretariat akhwat yang dulu. Jadi penasaran seperti apa sekarang dalamnya. Waktu minta kunci di ikhwan, mereka sempat ragu karena tempat akhwat ini sudah dipake juga sama ikhwan. (Jadi ikhwan pake dua sekret, akhwatnya dibuatin sekretariat baru di dalam masjid). Gak masalah sih, kita cuma pengen liat lagi ruangan tempat kami dulu berkumpul, ruangan yang kami tata dengan cinta kami, kami hiasi dengan kasih kami pada Allah dan UKMBI.
Dan terbengonglah kita. Ruangan itu benar2 berubah. Jadi tempat istirahatnya para ikhwan. Paling tidak, hiasan-hiasan yang dulu ditempel Mbak Anis masih indah di tempatnya. Juga sebuah gambar dari pejuang Intifadhah Sejati "Syekh Ahmad Yassin" yang dulu kami pasang bersama. Di depan sekretariat itu, pohon yang dulu kami tanam bersama sudah besar, bikin asri liatnya.
Malamnya, si bungsu dalam lingkaran cinta datang minta ditemani ke kostnya maba di kampusnya, silaturrahim. Dan she said something about makan malam itu. Ada-ada saja. Maksudnya apa tuh, neng?
Ahad, 2 Des '07
Judulnya seharian di kost. Sudah mau pulang, tapi belum makan gado-gado di deles IV, juga pangsit mas keriting yang sering mangkal depan kos. Juga sayur manisa-nya warung sederhana. Ya sudah, mau gimana lagi.
Sabtu, 24 November 07
Pagi pertama di Surabaya, hal pertama yang saya lakukan adalah mengunjungi "emak". Sayang, emaknya gak ada. Yang ada si Bapak, suaminya "emak". Katanya dua hari ini "emak"ku ada agenda full seharian. Tapi siangnya, "emak" sms, selamat datang dan bikin janji ketemuan. oks deh.
Saat kita muktamar, kebahagiaan memenuhi hati karena masih diijinkan Allah duduk lagi, berembuk lagi, berbagi pikiran lagi dengan sahabat-sahabat surgaku. Lina juga datang dari Nganjuk, thanks sweety. Siangnya aku dan sri, my soulmate, makan di Bakso Bratang, tempat kita dulu sering makan sepulang kuliah. Seharian ini, dari pagi sampai sore, my soulmate itu menemaniku. Thanks ya jeng. Kamu tuh indah banget di hatiku. Tempatmu yang paling indah
Ahad, 25 Nov 07
Jalan sama sri dan eya ke Delta. Sorenya, dua mantan adek binaan datang. Emang ada ya istilah mantan adek binaan? Enggak, saya gak mau pake istilah itu. Karena saya pun gak mau disebut mantan adek binaan sama emak. Yang benar mungkin "adek yang tidak lagi dalam tanggungjawab" tapi kepanjangan juga. Mmmmmm, adek demisioner deh. Whatever they called, mereka datang malam2, bawa cinta. Ngobrol, menceritakan perjalanan mereka 10 bulan terakhir ini. Berbagi lagi kisah dan persoalan. So nice.
Senin,26 Nov '07
Satu lagi adek demisioner datang. Bercerita tentang hati yang sedang ingin ditata, tentang kegelisahan dan shock akan dakwah kampusnya. Subhanallah, semangatmu dek. Lanjutkan dengan gagah ya. Siangan dikit, teman di RMA (Remaja MAsjid Al-Falah **minjam istilah Akhi Ario "in memoriam") mengunjungi. Betapa rindu pula aku pada mereka yang sudah bertualang ke Medan, ke Kalimantan, ke Mojokerto. Duduk disini dan mengenang kembali kisah2 kita, indah.
Malamnya, sahabatku kuliah, mita, datang dengan segala rencananya. Ia yang dulu pernah berbagi tangis denganku di saat jatuh bangun ber-skripsi ria. Datang dengan impiannya dan doaku tulus mengiringinya. Om Udin (sepupunya papa) dan anaknya armand (it means, sepupuku) datang pula dan kita diajak makan tempe penyet Lestari di perempatan. Asyiik, enak sih.
Selasa,27 Nov '07
Seharian itu judulnya adalah one day with book. Saya datangi toko-toko buku yang dulu sering didatangi dan berlama-lama disana.I dont know, but there is always something. Selalu saja ada perasaan lar biasa kao membiarkan diriku tenggelam di antara buku-buku yang tersusun di rak. Rasanya seperti ada kepuasan batin yang tak terdefinisikan. Melihat, menyentuh, memiliki dan membaca. Ke Media Idaman Press-nya Pak Zeth, ke Gramedia, ke Uranus.
Pas pulang, ternyata tadi paginya dua adek demisioner lainnya datang. Sayang, mereka yang datang ingin menyalip rencanaku pergi dan memberi kejutan malah terkejut sendiri karena aku sudah pergi sejak pagi-pagi sekali. Hanya selembar pesan dititipkan di atas meja "Inilah kami berdua, menyempatkan persinggahan di kursi rumah kost mb' eby...tersirat tangis...hiks, hiks, hiks, huaa, hiks, huaa. Mbak, kalopun kita berjodoh pasti bakal ketemu lagi".
Menjelang maghrib,sahabat alumnus RMA mengunjungiku dan kita berbincang lagi tentang kisah2 itu. Ada apa dengan mereka yang sudah menulis kisahnya masing-masing bersama pangeran jiwa di tanah Allah yang lain?. Semoga keberkahan selalu menyelimuti kalian, saudaraku agar berkah itu menjalar dalam rumah tangga kalian.
Rabu,28 Nov 07
Kisah hari ini adalah kisah tentang saya, eya dan Lina makan gurami Lestari lagi. Sambil mengenang masa-masa se-kost bareng dulu dan what next? Interview-interview yang akan dijalani dan lain2nya. What an unforgettable moment.
Kamis,29 Nov '07
Kalo ini judulnya shopping day. Keliling kemana2 sama dek Eya nyari pesanannya orang-orang rumah di Ambon. Yang ini-lah, yang itu-lah, tapi senang jalan2 berdua sama eya. Secara saya yang gak tau fashion gitu, yang dalam keluarga paling buta urusan selera. Yang katanya paling bego kalo disuruh milih barang bagus. Jadi, Eya ya buat milih2 gitu. Saya sih tinggal meng-oke-kan saja. Jadi kalo yang pesan protes, kan saya bisa bilang, protes ke dek Eya saja, hehehe.
Jumat, 30 Nov '07
Sama Bu Titiek ke rumah tante di Driyo Rejo sana. Lagi menikmati gedung2 baru, bahkan ketika pikiran saya sedang asyik memelototi Taman Bungkul yang selesai direnovasi. Mengagumi keindahannya tanpa pengemis yang biasanya berumah disitu, memanggil memori tempat berkampanye atau sebagai tempat start kalo mau longmarch, eh malah diberhentikan. Dan ditilang, saudara-saudara, oleh pak polisi terhormat itu. Gara-garanya, saya gak pake helm standar melewati kawasan tertib. Tau apa saya tentang kawasan tertib?.
Dari semua sore yang saya lewati seminggu ini, mungkin ini sore paling indah. Karena sore ini, saya ada dalam lingkaran cinta itu lagi. Duduk bersama akhwat2 tercinta saya melantunkan ayat-ayat cintaNYA, membedah buku dan saling bertaujih. Lingkaran ini yang dulu selalu saya nantikan setiap minggunya. Yang setiap pandangan mata mereka menusuk jiwaku, cukup sebagai bekal menjalani seminggu berikutnya. Lingkar cinta ini, ah, sungguh indah. Setelah melingkar, kami pun pergi untuk makan malam bersama. Indah....
Malam, syuro bersama orang2 hebat yang pernah kutemui. Ingin rasanya kembali. Ghiroh kalian masih seperti dulu, bahkan menanjak. Aku iri..
Sabtu, 1 Des '07
Waktuku untuk KMBI lagi, eh UKMBI. Syuro bersama kepengurusan yang baru, trus pesan cap/stempel sama Lina. Habis syuro tadi, melintasi sekretariat akhwat yang dulu. Jadi penasaran seperti apa sekarang dalamnya. Waktu minta kunci di ikhwan, mereka sempat ragu karena tempat akhwat ini sudah dipake juga sama ikhwan. (Jadi ikhwan pake dua sekret, akhwatnya dibuatin sekretariat baru di dalam masjid). Gak masalah sih, kita cuma pengen liat lagi ruangan tempat kami dulu berkumpul, ruangan yang kami tata dengan cinta kami, kami hiasi dengan kasih kami pada Allah dan UKMBI.
Dan terbengonglah kita. Ruangan itu benar2 berubah. Jadi tempat istirahatnya para ikhwan. Paling tidak, hiasan-hiasan yang dulu ditempel Mbak Anis masih indah di tempatnya. Juga sebuah gambar dari pejuang Intifadhah Sejati "Syekh Ahmad Yassin" yang dulu kami pasang bersama. Di depan sekretariat itu, pohon yang dulu kami tanam bersama sudah besar, bikin asri liatnya.
Malamnya, si bungsu dalam lingkaran cinta datang minta ditemani ke kostnya maba di kampusnya, silaturrahim. Dan she said something about makan malam itu. Ada-ada saja. Maksudnya apa tuh, neng?
Ahad, 2 Des '07
Judulnya seharian di kost. Sudah mau pulang, tapi belum makan gado-gado di deles IV, juga pangsit mas keriting yang sering mangkal depan kos. Juga sayur manisa-nya warung sederhana. Ya sudah, mau gimana lagi.
Sunday, November 25, 2007
Catatan Usai Muktamar IV
Bismilahirrahmanirrahim...
Sudah empat Muktamar, it means sudah 4 tahun kami, UKMBI, mengeja makna keberadaan kami di bumi ITATS. 4 tahun kami berupaya memberi manfaat dari kehadiran kami, mengumpulkan potensi yang berserakan dari kami, memadukannya dan ramu agar kelak kami tak malu karena tak berpangku tangan.
2 calon ketua sudah diusulkan untuk nanti diputuskan oleh ta'mir (Muktamar UKMBI tidak menghasilkan ketua, hanya usulan untuk diputuskan oleh ta'mir, red). DPO pun sudah ditunjuk. Penunjukan atas dasar analisa kami yang tak seberapa, atas sebuah penilaian manusiawi kami sembari berharap mendapat ridho dariNYA.
Sungguh, tak ada yang bisa saya ucapkan. Ingin rasanya bertahan lebih lama, tetapi begitulah perputarannya. Harus ada darah-darah baru. Harus ada semangat baru, manusia-manusia luar biasa lainnya yang akan mengeja cinta tertinggi pada Allah lewat KMBI. Saya masih saja menyebut KMBI (Komunitas Muda Baitul 'Izzah), padahal sebenarnya sudah diganti dengan UKMBI (Unit Kegiatan Masjid Baitul 'Izzah). Mungkin karena nama itu yang selama ini menjadi teman dalam kehidupan saya 4 tahun terakhir. Nama itu pula yang mencerminkan jiwa muda kami yang ingin bersenang-senang dan memilih jalan ini sebagai wadahnya.
Masih jelas dalam ingatan syuro-syuro perdana 4 tahun lebih yang lalu. Syuro-syuro yang membahas tentang nama yang bisa merepresentasikan semangat kami, logo apa yang menggambarkannya dan hal-hal prinsipil lainnya sebagai awal langkah kami. Dan Komunitas Muda Baitul 'Izzah kemudian dipilih dari sekian banyak pilihan seperti Keluarga Masjid Baitul 'Izzah, Keluarga Mahasiswa Baitul 'Izzah dan nama-nama lainnya.
Syuro-syuro berikutnya bersama orang-orang luar biasa lainnya yang menurut AD/ART kemarin pasal 13, kami adalah alumni. Satu persatu sudah menjalani hidupnya sendiri-sendiri. Di Ambon, Kalimantan, Bandung, Malang, Bekasi, juga Surabaya. Masa-masa itu tak terlupa. Forum-forum yang dipenuhi banyak hal. suka, sedih, sesak, resah, kecewa, marah, tapi kesemuanya telah kami bingkai dalam cinta kepada Allah dan yang tinggal hanyalah ukhuwah.
10 bulan cukup untuk melihat masjid Baitul 'Izzah-ku berbeda. Hijabnya telah diganti, pohon yang dulu bersama-sama kami tanam saat bersih-bersih masjid, sekarang sudah besar. Semoga seperti cinta kami pada UKMBI yang akan terus membesar.
Teduh rasanya kembali di masjid itu. Hingga ketika menunaikan sholat Ashar, dari sekian banyak mukena yang ada, saya memilih satu bawahan. Kain bercorak batik berwarna orange. Kenapa kain itu yang saya pilih di antara mukena berwarna putih bersih itu? Karena itu kain mbak Anis, yang ia tinggalkan di masjid itu. Memakainya serasa ia bersama saya. ia yang sekarang sudah balik ke Kalimantan. Ia, saudara yang mengajakku memasuki dunia indah ini, dan menawanku disana hingga aku tak ingin lagi keluar. Ia yang mengajariku tentang tanggung jawab, tentang kepedulian dan tentang pembuktian ukhuwah yang luar biasa. Kami berdua dulu sering menghabiskan waktu di masjid walaupun sekedar untuk beristirahat melepas penat.
Setelah ini, aku akan kembali ke kehidupanku sekarang yang sedang kujalani. Tapi kali ini aku pergi dengan satu kelegaan. Bahwa KMBI-ku eh UKMBI-ku ada di tangan hamba-hamba yang luar biasa. Yang semangatnya mereka tularkan padaku muktamar tadi. Semangat dakwah yang menjalar hebat dan aku tahu, insyaAllah, UKMBI-ku akan baik-baik saja.
Do you know the relation between your two eyes?
They blink together, move together, cry together, and sleep together.
Eventhough they never see each other.
Ukhuwah should be just like that.
Bukan suatu masalah besar jika ku tak punya harta/pangkat di dunia. Tapi akan jadi masalah besar bagiku jika tak memiliki kalian sebagai saudara seiman tercinta apalagi ketika keberadaanku tak membawa manfaat sama sekali bagi kalian, UKMBI-ku
Sudah empat Muktamar, it means sudah 4 tahun kami, UKMBI, mengeja makna keberadaan kami di bumi ITATS. 4 tahun kami berupaya memberi manfaat dari kehadiran kami, mengumpulkan potensi yang berserakan dari kami, memadukannya dan ramu agar kelak kami tak malu karena tak berpangku tangan.
2 calon ketua sudah diusulkan untuk nanti diputuskan oleh ta'mir (Muktamar UKMBI tidak menghasilkan ketua, hanya usulan untuk diputuskan oleh ta'mir, red). DPO pun sudah ditunjuk. Penunjukan atas dasar analisa kami yang tak seberapa, atas sebuah penilaian manusiawi kami sembari berharap mendapat ridho dariNYA.
Sungguh, tak ada yang bisa saya ucapkan. Ingin rasanya bertahan lebih lama, tetapi begitulah perputarannya. Harus ada darah-darah baru. Harus ada semangat baru, manusia-manusia luar biasa lainnya yang akan mengeja cinta tertinggi pada Allah lewat KMBI. Saya masih saja menyebut KMBI (Komunitas Muda Baitul 'Izzah), padahal sebenarnya sudah diganti dengan UKMBI (Unit Kegiatan Masjid Baitul 'Izzah). Mungkin karena nama itu yang selama ini menjadi teman dalam kehidupan saya 4 tahun terakhir. Nama itu pula yang mencerminkan jiwa muda kami yang ingin bersenang-senang dan memilih jalan ini sebagai wadahnya.
Masih jelas dalam ingatan syuro-syuro perdana 4 tahun lebih yang lalu. Syuro-syuro yang membahas tentang nama yang bisa merepresentasikan semangat kami, logo apa yang menggambarkannya dan hal-hal prinsipil lainnya sebagai awal langkah kami. Dan Komunitas Muda Baitul 'Izzah kemudian dipilih dari sekian banyak pilihan seperti Keluarga Masjid Baitul 'Izzah, Keluarga Mahasiswa Baitul 'Izzah dan nama-nama lainnya.
Syuro-syuro berikutnya bersama orang-orang luar biasa lainnya yang menurut AD/ART kemarin pasal 13, kami adalah alumni. Satu persatu sudah menjalani hidupnya sendiri-sendiri. Di Ambon, Kalimantan, Bandung, Malang, Bekasi, juga Surabaya. Masa-masa itu tak terlupa. Forum-forum yang dipenuhi banyak hal. suka, sedih, sesak, resah, kecewa, marah, tapi kesemuanya telah kami bingkai dalam cinta kepada Allah dan yang tinggal hanyalah ukhuwah.
10 bulan cukup untuk melihat masjid Baitul 'Izzah-ku berbeda. Hijabnya telah diganti, pohon yang dulu bersama-sama kami tanam saat bersih-bersih masjid, sekarang sudah besar. Semoga seperti cinta kami pada UKMBI yang akan terus membesar.
Teduh rasanya kembali di masjid itu. Hingga ketika menunaikan sholat Ashar, dari sekian banyak mukena yang ada, saya memilih satu bawahan. Kain bercorak batik berwarna orange. Kenapa kain itu yang saya pilih di antara mukena berwarna putih bersih itu? Karena itu kain mbak Anis, yang ia tinggalkan di masjid itu. Memakainya serasa ia bersama saya. ia yang sekarang sudah balik ke Kalimantan. Ia, saudara yang mengajakku memasuki dunia indah ini, dan menawanku disana hingga aku tak ingin lagi keluar. Ia yang mengajariku tentang tanggung jawab, tentang kepedulian dan tentang pembuktian ukhuwah yang luar biasa. Kami berdua dulu sering menghabiskan waktu di masjid walaupun sekedar untuk beristirahat melepas penat.
Setelah ini, aku akan kembali ke kehidupanku sekarang yang sedang kujalani. Tapi kali ini aku pergi dengan satu kelegaan. Bahwa KMBI-ku eh UKMBI-ku ada di tangan hamba-hamba yang luar biasa. Yang semangatnya mereka tularkan padaku muktamar tadi. Semangat dakwah yang menjalar hebat dan aku tahu, insyaAllah, UKMBI-ku akan baik-baik saja.
Do you know the relation between your two eyes?
They blink together, move together, cry together, and sleep together.
Eventhough they never see each other.
Ukhuwah should be just like that.
Bukan suatu masalah besar jika ku tak punya harta/pangkat di dunia. Tapi akan jadi masalah besar bagiku jika tak memiliki kalian sebagai saudara seiman tercinta apalagi ketika keberadaanku tak membawa manfaat sama sekali bagi kalian, UKMBI-ku
Catatan Jelang Muktamar IV KMBI
KMBI-ku hari ini ber-Muktamar. Sudah tiga muktamar kami lalui, dan ini bakal jadi Muktamar terakhir saya disini sebagai pengurus.
Terakhir tadi pagi, ada sms mampir di phone saya dari nomor sekretariat, intinya meminta doa dan dukungan agar tetap istiqomah.
Doaku selalu mengiringi KMBI-ku, agar pejuang-pejuangnya tetap istiqomah, ikhlas dan ihsan dalam berdakwah. Dan kali ini, aku juga ingin menghadirkan fisikku.
Ada banyak kesalahan yang kuperbuat selama bersama barisan ini. Kata yang menyakiti, sikap yang melukai, dzon yang tak boleh dan banyak lagi. Ingin kulelehkan semuanya hari ini.
Saudaraku, persiapkan jiwa kita dengan bersih ikut Muktamar ini. Berikan yang terbaik demi dakwah di masa depan. Luruhkan semua angkuh dan egois. Tak ada lagi saya, kau atau dia, yang ada adalah kita.
Ini Forum kita. Tak ada alasan untuk diam, bersuaralah, nyatakan mimpimu untuk KMBI, untuk dakwah dan mari bersama mewujudkannya.
Komunitas Muda Baitul 'Izzah ITATS, ini komunitas kita. Kumpulan hamba-hamba yang melebur, mengurai kelemahan, menggabungkan kekuatan sembari tetap berharap kembali menjadi komunitas, bertetangga di surga-Nya, Aaamiiin
Terakhir tadi pagi, ada sms mampir di phone saya dari nomor sekretariat, intinya meminta doa dan dukungan agar tetap istiqomah.
Doaku selalu mengiringi KMBI-ku, agar pejuang-pejuangnya tetap istiqomah, ikhlas dan ihsan dalam berdakwah. Dan kali ini, aku juga ingin menghadirkan fisikku.
Ada banyak kesalahan yang kuperbuat selama bersama barisan ini. Kata yang menyakiti, sikap yang melukai, dzon yang tak boleh dan banyak lagi. Ingin kulelehkan semuanya hari ini.
Saudaraku, persiapkan jiwa kita dengan bersih ikut Muktamar ini. Berikan yang terbaik demi dakwah di masa depan. Luruhkan semua angkuh dan egois. Tak ada lagi saya, kau atau dia, yang ada adalah kita.
Ini Forum kita. Tak ada alasan untuk diam, bersuaralah, nyatakan mimpimu untuk KMBI, untuk dakwah dan mari bersama mewujudkannya.
Komunitas Muda Baitul 'Izzah ITATS, ini komunitas kita. Kumpulan hamba-hamba yang melebur, mengurai kelemahan, menggabungkan kekuatan sembari tetap berharap kembali menjadi komunitas, bertetangga di surga-Nya, Aaamiiin
Saturday, November 24, 2007
Surabaya, here i come
Perjalanan pertamaku ke Waipirit setelah subuh. Biasanya kalo mau ke Ambon, jamnya siang atau sore skalian. Tapi tadi, for the first time aku ke Waipirit selepas subuh, jam 5 tet. Dingin banget. Apalagi pas sampe di daerah gunung kawasan Prola sana, kabutnya tebal. Saat melintas di antara kabut-kabut itu yang serasa di dalam awan, dinginnya beda. Tidak menggigil tapi lembut mengusap kulit. Subhanallah, pemandangan gunung di subuh hari juga Subhanallah.
Ya, Feri pertama berangkatnya jam 7 jadi mau tidak mau saya berangkatnya dari Piru harus jam segitu biar gak telat feri dan gak telat ke Surabaya. Yup, Surabaya, nantikan aku ya....
Sampe di Ambon sudah jam 10 pagi, langsung sama papa ke Travel ambil tiket yang baru dipesan sejam yang lalu. Alhamdulillah, dapat harga yang miring, memuaskan kantong 3 jam sebelum jam check in.
Perjalanan tadi terus terang benar-benar gak nyaman. Iya sih dapat seat di depan, tapi armada ini seatnya kecil tak ada space buat merenggangkan kaki. Trus udaranya juga gak enak. Saya benar2 tidak menikmati perjalanannya. Hanya dengan ingat bahwa semuanya InsyaAllah akan terbalas dengan keceriaan dan sapaan teman-teman, i feel okay.
Sampe di Bandara Juanda menjelang maghrib dijemput sama bu Titik (dosen jaman kul dulu), abisnya Jeng Sri yang janji mau jemput gak bisa karena terlanjur gak minta cuti hari itu, kudu ngantor.
Setelah 10 bulan, akhirnya saya kembali menjejakkan kaki di kota ini. Melintasi Rungkut, Surabaya masih sama, macet. Kata BU Titiek, sekarang macetnya tambah parah. Tadi pas dalam perjalanan ke Bandara, beliau terjebak macet juga. Abisnya jalanan Rungkut yang segede itu, kalo dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang lewat, itungannya masih kecil.
Jalanan pinggiran Surabaya kalo malam dipenuhi dengan tenda-tenda makanan. Apa aja ada. Trus bau-nya itu menggoda iman banget. Bau bebek goreng, agak sanaan dikit, sate, trus pecel lele, trus macam-macam deh. Rameee banget orang-orang di jalanan penuhin tenda-tenda itu. Bandingkan sama di Piru, kita gak punya banyak pilihan buat makan. Wisata kulinernya payah.
Sepanjang jalan, bibir tuh kayak gak mau berenti tersenyum. Subuh tadi saya masih di Piru dan skarang sudah di Surabaya dengan keputusan yang begitu tiba-tiba. Baru jam 11 malam kemarin saya memutuskan untuk ke Surabaya. Sebuah keinginan yang dengan sadar saya ambil. Bulan purnama seperti menemaniku tersenyum di balik meronanya.
Sampe di daerah semolowaru situ, mataku puas banget. Banyak memori berkelebat, tentang daerah-daerah yang dulu jadi tempatku melangkah hampir setiap hari. Hampir sampai kampus, sudah kayak apa ya.
Waktu melintasi kampus ITATS, bu titiek nanya "masih ingat by, ini tempat apa?". Saya jawab aja "ini kampus apa ya bu?", dengan lagak culun gitu yang disambut "endel" sama bu titiek. Parkiran di halaman masjid seperti biasa selalu penuh apalagi kalo malam gini. Sekretariat KMBI-ku berdiri anggun. Lewat depan cak wie, tempatnya kita (anak2 elektro kelas C-2001) nongkrong tiap hari soalnya di cak wie, anak2 bisa makan kenyang dengan harga anak kos. Saya sih gak pernah makan nasi bungkusnya, tapi terkesan sama Cak Wie yang menerima dan membiarkan saja anak2 model teman2ku itu nongkrong berjam-jam nunggu jam kuliah atau malah bolos kuliah.
Sampe juga di kost, dek Eya lagi pergi beli mouse. Kita baru benar2 reunian jam 10-an. Soalnya Tri sudah pulang dari nge-les-i, dan Lina baru juga nyampe. Lina khusus datang dari Nganjuk siang tadi supaya bisa ketemu. Reuni lagi berempat. Kamarku sekarang jadi gimana ya. Dekor-nya sudah diganti sama dek eya. Berasa lebih luasan sih, tapi gimana ya. Yasud-lah.
Ada banyak rencana disini, dan seminggu ini insyaAllah akan jadi seminggu penuh kisah. Tak sabar rasanya memulai hari-hari di sini dan menemukan hal-hal ajaib.
Ya, Feri pertama berangkatnya jam 7 jadi mau tidak mau saya berangkatnya dari Piru harus jam segitu biar gak telat feri dan gak telat ke Surabaya. Yup, Surabaya, nantikan aku ya....
Sampe di Ambon sudah jam 10 pagi, langsung sama papa ke Travel ambil tiket yang baru dipesan sejam yang lalu. Alhamdulillah, dapat harga yang miring, memuaskan kantong 3 jam sebelum jam check in.
Perjalanan tadi terus terang benar-benar gak nyaman. Iya sih dapat seat di depan, tapi armada ini seatnya kecil tak ada space buat merenggangkan kaki. Trus udaranya juga gak enak. Saya benar2 tidak menikmati perjalanannya. Hanya dengan ingat bahwa semuanya InsyaAllah akan terbalas dengan keceriaan dan sapaan teman-teman, i feel okay.
Sampe di Bandara Juanda menjelang maghrib dijemput sama bu Titik (dosen jaman kul dulu), abisnya Jeng Sri yang janji mau jemput gak bisa karena terlanjur gak minta cuti hari itu, kudu ngantor.
Setelah 10 bulan, akhirnya saya kembali menjejakkan kaki di kota ini. Melintasi Rungkut, Surabaya masih sama, macet. Kata BU Titiek, sekarang macetnya tambah parah. Tadi pas dalam perjalanan ke Bandara, beliau terjebak macet juga. Abisnya jalanan Rungkut yang segede itu, kalo dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang lewat, itungannya masih kecil.
Jalanan pinggiran Surabaya kalo malam dipenuhi dengan tenda-tenda makanan. Apa aja ada. Trus bau-nya itu menggoda iman banget. Bau bebek goreng, agak sanaan dikit, sate, trus pecel lele, trus macam-macam deh. Rameee banget orang-orang di jalanan penuhin tenda-tenda itu. Bandingkan sama di Piru, kita gak punya banyak pilihan buat makan. Wisata kulinernya payah.
Sepanjang jalan, bibir tuh kayak gak mau berenti tersenyum. Subuh tadi saya masih di Piru dan skarang sudah di Surabaya dengan keputusan yang begitu tiba-tiba. Baru jam 11 malam kemarin saya memutuskan untuk ke Surabaya. Sebuah keinginan yang dengan sadar saya ambil. Bulan purnama seperti menemaniku tersenyum di balik meronanya.
Sampe di daerah semolowaru situ, mataku puas banget. Banyak memori berkelebat, tentang daerah-daerah yang dulu jadi tempatku melangkah hampir setiap hari. Hampir sampai kampus, sudah kayak apa ya.
Waktu melintasi kampus ITATS, bu titiek nanya "masih ingat by, ini tempat apa?". Saya jawab aja "ini kampus apa ya bu?", dengan lagak culun gitu yang disambut "endel" sama bu titiek. Parkiran di halaman masjid seperti biasa selalu penuh apalagi kalo malam gini. Sekretariat KMBI-ku berdiri anggun. Lewat depan cak wie, tempatnya kita (anak2 elektro kelas C-2001) nongkrong tiap hari soalnya di cak wie, anak2 bisa makan kenyang dengan harga anak kos. Saya sih gak pernah makan nasi bungkusnya, tapi terkesan sama Cak Wie yang menerima dan membiarkan saja anak2 model teman2ku itu nongkrong berjam-jam nunggu jam kuliah atau malah bolos kuliah.
Sampe juga di kost, dek Eya lagi pergi beli mouse. Kita baru benar2 reunian jam 10-an. Soalnya Tri sudah pulang dari nge-les-i, dan Lina baru juga nyampe. Lina khusus datang dari Nganjuk siang tadi supaya bisa ketemu. Reuni lagi berempat. Kamarku sekarang jadi gimana ya. Dekor-nya sudah diganti sama dek eya. Berasa lebih luasan sih, tapi gimana ya. Yasud-lah.
Ada banyak rencana disini, dan seminggu ini insyaAllah akan jadi seminggu penuh kisah. Tak sabar rasanya memulai hari-hari di sini dan menemukan hal-hal ajaib.
Saturday, November 17, 2007
Otakku Buntu
Buntu, kepala ini rasanya seperti berhenti berpikir. Capek dan lelah bertambah-tambah. Kerjaan di kantor yang gak selesai-selesai meski udah lembur 3 malam. Begitu selesai datang lagi setumpuk yang harus dikerjakan.
Bukan, ini bukan keluhan. Ini tugas yang harus dijalani. KOnsekuensi ketika mencemplungkan diri ke sini. Ini hanya sekedar coretan ketika otak meminta rehat. Tak sanggup lagi berpikir.
Tulisan-tulisan di kertas seperti bermain-main di mataku, berlompatan riang kesana kemari semakin memicingkan mata. Belum lagi angka-angka yang tersenyum mengejek meminta segera diselesaikan. Sampai akhirnya diri seperti ngadat. Angka-angka ruwet melilit di kepala, tak tahu harus memulai dari mana. Seperti masuk ke maze yang tak tahu berakhir dimana.
Aku butuh sekedar istirahat. Sebentar membasuh jiwa yang terlalu sibuk dengan duniawi, hingga hanya wajib yang terlaksana. Mushaf beberapa hari ini hanya sekedar mendapat lirikan. Menyentuh dan membacanya pun terhenti jika urusan duniawi memanggil. Astaghfirullah, bagaimana dunia bisa berjalan dengan lancar jika terlalu melena.
Otakku benar-benar buntu.
Aku capek, fisik dan pikiranku terkuras.
Izinkan aku rehat, mencharge energi dari Dzat yang KekuatanNYA tak pernah habis. Aku ingin tunduk sejenak, mengurai tali kusut di pikiranku ini. Agar dia terurai sempurna kembali dan aku bisa kembali menyelesaikan yang tertunda ini.
(Pamit 1/2 hari ya,ngecharge dulu, insyaAllah malam nanti baru lembur lagi).
Tulisan di atas aku buat tadi siang saat otak ini rasanya seperti berhenti berpikir. Dan saat ini aku kembali lagi berkutat dengan semua yang kutinggalkan tadi siang. Bedanya semuanya berbeda. Siang tadi, ketika diri ini memasrahkan penat , melepaskan lelah pikiran kepada Yang Maha Mendengar, Yang Mencintaiku tiada habis, beban itu meluruh, leleh seperti lilin yang terbakar.
Malam ini buktinya. Pekerjaanku memang belum selesai tapi jauh lebih enteng dari tadi siang. Bahkan otak ini seperti tak mengambil jeda untuk berpikir. Lancar semua kerjaan.
Subhanallah, Engkau memang Luar Biasa, Ya Allah....
Tempat menggantungkan segala suka, duka juga asa. Terimakasih Ya Allah
Bukan, ini bukan keluhan. Ini tugas yang harus dijalani. KOnsekuensi ketika mencemplungkan diri ke sini. Ini hanya sekedar coretan ketika otak meminta rehat. Tak sanggup lagi berpikir.
Tulisan-tulisan di kertas seperti bermain-main di mataku, berlompatan riang kesana kemari semakin memicingkan mata. Belum lagi angka-angka yang tersenyum mengejek meminta segera diselesaikan. Sampai akhirnya diri seperti ngadat. Angka-angka ruwet melilit di kepala, tak tahu harus memulai dari mana. Seperti masuk ke maze yang tak tahu berakhir dimana.
Aku butuh sekedar istirahat. Sebentar membasuh jiwa yang terlalu sibuk dengan duniawi, hingga hanya wajib yang terlaksana. Mushaf beberapa hari ini hanya sekedar mendapat lirikan. Menyentuh dan membacanya pun terhenti jika urusan duniawi memanggil. Astaghfirullah, bagaimana dunia bisa berjalan dengan lancar jika terlalu melena.
Otakku benar-benar buntu.
Aku capek, fisik dan pikiranku terkuras.
Izinkan aku rehat, mencharge energi dari Dzat yang KekuatanNYA tak pernah habis. Aku ingin tunduk sejenak, mengurai tali kusut di pikiranku ini. Agar dia terurai sempurna kembali dan aku bisa kembali menyelesaikan yang tertunda ini.
(Pamit 1/2 hari ya,ngecharge dulu, insyaAllah malam nanti baru lembur lagi).
Tulisan di atas aku buat tadi siang saat otak ini rasanya seperti berhenti berpikir. Dan saat ini aku kembali lagi berkutat dengan semua yang kutinggalkan tadi siang. Bedanya semuanya berbeda. Siang tadi, ketika diri ini memasrahkan penat , melepaskan lelah pikiran kepada Yang Maha Mendengar, Yang Mencintaiku tiada habis, beban itu meluruh, leleh seperti lilin yang terbakar.
Malam ini buktinya. Pekerjaanku memang belum selesai tapi jauh lebih enteng dari tadi siang. Bahkan otak ini seperti tak mengambil jeda untuk berpikir. Lancar semua kerjaan.
Subhanallah, Engkau memang Luar Biasa, Ya Allah....
Tempat menggantungkan segala suka, duka juga asa. Terimakasih Ya Allah
Monday, November 12, 2007
Jangan Terlalu Jauh Berlari
Harus diakui, mau tidak mau, di Maluku ini trauma akibat peristiwa 1999 itu masih ada. Memang sekarang masyarakatnya sudah lebih bijak. Mereka tidak lagi menerima informasi mentah-mentah. Ada proses mencari tahu dulu kebenarannya dan bagaimana menindaklanjutinya. Emosi tidak lagi mudah terpancing. Perkelahian antar dua kubu, berhentinya ya di dua kubu itu saja, tidak menjalar kemana-mana.
Di satu sisi, korban yang banyak berjatuhan dari dua belah pihak menyadarkan bahwa jangan lagi ada korban. Di sisi yang lain, tetap saja ketakutan itu ada. Panik jika mendengar ada ketidakberesan.
Seperti hari ini. Ketika Desa Ariate dan Dusun laala berseteru persoalan tanah, kami yang di Piru ikut panik. Ada keyakinan yang bilang bahwa tak ada apa-apa. Ini masalah lokal di dua tempat itu. Tapi seperti yang saya bilang di awal, trauma itu tetap ada, bagaimanapun penyangkalannya.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas di sini. Ada hal lain yang lebih memprihatinkan. Hal lain yang lebih memalukan dan lebih mengoyak batin. Sebuah keraguan akan pertolongan Allah.
Kaget saya melihat seorang wanita yang tadi siang baru saja terlihat memakai kerudungnya. Dan kenapa malam ini ia tidak berkerudung? Apa saya salah lihat ya tadi?
Sampai akhirnya ia sendiri yang bilang, bahwa dalam kepanikan tadi, suaminya bilang "buka jilbab dulu". Tersirat ketakutan dari suara itu yang membenarkan dirinya melepaskan kerudung yang dikenakan.
Mungkin, dalam pikiran si suami, kerudung akan mendekatkan sang istri dengan maut. Si suami yakin bahwa malikat maut akan menjauh jika istrinya tidak memakai kerudung. Sepertinya si suami belum tahu bahwa maut bisa menjemput kamu bahkan kalau kau sembunyi dilubang tikus sekalipun.
Astaghfirullah. Seandainya kita harus kehilangan banyak hari ini, bahkan nyawa sekalipun, setidaknya kita masih punya prinsip, kita mati dengan keyakinan yang masih utuh di dada. Bayangkan, jika memang hari ini terjadi sesuatu dan kita menghadapNYA tanpa berkerudung? Sementara 1 jam yang lalu kita melepasnya karena kita takut kerudung tak cukup bisa menjaga kita, apa yang akan kita katakan pada Allah? Tidak malukah kita kepada Allah yang Maha Menjaga? Tak malukah kita pada Allah yang janjiNYA adalah pasti?
Sahabat yang dekat dengan ibunya, yang tak diragukan sayangnya pada ibunda, menjawab Ibunda dengan kesantunan yang tinggi tapi tanpa melepas keyakinan, "Bu, jikapun Ibu punya seribu nyawa dan satu persatu meninggalkan ibu, tak akan kutinggalkan imanku pada Allah dan Rasul".
Santun, tapi tegas. Sederhana tapi kuat.
Saudaraku, kita boleh kehilangan segalanya. Tapi iman tidak boleh hilang sama sekali. Iman-lah yang membuat kita tetap hidup. Iman-lah yang akan menuntun langkah kita menemukan kembali semuanya. Dengan iman di dada, maka sebenarnya kita tak kehilangan apa-apa.
Saudaraku, Allah tak akan meninggalkan kita. Sayangnya, kita-lah yang terlalu jauh berlari dari-NYA. Tapi saudaraku, masih ada harap untuk kita. Sejauh apapun kita berlari, Allah selalu menerima kita kembali.
Di satu sisi, korban yang banyak berjatuhan dari dua belah pihak menyadarkan bahwa jangan lagi ada korban. Di sisi yang lain, tetap saja ketakutan itu ada. Panik jika mendengar ada ketidakberesan.
Seperti hari ini. Ketika Desa Ariate dan Dusun laala berseteru persoalan tanah, kami yang di Piru ikut panik. Ada keyakinan yang bilang bahwa tak ada apa-apa. Ini masalah lokal di dua tempat itu. Tapi seperti yang saya bilang di awal, trauma itu tetap ada, bagaimanapun penyangkalannya.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas di sini. Ada hal lain yang lebih memprihatinkan. Hal lain yang lebih memalukan dan lebih mengoyak batin. Sebuah keraguan akan pertolongan Allah.
Kaget saya melihat seorang wanita yang tadi siang baru saja terlihat memakai kerudungnya. Dan kenapa malam ini ia tidak berkerudung? Apa saya salah lihat ya tadi?
Sampai akhirnya ia sendiri yang bilang, bahwa dalam kepanikan tadi, suaminya bilang "buka jilbab dulu". Tersirat ketakutan dari suara itu yang membenarkan dirinya melepaskan kerudung yang dikenakan.
Mungkin, dalam pikiran si suami, kerudung akan mendekatkan sang istri dengan maut. Si suami yakin bahwa malikat maut akan menjauh jika istrinya tidak memakai kerudung. Sepertinya si suami belum tahu bahwa maut bisa menjemput kamu bahkan kalau kau sembunyi dilubang tikus sekalipun.
Astaghfirullah. Seandainya kita harus kehilangan banyak hari ini, bahkan nyawa sekalipun, setidaknya kita masih punya prinsip, kita mati dengan keyakinan yang masih utuh di dada. Bayangkan, jika memang hari ini terjadi sesuatu dan kita menghadapNYA tanpa berkerudung? Sementara 1 jam yang lalu kita melepasnya karena kita takut kerudung tak cukup bisa menjaga kita, apa yang akan kita katakan pada Allah? Tidak malukah kita kepada Allah yang Maha Menjaga? Tak malukah kita pada Allah yang janjiNYA adalah pasti?
Sahabat yang dekat dengan ibunya, yang tak diragukan sayangnya pada ibunda, menjawab Ibunda dengan kesantunan yang tinggi tapi tanpa melepas keyakinan, "Bu, jikapun Ibu punya seribu nyawa dan satu persatu meninggalkan ibu, tak akan kutinggalkan imanku pada Allah dan Rasul".
Santun, tapi tegas. Sederhana tapi kuat.
Saudaraku, kita boleh kehilangan segalanya. Tapi iman tidak boleh hilang sama sekali. Iman-lah yang membuat kita tetap hidup. Iman-lah yang akan menuntun langkah kita menemukan kembali semuanya. Dengan iman di dada, maka sebenarnya kita tak kehilangan apa-apa.
Saudaraku, Allah tak akan meninggalkan kita. Sayangnya, kita-lah yang terlalu jauh berlari dari-NYA. Tapi saudaraku, masih ada harap untuk kita. Sejauh apapun kita berlari, Allah selalu menerima kita kembali.
Saturday, November 10, 2007
Euforia Berlebihan
Layakkah kita memaknai amanah sebagai sebuah kesenangan, sebuah prestise yang disikapi begitu bahagia. Sampai harus ada perayaan yang wah. Apa ya yang terlintas di benak, di sela-sela jaringan otak ketika mendapat tugas itu? Mengapa adalah kegembiraan? Mengapa pula harus ada pesta? Kenapa bukan ketakutan? Akan begitu banyak beban setelah ini, lantas kenapa berhura-hura? Ah, betapa dunia telah membutakan hati
Ketika Rasulullah wafat, siapa khalifah yang menggantikan beliau?
Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah kemudian datang ke Saqifah. Dengan fasih Abu Bakar menenangkan Anshar yang sedang dibakar ghirah. "Kami (Muhajirin) adalah para Amir, dan kalian (Anshar) adalah para Wazir...maka bai'atlah 'Umar atau orang kepercayaan ummat ini Abu 'Ubaidah!"
Umar mengepalkan tangan dan gemeretak giginya karena malu sedang Abu 'Ubaidah menunduk berkeringat dingin tak mampu mengangkat kepalanya. "Justru engkau yang akan kami bai'at.."kata 'Umar kemudian sambil menggenggam tangan sahabatnya.
Kisah menyejarah akan takutnya memegang sebuah amanah.
Beratus-ratus tahun jaraknya dari kisah menyejarah itu, di sebuah ruangan Muswil DPW Maluku Utara periode 2000-2005. Kisah ini indah tertulis dalam Memoar Cinta di Medan Dakwah-nya Ust Cahyadi Takariawan. Saat pemilihan Dewan Syari'ah Wilayah sesuai tata tertib persidangan yang dipilih adalah Ketua, Wakil, dan seorang anggota. Pemilihan yang berlangsung tertutup itu menghasilkan 5 nama. Satu nama dengan 24 suara dan empat lainnya dengan 3 suara. Sebelum diputuskan mekanisme memilih 2 dari 4 nama yang sama-sama mendapatkan 3 suara tersebut, salah seorang kandidat menyatakan dirinya tidak memenuhi persyaratan sebagai anggota DSW karena belum mencapai jenjang keanggotaan sebagaimana diatur dalam AD/ART. Ia pun mengundurkan diri. Berarti masih ada 3 nama yang mendapatkan suara sama. Sedangkan yang dipilih hanya 2 di antara mereka.
Dalam kebingungan menentukan mekanisme, dengan polos dan tanpa pretensi apapun,Ketua DPW berbicara dengan suara keras, "Ayo siapa lagi yang mau mengundurkan diri?".
Begitulah keikhlasan hati seorang ikhwah yang melihat permasalahan itu dengan kacamata da'i yang tak layak berebut amanah, yang tak layak berebut jabatan apapun dalam dakwah.
Dan benar, salah satu kandidat mengacungkan tangan dan mengatakan, "Saya mengundurkan diri".
Dan hari ini saya liat bahwa ada sisi lain dari kepemimpinan. Meminta dan setelah diberi, betapa ekspresinya berlebihan bahkan memuakkan. Sadarkah bahwa pertanggungjawaban tak berhenti setelah akhir jabatan tapi berlanjut hingga menemui Sang Pencipta. Ah, dangkal dan piciknya pemikiran yang begitu bangga dengan beban yang justru dilemparkan dengan kasar.
Esensi dari pekerjaan adalah pada ketekunan, keikhlasan kesabaran, kesungguhan dalam menunaikan kegiatan, pada usaha terus menerus menebar kebajikan di setiap ruang-ruang publik. Bukan pada perebutan jabatan, bukan pada adu argumentasi tanpa kejelasan tujuan, bukan pada semangat gugat menggugat interpretasi.
Mari kita tekun bekerja, sebagai apa pun kita!
nb : catatan usai definitifnya para pejabat
Ketika Rasulullah wafat, siapa khalifah yang menggantikan beliau?
Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah kemudian datang ke Saqifah. Dengan fasih Abu Bakar menenangkan Anshar yang sedang dibakar ghirah. "Kami (Muhajirin) adalah para Amir, dan kalian (Anshar) adalah para Wazir...maka bai'atlah 'Umar atau orang kepercayaan ummat ini Abu 'Ubaidah!"
Umar mengepalkan tangan dan gemeretak giginya karena malu sedang Abu 'Ubaidah menunduk berkeringat dingin tak mampu mengangkat kepalanya. "Justru engkau yang akan kami bai'at.."kata 'Umar kemudian sambil menggenggam tangan sahabatnya.
Kisah menyejarah akan takutnya memegang sebuah amanah.
Beratus-ratus tahun jaraknya dari kisah menyejarah itu, di sebuah ruangan Muswil DPW Maluku Utara periode 2000-2005. Kisah ini indah tertulis dalam Memoar Cinta di Medan Dakwah-nya Ust Cahyadi Takariawan. Saat pemilihan Dewan Syari'ah Wilayah sesuai tata tertib persidangan yang dipilih adalah Ketua, Wakil, dan seorang anggota. Pemilihan yang berlangsung tertutup itu menghasilkan 5 nama. Satu nama dengan 24 suara dan empat lainnya dengan 3 suara. Sebelum diputuskan mekanisme memilih 2 dari 4 nama yang sama-sama mendapatkan 3 suara tersebut, salah seorang kandidat menyatakan dirinya tidak memenuhi persyaratan sebagai anggota DSW karena belum mencapai jenjang keanggotaan sebagaimana diatur dalam AD/ART. Ia pun mengundurkan diri. Berarti masih ada 3 nama yang mendapatkan suara sama. Sedangkan yang dipilih hanya 2 di antara mereka.
Dalam kebingungan menentukan mekanisme, dengan polos dan tanpa pretensi apapun,Ketua DPW berbicara dengan suara keras, "Ayo siapa lagi yang mau mengundurkan diri?".
Begitulah keikhlasan hati seorang ikhwah yang melihat permasalahan itu dengan kacamata da'i yang tak layak berebut amanah, yang tak layak berebut jabatan apapun dalam dakwah.
Dan benar, salah satu kandidat mengacungkan tangan dan mengatakan, "Saya mengundurkan diri".
Dan hari ini saya liat bahwa ada sisi lain dari kepemimpinan. Meminta dan setelah diberi, betapa ekspresinya berlebihan bahkan memuakkan. Sadarkah bahwa pertanggungjawaban tak berhenti setelah akhir jabatan tapi berlanjut hingga menemui Sang Pencipta. Ah, dangkal dan piciknya pemikiran yang begitu bangga dengan beban yang justru dilemparkan dengan kasar.
Esensi dari pekerjaan adalah pada ketekunan, keikhlasan kesabaran, kesungguhan dalam menunaikan kegiatan, pada usaha terus menerus menebar kebajikan di setiap ruang-ruang publik. Bukan pada perebutan jabatan, bukan pada adu argumentasi tanpa kejelasan tujuan, bukan pada semangat gugat menggugat interpretasi.
Mari kita tekun bekerja, sebagai apa pun kita!
nb : catatan usai definitifnya para pejabat
Masih Ada Waktu, Nak...
Kasihan sekali hidupmu nak. Kau harus dikendalikan oleh yang secara hirarki harusnya kau kendalikan. Entah kemana perginya nurani. Ia harus kalah karena kepentingan pribadi. Tunduk pada keangkuhan dan keinginan duniawi semata. Jengkel yang terasa berganti jadi kasihan, iba karena kau tak lagi bisa menjadi dirimu sendiri. Kau tak lagi bebas menentukan pilihan-pilihan sikapmu, tak lagi mampu melihat dan berkarya sebagaimana mestinya hati menuntun.
Pun ketika ada kesempatan kedua (everybody deserve to be) memperbaiki kesalahan, tak juga kau ambil. Kau tetap bergumang dalam kesalahan yang seharusnya tak terjadi. Lalu kau masih menyebut dirimu punya kuasa? Kuasa itu sudah dirampas, nak. Mungkin kau tak sadar, tapi apa yang kau punya sekarang tidaklah sebanyak yang kau pikirkan. Karena mereka punya lebih banyak, hingga penampilanmu adalah yang berkuasa, tapi hatimu mereka belenggu.
Buka matamu, nak. Lihat sekelilingmu. Banyak yang mesti kau lakukan selain dari mendengar satu demi satu rengekan penuh darah nafsu. Banyak yang lebih butuh perhatianmu tapi mereka hanya diam. Jangankan bicara, mendekatimu saja begitu susah. Tapi harusnya kau sadar, bahwa mereka diam karena mereka memang tak perlu bicara. Kaulah yang berkewajiban memenuhi hak-hak mereka dan mereka tak perlu merengek.
Masih ada waktu.
Pun ketika ada kesempatan kedua (everybody deserve to be) memperbaiki kesalahan, tak juga kau ambil. Kau tetap bergumang dalam kesalahan yang seharusnya tak terjadi. Lalu kau masih menyebut dirimu punya kuasa? Kuasa itu sudah dirampas, nak. Mungkin kau tak sadar, tapi apa yang kau punya sekarang tidaklah sebanyak yang kau pikirkan. Karena mereka punya lebih banyak, hingga penampilanmu adalah yang berkuasa, tapi hatimu mereka belenggu.
Buka matamu, nak. Lihat sekelilingmu. Banyak yang mesti kau lakukan selain dari mendengar satu demi satu rengekan penuh darah nafsu. Banyak yang lebih butuh perhatianmu tapi mereka hanya diam. Jangankan bicara, mendekatimu saja begitu susah. Tapi harusnya kau sadar, bahwa mereka diam karena mereka memang tak perlu bicara. Kaulah yang berkewajiban memenuhi hak-hak mereka dan mereka tak perlu merengek.
Masih ada waktu.
Sunday, November 04, 2007
GADISKU, TERBANGLAH.....
Hari ini
kampusmu akan menjadi satu tapak
Yang kau tinggalkan tapi kau rindukan
Maen,
Belajar,
Senang,
Pusing,
Semangat,
Kursi taman,
Kantin,
Pohon,
Masjid,
Angin,
Hujan,
dan Kicau burungnya
Dalam lipatan memorimu kini
Ada satu masa dimana kau dan gejolak masa mudamu
menemukan tempatnya dan mengangkasa
Hingga akhirnya kau tahu alasannya
Mengapa Allah menempatkanmu disana beberapa saat
Ukiran bersama sahabat-sahabatmu
Membentuk sebuah kisah thriller, komedi
ataupun drama khas anak muda
Satu persatu merenda jejak di taman hatimu
Berharap kelak ketika semua telah berjalan sesuai masanya
Masa kalian tetaplah terkenang, tak tergantikan
Hari ini,
Kau melangkah pasti
Membentuk kembali tapakmu yang baru
di dunia yang sebenarnya
Bersiaplah karena nanti tak seindah yang kau bayangkan
Tak semulus yang kau duga
Tak semudah yang kau harap
Tapi kau tahu,
Keteguhan hatimu akan menuntun langkah berat itu
Hingga tetap mantap
Saya yakin, maka mengapa kau ragu?
Karena memang tak ada alasan untuk meragu.
Selamat mengepakkan sayapmu yang telah lama belajar terbang
Saatnya membuktikan dirimu
Saatnya orang-orang tahu
Bahwa dunia ini indah karena ada kau di dalamnya
Dengan segala keajaiban yang mampu kau cipta
Teruntuk : Adekku sayang, yang hari ini menambah S.Psi di belakang namanya.
S. Faradilla Waliulu, S.Psi
Saturday, November 03, 2007
Di Balik Awan
Tiba-tiba saja diri ini ingin pulang ke rumah di Ambon. Kembali ke hangatnya kasur dan belaian bacaan menjelang tidur. Tadinya sih pengen gak ke kantor, tapi berhubung laporan yang saya buat kemarin belum diberi ke si Bapak, jadi ya harus ke kantor dulu. Tunggu menunggu, kok si Bapak belum datang-datang juga. Kalo gak datang, nyesel dong ke kantor. Pas lagi seru-serunya bahas bukunya Dan Brown sama rekan, si Bapak muncul. Laporan saya beri dan berharap cemas tak ada perubahan (mau kabur nih).
"Ya sudah" *alhamdulillah, ijin pulang ah*
"Tapi.... *o..ow, apaan*, ini laporan kecamatan apa?"
"Dua-duanya pak, Kairatu dan Huamual Belakang"
"Seng buat sendiri-sendiri?"
"Seng pak, itu sudah digabung. Kemarin saya tanya, kata Bapak jadi satu saja"
"Harusnya dipisah *ugh, selesai jam berapa ya? dapat feri jam berapa nanti?*
Si Bapak meneliti lagi laporan itu. Dan saya masih berharap ada kalimat yang melegakan.
Dan...
"Ya sudah, begini saja juga seng apa-apa. Cuma nanti buat kecamatan sendiri-sendiri secara umum ya. Ini kan masih gambarkan desa-nya saja"
"Iya pak" *tapi senin aja pak, pengen pulang nih*
Maka,Sebelum jam kantor berakhir, saya sudah ada di jalan menuju Waipirit. Perjalanan yang menyenangkan, benar2 menyenangkan. saya selalu menikmati perjalanan Piru-ambon. Mata saya benar-benar termanjakan.
Gelap yang tadinya saya pikir hujan di gunung sana, ternyata setelah saya lewat, bukan hujan tapi kabut. Serasa berkendara dibalik awan (kayak Denias yang bersenandung). Dinginnya tuh enak, segar. Dinginnya beda. Dia gak masuk ke pori menusuk kulit, tapi justru membelai. Asyik menikmati awan yang membelai, tiba-tiba "byar", langit menangis hingga kulit ini serasa sakit ditusuk tetesannya yang besar. Tapi perjalanan tetap berlanjut. Tak peduli hujan, toh juga di gunung, tak ada tempat berteduh. Hujan adalah rahmat, maka biarkan rahmat ini menemani kepulanganku.
Piru, tunggu saya 2 hari lagi ya. Mau reses dulu nih.
"Ya sudah" *alhamdulillah, ijin pulang ah*
"Tapi.... *o..ow, apaan*, ini laporan kecamatan apa?"
"Dua-duanya pak, Kairatu dan Huamual Belakang"
"Seng buat sendiri-sendiri?"
"Seng pak, itu sudah digabung. Kemarin saya tanya, kata Bapak jadi satu saja"
"Harusnya dipisah *ugh, selesai jam berapa ya? dapat feri jam berapa nanti?*
Si Bapak meneliti lagi laporan itu. Dan saya masih berharap ada kalimat yang melegakan.
Dan...
"Ya sudah, begini saja juga seng apa-apa. Cuma nanti buat kecamatan sendiri-sendiri secara umum ya. Ini kan masih gambarkan desa-nya saja"
"Iya pak" *tapi senin aja pak, pengen pulang nih*
Maka,Sebelum jam kantor berakhir, saya sudah ada di jalan menuju Waipirit. Perjalanan yang menyenangkan, benar2 menyenangkan. saya selalu menikmati perjalanan Piru-ambon. Mata saya benar-benar termanjakan.
Gelap yang tadinya saya pikir hujan di gunung sana, ternyata setelah saya lewat, bukan hujan tapi kabut. Serasa berkendara dibalik awan (kayak Denias yang bersenandung). Dinginnya tuh enak, segar. Dinginnya beda. Dia gak masuk ke pori menusuk kulit, tapi justru membelai. Asyik menikmati awan yang membelai, tiba-tiba "byar", langit menangis hingga kulit ini serasa sakit ditusuk tetesannya yang besar. Tapi perjalanan tetap berlanjut. Tak peduli hujan, toh juga di gunung, tak ada tempat berteduh. Hujan adalah rahmat, maka biarkan rahmat ini menemani kepulanganku.
Piru, tunggu saya 2 hari lagi ya. Mau reses dulu nih.
Monday, October 22, 2007
Jiwa, Siapkan kematianmu....
Beberapa bulan ini begitu banyak kematian di dekatku.
Sebulan lalu, adik dari kakek yang dibelai oleh kematian dan sekitar 2 minggu lalu, kematian ada di jalan yang kulewati lima belas menit setelahnya. Terbujur kaku seorang pria mencium tanah dengan merah terus menetes dari kepalanya. Saat itu kubayangkan perihnya hati keluarga yang mendengar berita perginya tempat menyambung hidup dengan cara yang tak biasa. Kubayangkan pula perasaan pengendara yang menjadi sebab perginya nyawa itu. Bagaimana ia akan menghadapi hari-hari berikutnya dengan perasaan bersalah dan penyesalan berkepanjangan. Bagaimana pula perjalanan batin sang pembawa berita. Kata-kata seperti apa yang harus ia ucapkan agar berita luka duka itu tidak seluka kelihatannya. Yang walaupun dicari di kamus setebal apapun tak akan ditemukan. Kepergian tetaplah menyakitkan seperti apapun balutan kata-kata membungkusnya.
Dan pagi tadi, kami sekeluarga dikejutkan oleh berita duka kepergian seorang bibi di Luhu, kampung keluarga besar saya. Begitu tiba-tiba karena heart attack. Terkirim doa untuknya, semoga beliau tenang. Maafkan karena tak bisa ke sana. Tapi doaku tak berhenti semoga ketenangan kau dapatkan.
Kita telah lahir, pada gilirannya kita akan "pergi". begitulah kepastian. Maka, wahai jiwa, persiapkanlah kematianmu dengan indah....
Ada sebuah kematian yang begitu indah 4 hari yang lalu. Seorang kerabat muallaf pergi dengan begitu sempurna. Saat berdzikir usai sholat subuh, masih dengan mukena ia kenakan. Pagi tadi sebelum sholat, beliau sudah membersihkan diri dan beliau ditemukan masih dengan mukena, tidur dengan tangan yang ia bentuk sendiri.
Subhanallh, begitu indah.
Jiwa, akankah kematianmu akan kau songsong dengan indah?
nb : Ma Enga, doaku, semoga Allah mendekapmu erat, membuatmu nyaman hingga berkumpul lagi nanti. Om, abang, yang sabar ya...............
Sebulan lalu, adik dari kakek yang dibelai oleh kematian dan sekitar 2 minggu lalu, kematian ada di jalan yang kulewati lima belas menit setelahnya. Terbujur kaku seorang pria mencium tanah dengan merah terus menetes dari kepalanya. Saat itu kubayangkan perihnya hati keluarga yang mendengar berita perginya tempat menyambung hidup dengan cara yang tak biasa. Kubayangkan pula perasaan pengendara yang menjadi sebab perginya nyawa itu. Bagaimana ia akan menghadapi hari-hari berikutnya dengan perasaan bersalah dan penyesalan berkepanjangan. Bagaimana pula perjalanan batin sang pembawa berita. Kata-kata seperti apa yang harus ia ucapkan agar berita luka duka itu tidak seluka kelihatannya. Yang walaupun dicari di kamus setebal apapun tak akan ditemukan. Kepergian tetaplah menyakitkan seperti apapun balutan kata-kata membungkusnya.
Dan pagi tadi, kami sekeluarga dikejutkan oleh berita duka kepergian seorang bibi di Luhu, kampung keluarga besar saya. Begitu tiba-tiba karena heart attack. Terkirim doa untuknya, semoga beliau tenang. Maafkan karena tak bisa ke sana. Tapi doaku tak berhenti semoga ketenangan kau dapatkan.
Kita telah lahir, pada gilirannya kita akan "pergi". begitulah kepastian. Maka, wahai jiwa, persiapkanlah kematianmu dengan indah....
Ada sebuah kematian yang begitu indah 4 hari yang lalu. Seorang kerabat muallaf pergi dengan begitu sempurna. Saat berdzikir usai sholat subuh, masih dengan mukena ia kenakan. Pagi tadi sebelum sholat, beliau sudah membersihkan diri dan beliau ditemukan masih dengan mukena, tidur dengan tangan yang ia bentuk sendiri.
Subhanallh, begitu indah.
Jiwa, akankah kematianmu akan kau songsong dengan indah?
nb : Ma Enga, doaku, semoga Allah mendekapmu erat, membuatmu nyaman hingga berkumpul lagi nanti. Om, abang, yang sabar ya...............
Sunday, October 21, 2007
Lebaran ini
Senja ramadhan telah tenggelam, mentari syawal datang. Entah harus bahagia atas datangnya kemenangan ini atau bersedih atas perpisahan ini. Tak pelak ada tanya, akankah sua kembali ataukah perpisahan ini untuk selamanya.
Seminggu lebih menghabiskan hari-hari di rumah, bersama orang orang tercinta. Ramadhan dan ied fitri selalu menawarkan keceriaan, senyum dan pertemuan fisik yang begitu bermakna. Dek eya yang datang dari Surabaya, dek Ega yang mudik dari makassar, bikin pertemuan kami berlima yang sudah tak lama berjumpa begitu bermakna. Seru, asyik, lebaran kali ini. Pisang ijo favorit buatan ibu jadi penutup berbuka dan ketupat plus opor ayam masih jadi menu utama lebaran. Siip, mantrrrraaap.
Ke rumah sanak saudara, didatangi sama sanak saudara, pertemuan yang begitu menyenangkan. Ada yang kurang dari lebaran ini. Baru kali ini, kita gak ada kumpul-kumpul sama teman2 SD, dan gak ada acara ke sekolahan SD. Sedih juga tapi gak apa, kemarin sudah telpon Ibu Nun, terobati lah kangen itu.
Sore tadi untuk pertama kali sholat di masjid agung An-Nuur di batu merah. Jalan ke batu merah sore hari dari arah Galunggung liat mentari senja, subhanallah. Laut di kanan dan gunung di depan. Bagus deh pokoknya.
Besok, saya mau balik ke SBB, kembali bertugas mengabdi pada negara (weits). Rasa-rasanya sudah cukup persediaan energi untuk balik. Ditutup dengan indah. Rame-rame tadi makan di AREMA. Ada evi, dek eya, dek uni, caca, ca lely, mbak ratih dan dek Putri. Menu semuanya sama, Bakso. Rada mengecewakan sih, gak seenak yang diceritakan but at least ketemuan rame2 sudah cukup lah. i love you all, sista......
Seminggu lebih menghabiskan hari-hari di rumah, bersama orang orang tercinta. Ramadhan dan ied fitri selalu menawarkan keceriaan, senyum dan pertemuan fisik yang begitu bermakna. Dek eya yang datang dari Surabaya, dek Ega yang mudik dari makassar, bikin pertemuan kami berlima yang sudah tak lama berjumpa begitu bermakna. Seru, asyik, lebaran kali ini. Pisang ijo favorit buatan ibu jadi penutup berbuka dan ketupat plus opor ayam masih jadi menu utama lebaran. Siip, mantrrrraaap.
Ke rumah sanak saudara, didatangi sama sanak saudara, pertemuan yang begitu menyenangkan. Ada yang kurang dari lebaran ini. Baru kali ini, kita gak ada kumpul-kumpul sama teman2 SD, dan gak ada acara ke sekolahan SD. Sedih juga tapi gak apa, kemarin sudah telpon Ibu Nun, terobati lah kangen itu.
Sore tadi untuk pertama kali sholat di masjid agung An-Nuur di batu merah. Jalan ke batu merah sore hari dari arah Galunggung liat mentari senja, subhanallah. Laut di kanan dan gunung di depan. Bagus deh pokoknya.
Besok, saya mau balik ke SBB, kembali bertugas mengabdi pada negara (weits). Rasa-rasanya sudah cukup persediaan energi untuk balik. Ditutup dengan indah. Rame-rame tadi makan di AREMA. Ada evi, dek eya, dek uni, caca, ca lely, mbak ratih dan dek Putri. Menu semuanya sama, Bakso. Rada mengecewakan sih, gak seenak yang diceritakan but at least ketemuan rame2 sudah cukup lah. i love you all, sista......
Thursday, October 11, 2007
Inspirasi dari LASKAR PELANGI
Bismillah....
Biasanya buku baru yang dibaca gak pernah lebih dari satu hari. Tapi karena lagi banyak kerjaan maka terlantarlah buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, padahal hati sudah garuk-garuk pengen baca.
Walhasil setelah 7 hari membaca di sela-sela waktu senggang, selesailah juga buku keren ini saya baca, berenti di titik tujuh lewat lima belas menit pagi.
Kehilangan kata-kata gambarkan buku ini. Keren, bagus, mendidik, inspiring. Memang sih, banyak sekali metafora dan deskripsi yang imajinatif yang mungkin bagi sebagian orang terkesan berlebihan dan susah. Tapi mungkin disitulah daya tariknya. Seperti ketika Andrea mengumpamakan Ibu Muslimah seperti sekuntum Crinum Giganteum yang mekar dan posturnya jangkung persis tangkai bunga itu. Atau ketika ia mengibaratkan Lintang seperti Pilea, bunga meriam, yang jika butiran air jatuh di atas daunnya, ia melontarkan tepung sari, semarak, spontan, mekar dan penuh daya hidup. Deskripsi itu cukup jelas menggambarkan sosok Lintang dalam imajinasi saya.
Dan hingga pada akhir cerita, Ibu Mus dan Lintang yang jadi tokoh favorit saya. Karakter yang kuat, penuh percaya diri. Ibu Muslimah dengan dedikasinya yang tinggi, pengabdian dari hati. Benar2 luar biasa buat saya. Di zaman yang kayak gini, masih adakah yang seperti Ibu Mus dengan dedikasi setinggi itu puluh tahun lalu. Beliau berjuang dengan percaya bahwa setiap anak punya sesuatu yang suatu saat akan muncul selama kita membiarkannya berkembang, tidak mengkebirinya.
Lintang, cerita tentang Lintang sukses membuat cairan dingin menetes keluar dari mata. Keinginannya yang kuat untuk bersekolah hingga akhirnya dia menemukan dirinya begitu berbeda, luar biasa di balik ke-biasa-annya. Menaiki sepeda hingga empat puluh kilometer untuk bisa ke sekolah. Hingga sandal yang terbuat dari ban mobil jadi aus, dan ia harus berangkat sejak subuh. Lewati empat kawasan pohon nipah, tempat berawa-rawa dan ada buayanya. Anak sekecil itu.
Hingga pada satu hari, rantai sepedanya putus dan ia tetap memilih ke sekolah sambil menuntun sepedanya. Maka ketika ia sampai dan yang tersisa dari sekolah hari itu adalah menyanyikan lagu BAGIMU NEGERI, yang ditemukan adalah Lintang yang paling semangat serta paling menghayati. Menyanyikannya dengan senyum dan kembali menuntun sepedanya sejauh 40 kilometer pulang ke rumah. Inspiring, So Inspiring....
Pilihan kata : Kami adalah sepuluh umpan nasib dan kami seumpama kerang-kerang halus yang merekat satu sama lain dihantam deburan ombak ilmu. Keren abis kan.
Dari segi bahasa, saya suka metaforanya. Saya suka cara Andrea mendeskripsikan sesuatu. Indah. Segi cerita, kekuatannya oks banget. Mantap, penuh isi dan penuh inspirasi.
Ini buku yang saya rekomendasikan buat siapapun yang mau melihat sudut pandang lain dari dunia pendidikan. Kamu bakal tersejukkan dengan kenyataan bahwa pernah ada zaman dimana anak-anak memiliki keinginan kuat untuk peroleh pendidikan dan manusia-manusia perkasa seperti Ibu Mus dan Pak Harfan itu ada. Dan semoga di zaman sekarang, entah dimana, masih ada yang seperti itu. Tidak hanya di dunia pendidikan, tapi di setiap frame hidup. Dan semoga kita bisa termasuk yang berdedikasi tinggi, bekerja dengan hati di bidang apapun yang sedang kita geluti saat ini.
Berharap sangat............
setelah tuntas Laskar Pelangi
18 September 2007. 7 : 15 pagi
Biasanya buku baru yang dibaca gak pernah lebih dari satu hari. Tapi karena lagi banyak kerjaan maka terlantarlah buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, padahal hati sudah garuk-garuk pengen baca.
Walhasil setelah 7 hari membaca di sela-sela waktu senggang, selesailah juga buku keren ini saya baca, berenti di titik tujuh lewat lima belas menit pagi.
Kehilangan kata-kata gambarkan buku ini. Keren, bagus, mendidik, inspiring. Memang sih, banyak sekali metafora dan deskripsi yang imajinatif yang mungkin bagi sebagian orang terkesan berlebihan dan susah. Tapi mungkin disitulah daya tariknya. Seperti ketika Andrea mengumpamakan Ibu Muslimah seperti sekuntum Crinum Giganteum yang mekar dan posturnya jangkung persis tangkai bunga itu. Atau ketika ia mengibaratkan Lintang seperti Pilea, bunga meriam, yang jika butiran air jatuh di atas daunnya, ia melontarkan tepung sari, semarak, spontan, mekar dan penuh daya hidup. Deskripsi itu cukup jelas menggambarkan sosok Lintang dalam imajinasi saya.
Dan hingga pada akhir cerita, Ibu Mus dan Lintang yang jadi tokoh favorit saya. Karakter yang kuat, penuh percaya diri. Ibu Muslimah dengan dedikasinya yang tinggi, pengabdian dari hati. Benar2 luar biasa buat saya. Di zaman yang kayak gini, masih adakah yang seperti Ibu Mus dengan dedikasi setinggi itu puluh tahun lalu. Beliau berjuang dengan percaya bahwa setiap anak punya sesuatu yang suatu saat akan muncul selama kita membiarkannya berkembang, tidak mengkebirinya.
Lintang, cerita tentang Lintang sukses membuat cairan dingin menetes keluar dari mata. Keinginannya yang kuat untuk bersekolah hingga akhirnya dia menemukan dirinya begitu berbeda, luar biasa di balik ke-biasa-annya. Menaiki sepeda hingga empat puluh kilometer untuk bisa ke sekolah. Hingga sandal yang terbuat dari ban mobil jadi aus, dan ia harus berangkat sejak subuh. Lewati empat kawasan pohon nipah, tempat berawa-rawa dan ada buayanya. Anak sekecil itu.
Hingga pada satu hari, rantai sepedanya putus dan ia tetap memilih ke sekolah sambil menuntun sepedanya. Maka ketika ia sampai dan yang tersisa dari sekolah hari itu adalah menyanyikan lagu BAGIMU NEGERI, yang ditemukan adalah Lintang yang paling semangat serta paling menghayati. Menyanyikannya dengan senyum dan kembali menuntun sepedanya sejauh 40 kilometer pulang ke rumah. Inspiring, So Inspiring....
Pilihan kata : Kami adalah sepuluh umpan nasib dan kami seumpama kerang-kerang halus yang merekat satu sama lain dihantam deburan ombak ilmu. Keren abis kan.
Dari segi bahasa, saya suka metaforanya. Saya suka cara Andrea mendeskripsikan sesuatu. Indah. Segi cerita, kekuatannya oks banget. Mantap, penuh isi dan penuh inspirasi.
Ini buku yang saya rekomendasikan buat siapapun yang mau melihat sudut pandang lain dari dunia pendidikan. Kamu bakal tersejukkan dengan kenyataan bahwa pernah ada zaman dimana anak-anak memiliki keinginan kuat untuk peroleh pendidikan dan manusia-manusia perkasa seperti Ibu Mus dan Pak Harfan itu ada. Dan semoga di zaman sekarang, entah dimana, masih ada yang seperti itu. Tidak hanya di dunia pendidikan, tapi di setiap frame hidup. Dan semoga kita bisa termasuk yang berdedikasi tinggi, bekerja dengan hati di bidang apapun yang sedang kita geluti saat ini.
Berharap sangat............
setelah tuntas Laskar Pelangi
18 September 2007. 7 : 15 pagi
Wednesday, October 03, 2007
Di Antara Dua Pilihan
Bismillahirrahmanirrahim...
Kalau kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, apa yang harus kita lakukan? Kebanyakan orang akan menganjurkan untuk memilih yang paling sedikit mudhoratnya. Sekarang pertanyannya adalah
"bagaimana kalau kita gak tau yang mana yang paling sedikit mudhoratnya?"
"bagaimana kalau kita sama sekali asing dengan dua pilihan itu?"
"bagaimana kalau kita gak tau mana yang terbaik untuk kita?"
Begitulah kini yang rasanya menggelantung di kepala. Bingung berada di antara dua pilihan yang saya sama sekali tidak tahu harus memilih yang mana. Ada hal-hal yang bisa saya dapatkan dari yang satu tapi tidak di yang lain, begitu pula sebaliknya. Kalo boleh saya memilih dua-duanya, sepertinya itu lebih baik. Jadi lengkap yang saya dapatkan. Tapi itu gak mungkin. Dan sekarang kalo Allah membuka satu pintu untuk saya masuki sementara saat ini saya tengah riang dan bergembira di ruangan yang lain, apa saya mesti melangkahkan kaki ke ruangan baru itu atau tetap di ruangan yang lama. Mungkinkah kaki saya ada di dua ruangan tersebut secara bersamaan?
Saya gamang, takut memutuskan karena takut keputusan saya salah. Dengarkan kata hati sudah. Dan kata hati saya sudah menjawab tapi saya masih ragu akan ke depannya. Kalut, bimbang, bingung, takut, semuanya serba buntu.
Dan sampailah saya pada jawabannya.
Bahwa saya tak perlu memutuskan apa-apa. Allah-lah yang akan menjawabnya untukku. Allah telah membuka pintu, maka berarti Ia menginginkanku masuk. Kalau nanti Ia tak menghendakiku berlama-lama di situ, Ia pasti akan menutupnya untukku. Aku tak perlu risau. Semua akan berjalan sesuai kehendakNYA dan itu pastilah yang terbaik. saya gak perlu untuk membingungkan mana yang terbaik buat saya. Cukup masuki pintu itu, dan Allah-lah yang akan menunjukkan arahnya.
Maka disinilah saya sekarang, mencoba memasuki pintu itu. Arahnya kemudian mulai jelas. Ketidaksetujuan dari pihak yang paling kuharap dukungannya, hati dan pikiran saya yang terus menggelitik di tempat lain, hingga alur yang harus kuhadapi di pintu baru itu. It's all clear, yang terbaik untukku bukanlah disitu. Allah menunjukkannya untukku. Toh, kalo pintu itu kembali terbuka, kurasa saya sudah tau jawabannya apa.
Allah, terimakasih atas pelajaran yang engkau berikan ini. Aku tau, dan aku yakin mendarah daging dalam tubuhku bahwa "RidhoMU ada pada keridhoan orang tua, MurkaMu ada pada murka orang tua"
Ibu, maafin eby, dan terimakasih ya bu telah memberiku nafas kehidupan. Aku tau, hatimu-lah yang terbaik menuntun jalanku. Keyakinanmu adalah titah untukku. Love you, mom........
Kalau kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, apa yang harus kita lakukan? Kebanyakan orang akan menganjurkan untuk memilih yang paling sedikit mudhoratnya. Sekarang pertanyannya adalah
"bagaimana kalau kita gak tau yang mana yang paling sedikit mudhoratnya?"
"bagaimana kalau kita sama sekali asing dengan dua pilihan itu?"
"bagaimana kalau kita gak tau mana yang terbaik untuk kita?"
Begitulah kini yang rasanya menggelantung di kepala. Bingung berada di antara dua pilihan yang saya sama sekali tidak tahu harus memilih yang mana. Ada hal-hal yang bisa saya dapatkan dari yang satu tapi tidak di yang lain, begitu pula sebaliknya. Kalo boleh saya memilih dua-duanya, sepertinya itu lebih baik. Jadi lengkap yang saya dapatkan. Tapi itu gak mungkin. Dan sekarang kalo Allah membuka satu pintu untuk saya masuki sementara saat ini saya tengah riang dan bergembira di ruangan yang lain, apa saya mesti melangkahkan kaki ke ruangan baru itu atau tetap di ruangan yang lama. Mungkinkah kaki saya ada di dua ruangan tersebut secara bersamaan?
Saya gamang, takut memutuskan karena takut keputusan saya salah. Dengarkan kata hati sudah. Dan kata hati saya sudah menjawab tapi saya masih ragu akan ke depannya. Kalut, bimbang, bingung, takut, semuanya serba buntu.
Dan sampailah saya pada jawabannya.
Bahwa saya tak perlu memutuskan apa-apa. Allah-lah yang akan menjawabnya untukku. Allah telah membuka pintu, maka berarti Ia menginginkanku masuk. Kalau nanti Ia tak menghendakiku berlama-lama di situ, Ia pasti akan menutupnya untukku. Aku tak perlu risau. Semua akan berjalan sesuai kehendakNYA dan itu pastilah yang terbaik. saya gak perlu untuk membingungkan mana yang terbaik buat saya. Cukup masuki pintu itu, dan Allah-lah yang akan menunjukkan arahnya.
Maka disinilah saya sekarang, mencoba memasuki pintu itu. Arahnya kemudian mulai jelas. Ketidaksetujuan dari pihak yang paling kuharap dukungannya, hati dan pikiran saya yang terus menggelitik di tempat lain, hingga alur yang harus kuhadapi di pintu baru itu. It's all clear, yang terbaik untukku bukanlah disitu. Allah menunjukkannya untukku. Toh, kalo pintu itu kembali terbuka, kurasa saya sudah tau jawabannya apa.
Allah, terimakasih atas pelajaran yang engkau berikan ini. Aku tau, dan aku yakin mendarah daging dalam tubuhku bahwa "RidhoMU ada pada keridhoan orang tua, MurkaMu ada pada murka orang tua"
Ibu, maafin eby, dan terimakasih ya bu telah memberiku nafas kehidupan. Aku tau, hatimu-lah yang terbaik menuntun jalanku. Keyakinanmu adalah titah untukku. Love you, mom........
Saturday, September 15, 2007
Moga Allah makin sayang
Ramadhan tiba, pengennya ngomong tentang Ramadhan tapi malu. Ilmu dan praktek masih jauh untuk bicara banyak. Hanya tekad untuk mengisi serta memperbaiki diri dan mengajak semua yang membaca blog sederhana ini untuk berbenah, kata Adis, mumpung Setannya lagi dipenjara.
Dari semua sms yang masuk, ada satu yang begitu kuat melekat di hati. Sms dari seorang kawan lama yang sedang mengabdi nun jauh disana.
Mohon dimaafkan segala kesalahan
Selamat ber-Ramadhan
Semoga Allah makin sayang
Sederhana lugas tapi kuat. Apa lagi yang diharapkan selain disayangi oleh Allah? Maka Ramadhan ini, berlombalah agar kita menjadi kesayangan Allah.
Kepada seluruh Saudara, kawan, sahabat, seluruh hamba Allah,
SELAMAT BER-RAMADHAN
SEMOGA ALLAH MAKIN SAYANG
Dari semua sms yang masuk, ada satu yang begitu kuat melekat di hati. Sms dari seorang kawan lama yang sedang mengabdi nun jauh disana.
Mohon dimaafkan segala kesalahan
Selamat ber-Ramadhan
Semoga Allah makin sayang
Sederhana lugas tapi kuat. Apa lagi yang diharapkan selain disayangi oleh Allah? Maka Ramadhan ini, berlombalah agar kita menjadi kesayangan Allah.
Kepada seluruh Saudara, kawan, sahabat, seluruh hamba Allah,
SELAMAT BER-RAMADHAN
SEMOGA ALLAH MAKIN SAYANG
Monday, September 10, 2007
Bijak di balik kesederhanaan
Bismillahirrahmanirrahim....
Judulnya hari ini, bersih-bersih menjelang Ramadhan. Salah satu hasil rapat beberapa malam sebelumnya adalah hari ini Remas bersih-bersih Masjid. Jam 9, dari masjid sudah terdengar alat pemotong rumput beraksi. Berhubung rumah saya di Piru pas depan mesjid jadi bisa liat sikon dulu. Ternyata baru yang pria yang bersih2. Begitu sudah ada beberapa cewek yang datang, barulah saya merapat ke mesjid. Kaca, Lantai, Karpet, Mimbar, semuanya dibersihkan sama anak2. Rumput dipotong. kinclong jadinya Masjid tercinta itu.
Pas istirahat, sejuk banget rasanya duduk di teras masjid sama mereka istirahat sambil makan kacang ijo. Apa pasal? Terharu, saya jelas terharu banget.
Bayangpun, mereka yang datang bersihkan masjid itu benar2 di luar dugaan. Mereka memang sambil merokok, mereka memang datang dengan penampilan yang jauh dari bayangan saya tentang aktivis masjid. Pakai kalung dari rantai putih itu, trus di tangannya banyak gelang. Macem-macem deh pokoknya. Musik yang keluar dari MP3 HP mereka juga dangdutan. Semua memang perlu diubah, tapi mereka mau datang saja, sudah luar biasa buat saya. Di kampus, mungkin mereka yang berpenampilan seperti itu, yang koleksi musiknya kayak gitu, mungkin gak mau muncul di masjid. Jangankan yang berpenampilan begitu, yang berpenampilan baik-baik saja juga susah diajak ke masjid. Yang takut ini-lah, yang males itu-lah.
Tapi disini beda. Mereka datang, mereka gantian bersihin masjid, mereka ngecat pagar masjid. Bahkan, ketika ada pemuda yang profesinya bawa becak lewat depan masjid nganterin penumpang, baliknya dia mampir ke masjid. Becaknya diparkir di depan masjid dan dia turun ikut bantu-bantu motong rumput. Subhanallah...., pemandangan yang asing bagi saya.
Teringat ketika rapat Kamis malam untuk susunan panitia Ramadhan, seorang pemuda mendatangi saya sambil mutar-mutar kunci motornya. Dari model rambutnya, saya pikir dia polisi. Saya yang saat itu sedang berembuk dengan Korwil untuk distribusi anggota ke tiap divisi, menoleh ke arahnya,
"Abang polisi ya?" tanyaku
"Bukan, kenapa?" jawabnya
"Seng, barang abang pung model rambut kayak polisi. Beta kira abang polisi, beta mau kasi masuk abang di divisi keamanan" jelasku
"Seng, beta bukan polisi. Beta tukang ojek. Makanya beta mau tanya beta di divisi mana lalu beta mau pigi ngojek lagi seng bisa ikut rapat sampai selesai" terangnya
Subhanallah, seperti disirami kata-kata yang mencerahkan. Dia masih sempet2in datang ke masjid mencari tahu dia punya amanah apa buat Ramadhan nanti, padahal saat itu dia lagi mencari nafkah.
Malu rasanya diri ini.
Abang becak dan abang ojek, maaf, saya belum sempat tahu siapa nama kalian. Tapi siapa pun kalian, kalian guru saya. Malu rasanya diri ini bertemu kalian yang begitu bijak di balik kesederhanaan. Terimakasih telah memberiku pelajaran indah hari ini.
Sorenya, saya, caca, ca lely dan ca Nakul ke kuburnya Tete Zein, bersih2 disana juga. Lewati kuburan2 itu, saya membayangkan seandainya saya yang ada di bawahnya. Akankah lapang kuburanku, akankah terang kuburanku? Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku, dosa saudara-saudaraku, dosa hamba-hambaMU yang merinduMU
Judulnya hari ini, bersih-bersih menjelang Ramadhan. Salah satu hasil rapat beberapa malam sebelumnya adalah hari ini Remas bersih-bersih Masjid. Jam 9, dari masjid sudah terdengar alat pemotong rumput beraksi. Berhubung rumah saya di Piru pas depan mesjid jadi bisa liat sikon dulu. Ternyata baru yang pria yang bersih2. Begitu sudah ada beberapa cewek yang datang, barulah saya merapat ke mesjid. Kaca, Lantai, Karpet, Mimbar, semuanya dibersihkan sama anak2. Rumput dipotong. kinclong jadinya Masjid tercinta itu.
Pas istirahat, sejuk banget rasanya duduk di teras masjid sama mereka istirahat sambil makan kacang ijo. Apa pasal? Terharu, saya jelas terharu banget.
Bayangpun, mereka yang datang bersihkan masjid itu benar2 di luar dugaan. Mereka memang sambil merokok, mereka memang datang dengan penampilan yang jauh dari bayangan saya tentang aktivis masjid. Pakai kalung dari rantai putih itu, trus di tangannya banyak gelang. Macem-macem deh pokoknya. Musik yang keluar dari MP3 HP mereka juga dangdutan. Semua memang perlu diubah, tapi mereka mau datang saja, sudah luar biasa buat saya. Di kampus, mungkin mereka yang berpenampilan seperti itu, yang koleksi musiknya kayak gitu, mungkin gak mau muncul di masjid. Jangankan yang berpenampilan begitu, yang berpenampilan baik-baik saja juga susah diajak ke masjid. Yang takut ini-lah, yang males itu-lah.
Tapi disini beda. Mereka datang, mereka gantian bersihin masjid, mereka ngecat pagar masjid. Bahkan, ketika ada pemuda yang profesinya bawa becak lewat depan masjid nganterin penumpang, baliknya dia mampir ke masjid. Becaknya diparkir di depan masjid dan dia turun ikut bantu-bantu motong rumput. Subhanallah...., pemandangan yang asing bagi saya.
Teringat ketika rapat Kamis malam untuk susunan panitia Ramadhan, seorang pemuda mendatangi saya sambil mutar-mutar kunci motornya. Dari model rambutnya, saya pikir dia polisi. Saya yang saat itu sedang berembuk dengan Korwil untuk distribusi anggota ke tiap divisi, menoleh ke arahnya,
"Abang polisi ya?" tanyaku
"Bukan, kenapa?" jawabnya
"Seng, barang abang pung model rambut kayak polisi. Beta kira abang polisi, beta mau kasi masuk abang di divisi keamanan" jelasku
"Seng, beta bukan polisi. Beta tukang ojek. Makanya beta mau tanya beta di divisi mana lalu beta mau pigi ngojek lagi seng bisa ikut rapat sampai selesai" terangnya
Subhanallah, seperti disirami kata-kata yang mencerahkan. Dia masih sempet2in datang ke masjid mencari tahu dia punya amanah apa buat Ramadhan nanti, padahal saat itu dia lagi mencari nafkah.
Malu rasanya diri ini.
Abang becak dan abang ojek, maaf, saya belum sempat tahu siapa nama kalian. Tapi siapa pun kalian, kalian guru saya. Malu rasanya diri ini bertemu kalian yang begitu bijak di balik kesederhanaan. Terimakasih telah memberiku pelajaran indah hari ini.
Sorenya, saya, caca, ca lely dan ca Nakul ke kuburnya Tete Zein, bersih2 disana juga. Lewati kuburan2 itu, saya membayangkan seandainya saya yang ada di bawahnya. Akankah lapang kuburanku, akankah terang kuburanku? Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku, dosa saudara-saudaraku, dosa hamba-hambaMU yang merinduMU
Saturday, September 08, 2007
Selamat memulai pelayaran
Tiba-tiba aja pengen nelpon teman-teman kuliah. Deni ta' telpon dan dia kasih kabar yang menggembirakan juga menjengkelkan. Berita gembiranya adalah Samsul tanggal 2 kemarin nikah di nganjuk dan Amin insyaAllah akan nikah tanggal 11 besok di Surabaya. Barakallahu lakum....
Berita menjengkelkannya, kenapa saya taunya dari Deni? itu pun saya yang iseng telpon. Walhasil, Samsul ta' telpon. Maunya sih protes gitu, kenapa saya gak diberitahu, minimal sms. Eh, Samsul malah ngasih istrinya, Mia, yang bicara dan Mia minta maaf. Kok jadi sungkan dhewe ya aku? Kata mereka sih, gak ada rencana. Cepat banget. Minggu kemarin lamaran trus nikah deh. Ya, sibuk kali ya. Pas lagi telpon-telponan sama Samsul dan Mia, si Amin sms. Isinya, menanyakan kabar dan posisi di mana?.
Ndilalah, Deni sudah kabari Amin kalo tadi aku protes-protes gak dikabari. Meskipun gak bisa datang, kan kudune tetap dikabari. Amin bilang, sudah kirim undangan ke email. Alasan Amin sederhana, biar ada yang nyiapin sahur dan buka pas Ramadhan nanti. Nice reason.
Amin, Samsul, Selamat berlayar ya. Jadilah kalian nahkoda yang baik. Pernikahan ini barulah titik keberangkatan. Kawal kapal yang kalian pilih itu hingga berakhir di rumah impian terindah, surga, di kampung abadi, akhirat.
Doaku selalu, bro...
Berita menjengkelkannya, kenapa saya taunya dari Deni? itu pun saya yang iseng telpon. Walhasil, Samsul ta' telpon. Maunya sih protes gitu, kenapa saya gak diberitahu, minimal sms. Eh, Samsul malah ngasih istrinya, Mia, yang bicara dan Mia minta maaf. Kok jadi sungkan dhewe ya aku? Kata mereka sih, gak ada rencana. Cepat banget. Minggu kemarin lamaran trus nikah deh. Ya, sibuk kali ya. Pas lagi telpon-telponan sama Samsul dan Mia, si Amin sms. Isinya, menanyakan kabar dan posisi di mana?.
Ndilalah, Deni sudah kabari Amin kalo tadi aku protes-protes gak dikabari. Meskipun gak bisa datang, kan kudune tetap dikabari. Amin bilang, sudah kirim undangan ke email. Alasan Amin sederhana, biar ada yang nyiapin sahur dan buka pas Ramadhan nanti. Nice reason.
Amin, Samsul, Selamat berlayar ya. Jadilah kalian nahkoda yang baik. Pernikahan ini barulah titik keberangkatan. Kawal kapal yang kalian pilih itu hingga berakhir di rumah impian terindah, surga, di kampung abadi, akhirat.
Doaku selalu, bro...
Thursday, September 06, 2007
Kawah baru
Saya baru saja pulang rapat Remas. Antara senang dan sedih. Senang karena remaja-remaja disini mau bergabung di Remas tapi juga sedih melihat kondisinya. Inilah kawah candradimuka lain yang harus kuhadapi lepas dari kampus. Masyarakat yang variatif tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, tingkat pemahaman, kebiasaan dan hal-hal lainnya.
Rapat Remas modelnya sudah kayak karang taruna. Konsep hijab masih jauh. Ada yang sambil merokok, tertawa terbahak-bahak sudah biasa dalam rapat.
Satu hal yang kusyukuri, mereka mau datang. Itu aja dulu. Mereka mau gabung di Remas, mau duduk dan bicarakan program2 Remas, itu sudah satu langkah awal yang baik. Menandakan bahwa mata, hati dan telinga masih terbuka untuk sebuah perubahan. Iklim yang berbeda yang saya rasakan dengan dakwah di kampus. Tapi inilah dinamika dakwah yang harus saya hadapi. Ini pula satu lagi proses penempaan dalam jalan ini.
Maka, penat-penatlah dalam dakwah. Lelah-lelahlah dalam dakwah. jika amal kita tak cukup sebagai bekal kita, semoga tetes-tetes keringat penat dan bulir-bulir airmata lelah akan menjadi syafaat di akhirat kelak. Aaamiiin
Thursday, August 30, 2007
Heboh pagi hari
Bismilahirrahmanirrahim...
Pagi-pagi, rumah di Piru sudah heboh banget. Sumur yang baru saja dibersihkan hari ahad kemarin sama tetangga-tetangga sebelah (makasih semuanya), kemasukan anjing.
Itu anjing nyemplung, kecebur karena memang stelah dibersihkan kemarin, belum sempat ditutup. Saya yang sedang di kamar mau bersiap ke Kantor, waktu tau kejadiannya rasanya pengen nangis. Hati rasanya wis was, gimana bersihinnya. Kak Lely yang tadinya mau mandi, akhirnya ngungsi dulu mandi di rumahnya Mama Ece. Bingung juga mau diapakan. Sementara dengar tersu suara orang2 berhitung untuk keluarkan anjing itu. Saya gak mau keluar lihat. Bukannya takut, cuma gak mau aja meletakkan penggalan kejadian itu di memori. Katanya, Anjingnya besar banget dan lagi hamil. Waktu diangkat, sudah lemas.
Setelah anjingnya dikeluarkan, kita tanya pak Zubair via telpon sumurnya diapakan. Caca malah sudah ganti baju kantornya berniat gak masuk kantor kalau-kalau harus membersihkan sumur lagi. Pak Zubair akhirnya jelaskan kalo tidak apa-apa. Kalau anjingnya sudah dikeluarkan, ya sudah. Airnya tetap bisa dipakai. Di zaman Rasulullah, ada sebuah sumurterkenal di Madinah juga kemasukan najis. Dan Rasulullah meminta mengeluarkan najisnya, dan airnya tetap suci dan bisa dipakai seperti biasa.
Secara hukum, airnya sudah suci. Cuman, kita di rumah sudah geli sendiri. Jadi ya, airnya ditarik lagi pake alkon sampe sumurnya kering dan ganti air baru. Baru deh kita bertiga ke kantor, sudah jam sepuluh. Ada-ada aja...
Pagi-pagi, rumah di Piru sudah heboh banget. Sumur yang baru saja dibersihkan hari ahad kemarin sama tetangga-tetangga sebelah (makasih semuanya), kemasukan anjing.
Itu anjing nyemplung, kecebur karena memang stelah dibersihkan kemarin, belum sempat ditutup. Saya yang sedang di kamar mau bersiap ke Kantor, waktu tau kejadiannya rasanya pengen nangis. Hati rasanya wis was, gimana bersihinnya. Kak Lely yang tadinya mau mandi, akhirnya ngungsi dulu mandi di rumahnya Mama Ece. Bingung juga mau diapakan. Sementara dengar tersu suara orang2 berhitung untuk keluarkan anjing itu. Saya gak mau keluar lihat. Bukannya takut, cuma gak mau aja meletakkan penggalan kejadian itu di memori. Katanya, Anjingnya besar banget dan lagi hamil. Waktu diangkat, sudah lemas.
Setelah anjingnya dikeluarkan, kita tanya pak Zubair via telpon sumurnya diapakan. Caca malah sudah ganti baju kantornya berniat gak masuk kantor kalau-kalau harus membersihkan sumur lagi. Pak Zubair akhirnya jelaskan kalo tidak apa-apa. Kalau anjingnya sudah dikeluarkan, ya sudah. Airnya tetap bisa dipakai. Di zaman Rasulullah, ada sebuah sumurterkenal di Madinah juga kemasukan najis. Dan Rasulullah meminta mengeluarkan najisnya, dan airnya tetap suci dan bisa dipakai seperti biasa.
Secara hukum, airnya sudah suci. Cuman, kita di rumah sudah geli sendiri. Jadi ya, airnya ditarik lagi pake alkon sampe sumurnya kering dan ganti air baru. Baru deh kita bertiga ke kantor, sudah jam sepuluh. Ada-ada aja...
Saturday, August 25, 2007
Congratulation, mom,..
IBU ujian Sarjana. Papa nemenin dan hasilnya
"Lulus dengan SANGAT MEMUASKAN"
Congratulation ya mom. Kami, anak-anakmu bangga padamu dan mencintaimu tak habis.
Ibu, Selamat ya. Facial bareng yuk, bu.....
"Lulus dengan SANGAT MEMUASKAN"
Congratulation ya mom. Kami, anak-anakmu bangga padamu dan mencintaimu tak habis.
Ibu, Selamat ya. Facial bareng yuk, bu.....
Friday, August 24, 2007
Rolling Staf
Bismillahirrahmanirrahim...
Resmi pindah bidang. Kemarin waktu masih di Ambon, kak Amu sms ngasih tahu kalo di kantor rolling staf, dan saya dipindahkan ke bidang sebelah. Tapi tadi, agak kikuk langsung masuk ke ruangan baru jadi maenn masuk aja tetap di ruangan lama, dan ngobrolin rollingan ini. Sampai ada panggilan dari bidang sebelah, baru deh saya ke sana.
Bidang baru berarti pimpinan baru, berarti pola kerja baru. Disini,gaya kepemimpinan yang baru yang saya dapatkan. Pimpinan yang sportif, fair dan selalu mau kita belajar. Pekerjaan yang ada harus diselesaikan hari itu juga. Beliau tidak mau menumpuk pekerjaan karena akan terus beri dampak ke pekerjaan-pekerjaan berikut.
Proses pembelajaran di bidang ini berjalan cepat. Hanya saja, saya meninggalkan kehangatan dari bidang sebelah. Makanya, walaupun lagi banyak kerjaan, tetap aja disempet-sempetin maen ke bidang sebelumnya.
Wherever i am, the best i will give, insyaAllah
nb : Foto2 pas olahraga jumat di halaman kantor. Males ikut, ngambil foto doang dari dalam ruangan
Resmi pindah bidang. Kemarin waktu masih di Ambon, kak Amu sms ngasih tahu kalo di kantor rolling staf, dan saya dipindahkan ke bidang sebelah. Tapi tadi, agak kikuk langsung masuk ke ruangan baru jadi maenn masuk aja tetap di ruangan lama, dan ngobrolin rollingan ini. Sampai ada panggilan dari bidang sebelah, baru deh saya ke sana.
Bidang baru berarti pimpinan baru, berarti pola kerja baru. Disini,gaya kepemimpinan yang baru yang saya dapatkan. Pimpinan yang sportif, fair dan selalu mau kita belajar. Pekerjaan yang ada harus diselesaikan hari itu juga. Beliau tidak mau menumpuk pekerjaan karena akan terus beri dampak ke pekerjaan-pekerjaan berikut.
Proses pembelajaran di bidang ini berjalan cepat. Hanya saja, saya meninggalkan kehangatan dari bidang sebelah. Makanya, walaupun lagi banyak kerjaan, tetap aja disempet-sempetin maen ke bidang sebelumnya.
Wherever i am, the best i will give, insyaAllah
nb : Foto2 pas olahraga jumat di halaman kantor. Males ikut, ngambil foto doang dari dalam ruangan
Thursday, August 16, 2007
After That Call
Allah,
Terimakasih atas kesempatan yang kau berikan.
Cahaya yang kau tunjukkan saat aku sedang berjalan
di gua yang gelap ini.
Lubang itu terlihat, cahayanya berpantul indah.
Sampaikan aku di sumber cahaya itu, ya Allah
tapi jangan sampai membuatku silau.
Terimakasih Allah
Terimakasih atas kesempatan yang kau berikan.
Cahaya yang kau tunjukkan saat aku sedang berjalan
di gua yang gelap ini.
Lubang itu terlihat, cahayanya berpantul indah.
Sampaikan aku di sumber cahaya itu, ya Allah
tapi jangan sampai membuatku silau.
Terimakasih Allah
Tuesday, August 14, 2007
Nurani Yang Hilang
Bismillahirrahmanirrahim
Tak habis pikir rasanya, kemana hati nurani disembunyikan. Bisa dengan mudahnya mengambil hak orang lain, orang banyak untuk kepentingan pribadi. Atau juga mendzhalimi hak orang lain karena merasa punya power untuk itu. Marah mendengar apa yang terjadi, melihat dan menyaksikan kedzhaliman itu seenaknya dipraktekkan sambil tersenyum. Marah, sampai kemarahan itu berubah menjadi simpati. Simpati atas matinya hati nurani. Simpati akan musnahnya rasa takut akan dosa. Simpati pada kedangkalan moral tapi mengaku intelek.
Tanggung jawab yang diberikan dipakai seenaknya sendiri. Dan dibungkus dengan senyuman dan usaha menunjukkan wibawa. Ya, saya sebut usaha karena aura wibawa itu gak kelihatan. Tertutup oleh beringasnya mata isyarat perampok. Perampok yang merampok hak orang lain, yang membuang lebih banyak keringat tapi menikmati sedikit karena telah dicuri sebelum ia dapatkan.
Hai orang-orang yang kumaksud, berhentilah. Ada banyak tangan yang menunggu sesuatu yang seharusnya ada pada mereka tapi kini telah masuk ke perutmu. Juga berhentilah, karena ada banyak orang yang telah kau dzhalimi haknya demi sebuah kekuasaan yang kau lamunkan tiap malam.
Tak habis pikir rasanya, kemana hati nurani disembunyikan. Bisa dengan mudahnya mengambil hak orang lain, orang banyak untuk kepentingan pribadi. Atau juga mendzhalimi hak orang lain karena merasa punya power untuk itu. Marah mendengar apa yang terjadi, melihat dan menyaksikan kedzhaliman itu seenaknya dipraktekkan sambil tersenyum. Marah, sampai kemarahan itu berubah menjadi simpati. Simpati atas matinya hati nurani. Simpati akan musnahnya rasa takut akan dosa. Simpati pada kedangkalan moral tapi mengaku intelek.
Tanggung jawab yang diberikan dipakai seenaknya sendiri. Dan dibungkus dengan senyuman dan usaha menunjukkan wibawa. Ya, saya sebut usaha karena aura wibawa itu gak kelihatan. Tertutup oleh beringasnya mata isyarat perampok. Perampok yang merampok hak orang lain, yang membuang lebih banyak keringat tapi menikmati sedikit karena telah dicuri sebelum ia dapatkan.
Hai orang-orang yang kumaksud, berhentilah. Ada banyak tangan yang menunggu sesuatu yang seharusnya ada pada mereka tapi kini telah masuk ke perutmu. Juga berhentilah, karena ada banyak orang yang telah kau dzhalimi haknya demi sebuah kekuasaan yang kau lamunkan tiap malam.
Sunday, August 12, 2007
Kutunggu Kau di Masjid
Bismillahirrahmanirrahim...
Pernikahan seorang da'i adalah pernikahan da'wah.Maka ketika seorang da'i memutuskan untuk menikah, maka salah satu hal yang harus mempengaruhi keputusannya adalah sebuah pertanyaan "Apakah pernikahan ini membawa kualitas pada dakwah saya dan pasangan saya nanti?".
Menurut saya, adalah sebuah kemunduran ketika seorang da'i yang setelah menikah, aktivitas dakwahnya menurun. Kemundurannya lebih jauh lagi jika ternyata pasangannya pun adalah seorang da'i. Ketika pernikahan membuat kualitas kesertaan dan produktivitas dakwahnya menjadi lebih mundur dari sebelumnya, evaluasilah dan bangkitlah. Kita dibesarkan oleh dakwah. Dakwah yang mengenalkan pada kita sebuah kehidupan yang tenang. Dan ketika satu nikmat Allah kita rasakan, apa layak bagi kita mundur dari dakwah?
Menjadi sulit ditemui, susah diajak syuro, susah ditelpon, jarang muncul di masjid, peduli terhadap perkembangan dakwah tak terasa lagi, itu mengecewakan. Dengan pernikahan itu, saya berharap banyak. Saya berharap dampaknya pada dakwah akan luar biasa. Sudahlah, kita memang hanya boleh berharap pada Allah.
ps : Saudaraku, kutunggu engkau di masjid tempat kita merajut cinta
Pernikahan seorang da'i adalah pernikahan da'wah.Maka ketika seorang da'i memutuskan untuk menikah, maka salah satu hal yang harus mempengaruhi keputusannya adalah sebuah pertanyaan "Apakah pernikahan ini membawa kualitas pada dakwah saya dan pasangan saya nanti?".
Menurut saya, adalah sebuah kemunduran ketika seorang da'i yang setelah menikah, aktivitas dakwahnya menurun. Kemundurannya lebih jauh lagi jika ternyata pasangannya pun adalah seorang da'i. Ketika pernikahan membuat kualitas kesertaan dan produktivitas dakwahnya menjadi lebih mundur dari sebelumnya, evaluasilah dan bangkitlah. Kita dibesarkan oleh dakwah. Dakwah yang mengenalkan pada kita sebuah kehidupan yang tenang. Dan ketika satu nikmat Allah kita rasakan, apa layak bagi kita mundur dari dakwah?
Menjadi sulit ditemui, susah diajak syuro, susah ditelpon, jarang muncul di masjid, peduli terhadap perkembangan dakwah tak terasa lagi, itu mengecewakan. Dengan pernikahan itu, saya berharap banyak. Saya berharap dampaknya pada dakwah akan luar biasa. Sudahlah, kita memang hanya boleh berharap pada Allah.
ps : Saudaraku, kutunggu engkau di masjid tempat kita merajut cinta
Kerja Tanpa Hasil
Satu lagi penjilat saya temui hari ini. Dan dengan tampangnya yang seperti tak bersalah, sibuk menunjukkan siapa sebenarnya dia. Saya sama sekali tidak mengenal dia tapi saya mau muntah mendengar dia bicara. Dalam bemo tadi, ada orang yang ngobrol sama orang di depannya. Awalnya sih dia cerita kalo dia sekarang sedang sibuk dengan apa yang dia sebut aktivitas politik. Masih biasa-biasa saja pembicaraan itu, hingga saya seperti melihat tanduk keluar dari kepalanya dan taring menyembul dari balik giginya.
"Beta skarang ada karja deng A. ininya bagus (jarinya membuat kode duit). xxxx rupiah satu orang. Dolo beta deng B tapi beta su kecewa. Itu seng jalan, janji sa. Beta deng C lai, karja dua. Lumayan to" kata orang itu dengan taring penuh darah segar ***
Begitu ya kelakuan orang sekarang. Berafiliasi dengan sesuatu tapi niatannya materi. Kerja yang tidak keluar dari hati. Semua ada harganya, semua harus dihitung. Yang saya herankan, kenapa orang itu bisa membicarakan kemunafikan dia kerja di A dan di C, yang jelas-jelas A dan C adalah kompetitor. Dan perbincangan itu di bemo yang penuh orang. Apa waktu dia bilang begitu, dia merasa bangga? Saya malah muntah.
(***) Saya sekarang kerja sama A. Ininya bangus. xxxx rupiah per kepala. Dulu saya sama B tapi sudah kecewa. Itunya tidak jalan, cuma janji. Saya juga sama C, kerjanya dua. lumayan kan
"Beta skarang ada karja deng A. ininya bagus (jarinya membuat kode duit). xxxx rupiah satu orang. Dolo beta deng B tapi beta su kecewa. Itu seng jalan, janji sa. Beta deng C lai, karja dua. Lumayan to" kata orang itu dengan taring penuh darah segar ***
Begitu ya kelakuan orang sekarang. Berafiliasi dengan sesuatu tapi niatannya materi. Kerja yang tidak keluar dari hati. Semua ada harganya, semua harus dihitung. Yang saya herankan, kenapa orang itu bisa membicarakan kemunafikan dia kerja di A dan di C, yang jelas-jelas A dan C adalah kompetitor. Dan perbincangan itu di bemo yang penuh orang. Apa waktu dia bilang begitu, dia merasa bangga? Saya malah muntah.
(***) Saya sekarang kerja sama A. Ininya bangus. xxxx rupiah per kepala. Dulu saya sama B tapi sudah kecewa. Itunya tidak jalan, cuma janji. Saya juga sama C, kerjanya dua. lumayan kan
Saturday, August 04, 2007
So Glad for you, Dear Sista...
Setahun yang lalu, tulisan ini pernah saya goreskan. Goresan sebuah empati atas kekecewaan dan kesedihan yang dirasakan adik tercinta saya. Betapa kami tau hatinya terluka dan sakit karena langkahnya menggapai cita-cita harus ia tahan dulu. Tapi saat itu, justru ia yang meminta maaf pada kami karena merasa telah mengecewakan keluarganya. Melihatnya setahun yang lalu, terlihat jelas sebuah senyum yang ia paksakan. Dan dengan tegarnya ia justru membesarkan hati kami menerima keputusan Allah yang pasti lebih terasa menyakitkan untuknya.
Dan, ia tak pantang menyerah. Selama setahun saya menjadi saksi bagaimana ia mempersiapkan langkah berikutnya. Perjuangannya ingin membuktikan dirinya serta cita-citanya. Setiap hari, tak ada yang berlalu tanpa usahanya menancapkan satu persatu kesuksesan yang ingin ia ukir. Dan testimoni friendster saya pun, selalu sempat ia torehkan permintaan doa setiap ia berkunjung. Permintaan kepada kami, keluarganya, agar selalu mendoakan dia, mengawal usaha yang sedikit demi sedikit ia tanam.
Hingga pagi ini, sebuah berita yang membahagiakan kami semua. Bahwa ia diterima SPMB di fakultas impiannya. Fakultas yang setahun ia upayakan dengan gigih. Berita yang kudengar saat sedang apel pagi di halaman kantor membuyarkan konsentrasiku dan memindahkan alam pikiranku ke dirinya. Terbayang olehku saat ini, wajahnya, senyumnya, cerianya dengan berita ini.
Dek, gerbang itu telah terbuka. Masukilah dengan anggun. Tapaki jalannya yang akan semakin sulit ini. Tapi ketika kau yakin inilah citamu, keyakinan itu akan membuatmu maju dan maju. Tak peduli sepesar apa aralnya. Dan percayalah, kami semua disini, keluargamu, tau perjuanganmu, dan akan mensupport adek sampai citamu tercapai.
Dan, ia tak pantang menyerah. Selama setahun saya menjadi saksi bagaimana ia mempersiapkan langkah berikutnya. Perjuangannya ingin membuktikan dirinya serta cita-citanya. Setiap hari, tak ada yang berlalu tanpa usahanya menancapkan satu persatu kesuksesan yang ingin ia ukir. Dan testimoni friendster saya pun, selalu sempat ia torehkan permintaan doa setiap ia berkunjung. Permintaan kepada kami, keluarganya, agar selalu mendoakan dia, mengawal usaha yang sedikit demi sedikit ia tanam.
Hingga pagi ini, sebuah berita yang membahagiakan kami semua. Bahwa ia diterima SPMB di fakultas impiannya. Fakultas yang setahun ia upayakan dengan gigih. Berita yang kudengar saat sedang apel pagi di halaman kantor membuyarkan konsentrasiku dan memindahkan alam pikiranku ke dirinya. Terbayang olehku saat ini, wajahnya, senyumnya, cerianya dengan berita ini.
Dek, gerbang itu telah terbuka. Masukilah dengan anggun. Tapaki jalannya yang akan semakin sulit ini. Tapi ketika kau yakin inilah citamu, keyakinan itu akan membuatmu maju dan maju. Tak peduli sepesar apa aralnya. Dan percayalah, kami semua disini, keluargamu, tau perjuanganmu, dan akan mensupport adek sampai citamu tercapai.
Sunday, July 29, 2007
My Friend of A Lifetime
Birthday is just another day.
It just changing date on calendar
It just different number in Age identity
What makess it diferent?
If in your birthday,
You have passion to be better than yesterday
(Dariku untuk Santje)
Hari ini, Santje tambah satu usianya. Sayang, dia di Namlea menunaikan tugas jadi tidak bisa ketemu. Tapi, semalam tepat pukul 00:00, doa telah terlantun untuknya.
Santje, di usianya yang sekarang dia sudah sangat memberi warna dalam hidup saya. Sepanjang usiaku, hanya 5 tahun pertama, saya tidak mengenalnya. Setelah itu, sejak saya mulai bersosialisasi dengan orang lain di usia 5 tahun, dia menjadi sahabat pertama saya hingga saat ini.
Di setiap momen, dia selalu ada. Tidak selalu fisik, tapi doanya, sms-nya, suaranya, perhatiannya ada hingga saat ini. Dia yang saya sebut "Friend of a Lifetime" di daftar terimakasih skripsi saya.
Dan di hari ini, ingin rasanya memberi dia sesuatu yang begitu ingin saya lihat ia pakai. Entah kapan Sansay, tapi eby selalu ingin melihatmu dalam balutan muslimah.
Jika setiap orang hanya boleh punya satu kata untuk persahabatan,
maka kataku adalah....
SANTJE
It just changing date on calendar
It just different number in Age identity
What makess it diferent?
If in your birthday,
You have passion to be better than yesterday
(Dariku untuk Santje)
Hari ini, Santje tambah satu usianya. Sayang, dia di Namlea menunaikan tugas jadi tidak bisa ketemu. Tapi, semalam tepat pukul 00:00, doa telah terlantun untuknya.
Santje, di usianya yang sekarang dia sudah sangat memberi warna dalam hidup saya. Sepanjang usiaku, hanya 5 tahun pertama, saya tidak mengenalnya. Setelah itu, sejak saya mulai bersosialisasi dengan orang lain di usia 5 tahun, dia menjadi sahabat pertama saya hingga saat ini.
Di setiap momen, dia selalu ada. Tidak selalu fisik, tapi doanya, sms-nya, suaranya, perhatiannya ada hingga saat ini. Dia yang saya sebut "Friend of a Lifetime" di daftar terimakasih skripsi saya.
Dan di hari ini, ingin rasanya memberi dia sesuatu yang begitu ingin saya lihat ia pakai. Entah kapan Sansay, tapi eby selalu ingin melihatmu dalam balutan muslimah.
Jika setiap orang hanya boleh punya satu kata untuk persahabatan,
maka kataku adalah....
SANTJE
Ready To Work
Back to Work,
I am ready to back.
Sudah kangen sama suasana kantor.
Setelah 15 hari kutinggalkan, sudah ada apa ya?
I am ready to back.
Sudah kangen sama suasana kantor.
Setelah 15 hari kutinggalkan, sudah ada apa ya?
Sunday, July 22, 2007
Thanks for loving Me
Bismillahirrahmanirrahim..
Alhamdulillah tak berenti saya panjatkan setelah apa yang terjadi seminggu yang lalu. Sebuah ujian yang Allah berikan pada keluargaku, tepatnya padaku.
InsyaAllah akan kubayar dengan cintaku, walau ku tau tak cukup.
Kejadian itu paling tidak menyadarkan banyak hal pada saya. Bahwa apa yang kita miliki sekarang, belum tentu akan jadi milik kita selamanya. Bahwa sejatinya kita memang tidak memiliki apa-apa. Semua titipan yang ketika diambil lagi oleh yang menitipkan, tak ada jalan untuk memintanya kembali. Bahwa hanya sampai disini kepercayaan Allah menitipkan yang Ia punya pada kita.
Kejadian itu juga membuatku tau bahwa begitu banyak orang yang mencintaiku,
yang mengkhawatirkanku. Merindukan aku dan tulus menyayangi aku. Pengalaman hidup mengajariku kepekaan akan ketulusan dan semua yang saya terima karena kejadian kemarin adalah tulus. Meski tetap ada yang bisa saya rasakan ketidaktulusannya, tapi saya tidak peduli. Karena masih lebih banyak orang yang menyayangiku. Ketidaktulusan yang tumbuh karena kepongahan tak akan pernah mendapat tempat di hati dan pikiranku.
Buat Ibu dan Papa, Tante Ade, Tante Dja, Ma Onco, Tante Sum, Caca, Dek Eya,
Dek Ega, Dek Uni, Ca Ena, Ca Leli, Ca Dja, Ca Erni, Mbak Ratih, Mas Buyung, Abang Jab, Abang Ondy, Bukal, Abang Ari, Abang Bur, Abang Deddy, Abang, Abang Rusdi dan istri, Caca Nipa dan Abang Ipin, Onco Ton, Onco Ju, Ibu Latu dan Ria, Tante Ica, Abang Nyong, Kak Ida, Kak Deda, Tante Ica, Tete Haji sekeluarga di Luhu, Om Malas, Dek Dinda, Dek Nus,
Dek Putri, Dek Nisa, Dek Vicky, Dek Vira, Laken, Abang Awil, Kak Wace dan yang mungkin terlupa :
Terimakasih, terimakasih, terimakasih atas sebuah tanda manis yang kalian buat di hatiku.
Alhamdulillah tak berenti saya panjatkan setelah apa yang terjadi seminggu yang lalu. Sebuah ujian yang Allah berikan pada keluargaku, tepatnya padaku.
InsyaAllah akan kubayar dengan cintaku, walau ku tau tak cukup.
Kejadian itu paling tidak menyadarkan banyak hal pada saya. Bahwa apa yang kita miliki sekarang, belum tentu akan jadi milik kita selamanya. Bahwa sejatinya kita memang tidak memiliki apa-apa. Semua titipan yang ketika diambil lagi oleh yang menitipkan, tak ada jalan untuk memintanya kembali. Bahwa hanya sampai disini kepercayaan Allah menitipkan yang Ia punya pada kita.
Kejadian itu juga membuatku tau bahwa begitu banyak orang yang mencintaiku,
yang mengkhawatirkanku. Merindukan aku dan tulus menyayangi aku. Pengalaman hidup mengajariku kepekaan akan ketulusan dan semua yang saya terima karena kejadian kemarin adalah tulus. Meski tetap ada yang bisa saya rasakan ketidaktulusannya, tapi saya tidak peduli. Karena masih lebih banyak orang yang menyayangiku. Ketidaktulusan yang tumbuh karena kepongahan tak akan pernah mendapat tempat di hati dan pikiranku.
Buat Ibu dan Papa, Tante Ade, Tante Dja, Ma Onco, Tante Sum, Caca, Dek Eya,
Dek Ega, Dek Uni, Ca Ena, Ca Leli, Ca Dja, Ca Erni, Mbak Ratih, Mas Buyung, Abang Jab, Abang Ondy, Bukal, Abang Ari, Abang Bur, Abang Deddy, Abang, Abang Rusdi dan istri, Caca Nipa dan Abang Ipin, Onco Ton, Onco Ju, Ibu Latu dan Ria, Tante Ica, Abang Nyong, Kak Ida, Kak Deda, Tante Ica, Tete Haji sekeluarga di Luhu, Om Malas, Dek Dinda, Dek Nus,
Dek Putri, Dek Nisa, Dek Vicky, Dek Vira, Laken, Abang Awil, Kak Wace dan yang mungkin terlupa :
Terimakasih, terimakasih, terimakasih atas sebuah tanda manis yang kalian buat di hatiku.
Sunday, July 08, 2007
070707
Tanggal yang cantik, 070707.
Hari ini saya lemparkan sms penyambung silaturrahim ke nama-nama sahabat di phonebook secara acak. Senangnya dapat balasan yang hangat dari mereka. Kembali bertukar kabar, bertanya keadaan.
Jadi tau kalo Mbak Imas dua bulan lalu tepatnya 21 April sudah jadi ibu dari seorang mujahidah. Jadi tau juga kalo Ukhti Wiwin 2 hari yang lalu jadi ibu pula. Trus, Mbak Umi 15 Juli nanti insyaAllah melepas masa lajang. Seorang saudara di Surabaya juga sudah ada kabar mau menyusul 2 minggu lagi. Trus yang di Jakarta lagi bawa dedek dalam perut. Yang di daerah Mojokerto sana sudah ngasih signal mau sebar undangan. Yang di Makassar, satunya bawa dedek, satunya baru aja jadi Ibu dan kali ini Ibu seorang mujahid. Kabar adek2 yang curhat mau sidang, ada yang pusing dengan skripsinya, yang sudah kelar pusing dengan cari kerjaannya. Murid-muridku dulu di STM juga kasih kabar kalo ada guru baru yang gantiin saya. Cantik tapi jahat, kata mereka. Dasar anak2 bandel. Bandel tapi menyenangkan..
Selain berita sukanya, ada juga berita duka bahwa salah seorang teman Remas dulu ditinggal abi-nya tadi pagi. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un.
Selain dapat kabar dari mereka, mereka juga menuntut kabar dari aku. Dan pertanyaan dari semua mereka tanpa kecuali adalah "Mbak, ayo dong segera menyempurnakan setengah dien", "Ukhti, kapan nih walimahannya?", "Dek, undangannya kapan?", "bhy, kapan nyusul?"
Ini nih yang bikin males. Bukannya gak mau jawab tapi gak tau mau jawab apa. Istilahnya "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang ditanya". Saya mau jawab kapan coba? Gak tau kan..
Saya cukup punya gambaran tentang seseorang yang nanti mau saya ajak membangun keluarga dunia akhirat. Kapan dia datang, sepenuhnya saya serahkan pada Allah.
Jadi buat yang selalu nanya-nanya ke saya, saya hanya bisa bilang :
Kapan dan dengan siapa, saya tidak tahu. Sepenuhnya saya percayakan padaNYA. Yang saya lakukan hanya menjadi seorang sholehah agar dipertemukan dengan yang sholeh di saat yang tepat menurutNYA
Hari ini saya lemparkan sms penyambung silaturrahim ke nama-nama sahabat di phonebook secara acak. Senangnya dapat balasan yang hangat dari mereka. Kembali bertukar kabar, bertanya keadaan.
Jadi tau kalo Mbak Imas dua bulan lalu tepatnya 21 April sudah jadi ibu dari seorang mujahidah. Jadi tau juga kalo Ukhti Wiwin 2 hari yang lalu jadi ibu pula. Trus, Mbak Umi 15 Juli nanti insyaAllah melepas masa lajang. Seorang saudara di Surabaya juga sudah ada kabar mau menyusul 2 minggu lagi. Trus yang di Jakarta lagi bawa dedek dalam perut. Yang di daerah Mojokerto sana sudah ngasih signal mau sebar undangan. Yang di Makassar, satunya bawa dedek, satunya baru aja jadi Ibu dan kali ini Ibu seorang mujahid. Kabar adek2 yang curhat mau sidang, ada yang pusing dengan skripsinya, yang sudah kelar pusing dengan cari kerjaannya. Murid-muridku dulu di STM juga kasih kabar kalo ada guru baru yang gantiin saya. Cantik tapi jahat, kata mereka. Dasar anak2 bandel. Bandel tapi menyenangkan..
Selain berita sukanya, ada juga berita duka bahwa salah seorang teman Remas dulu ditinggal abi-nya tadi pagi. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un.
Selain dapat kabar dari mereka, mereka juga menuntut kabar dari aku. Dan pertanyaan dari semua mereka tanpa kecuali adalah "Mbak, ayo dong segera menyempurnakan setengah dien", "Ukhti, kapan nih walimahannya?", "Dek, undangannya kapan?", "bhy, kapan nyusul?"
Ini nih yang bikin males. Bukannya gak mau jawab tapi gak tau mau jawab apa. Istilahnya "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang ditanya". Saya mau jawab kapan coba? Gak tau kan..
Saya cukup punya gambaran tentang seseorang yang nanti mau saya ajak membangun keluarga dunia akhirat. Kapan dia datang, sepenuhnya saya serahkan pada Allah.
Jadi buat yang selalu nanya-nanya ke saya, saya hanya bisa bilang :
Kapan dan dengan siapa, saya tidak tahu. Sepenuhnya saya percayakan padaNYA. Yang saya lakukan hanya menjadi seorang sholehah agar dipertemukan dengan yang sholeh di saat yang tepat menurutNYA
Friday, July 06, 2007
Kangen kost kumat....
Senengnya....
Akhirnya MP3-ku kembali. MP3 yang diservis sejak Desember 2006, dan diambil Caca yang kebetulan lagi ke Surabaya, akhirnya nyampe juga ke tanganku. Kayaknya bukan MP3-ku deh, pasti sudah diganti sama yang baru, setingkat lebih anyar.
Kemarin sempat minta dek Eya isi Murottal dan nasyid. And, dengar nasyid deh aku sekarang. Bahagianyaaaa................
Kasihan ya aku, dengar nasyid aja kayak dapat durian runtuh. Gimana nggak gitu, sejak di Ambon belum pernah dengar nasyid. Saya gak tau orang jualan kaset nasyid dimana. Di Piru (tempat tugas), juga gak ada tape buat setel murottal. Lampunya saja cuma nyala kalo malam. MP3nya caca sih ada, tapi gak bisa masukin nasyid. Secara di Piru daerah merah, ya jelas gak ada lah. ada juga lagu jrang jreng. Kasihan kan..
Sebenarnya ini bukan cuma masalah nasyidnya (nasyidnya cuma 4), tapi suasananya itu lho. Serasa ada di kamar kost, ngerjain tugas kuliah, bahan ngajar, tugas dakwah atau sekedar baca-baca artikel dari internet sambil denger Winamp. Kostku.... Lagi-lagi kangen kost kumat.
Kamarnya emang kecil tapi nyaman. Tempatku melepas penat sepulang beraktivitas. Waktu packing buat pulang, heran juga kamar sekecil itu, begitu banyak yang bisa diisi. Di kamar kecil itulah, banyak hal besar tercipta. Banyak tugas dakwah selesai dari kamar itu. Banyak ide dakwah muncul setelah berbagi dengan akhwat-akhwatku, juga di kamar itu. Kamar mungil, bahkan tak ada tempat yang cukup luas untuk baring di lantai karena penuh dengan rak buku yang berjejer.
Di kamar itu pula, segala kenangan tercipta :
1. Sekedar baring sambil mendengarkan alunan murottal atau nasyid dari winamp setelah makan nasi tempe penyet samping warung Ridhoni.
2. Baring sambil baca ditemani adek-adek kost yang nebeng bikin tugas, baca artikel2 di folder2 bergizi atau sekedar maen game
3. Rame-rame sama anak2 kost nonton teve dan masing2 cari pewe, tumpang tindih gak karuan sambil santap es kacang ijo atau es teler dari warung Bratang yang mas-nya girang sangat kalo ada cewek cakep masuk pesan bakso (jelas, kami bukan salah satunya)
4. Matiin lampu, tutup gorden jendela, ciptain suasana bioskop di kamar, nonton film bergizi sambil makan cemilan yang dibeli di Minimarket Handayani seberang jalan. Kadang film-nya harus di-pause kalo salah seorang ada yang terima telpon dan yang lainnya ganti posisi cari pewe yang lain
5. Terbaring sakit dan teman2 berjejalan di kamar jengukin, makan nasi rawon yang dibawa mereka beli dari Warung sederhana gang sebelah, sambil ngobrol dan bikin aku senyum lagi
Satu sms masuk dari seorang teman kost yang juga sudah pulang ke rumahnya di Nganjuk
"Setetes ilmu membuat qta pandai,
Setitik kasih membuat qta sayang,
Seucap janji membuat qta percaya,
Sekecil luka membuat qta kecewa,
Tapi pertemuan dengan sampeyan, selamanya kan selalu bermakna. Miss you"
Ukhuwah ini, indahnya...
Dek LIna-ku, Mbak Eby juga kangen
Akhirnya MP3-ku kembali. MP3 yang diservis sejak Desember 2006, dan diambil Caca yang kebetulan lagi ke Surabaya, akhirnya nyampe juga ke tanganku. Kayaknya bukan MP3-ku deh, pasti sudah diganti sama yang baru, setingkat lebih anyar.
Kemarin sempat minta dek Eya isi Murottal dan nasyid. And, dengar nasyid deh aku sekarang. Bahagianyaaaa................
Kasihan ya aku, dengar nasyid aja kayak dapat durian runtuh. Gimana nggak gitu, sejak di Ambon belum pernah dengar nasyid. Saya gak tau orang jualan kaset nasyid dimana. Di Piru (tempat tugas), juga gak ada tape buat setel murottal. Lampunya saja cuma nyala kalo malam. MP3nya caca sih ada, tapi gak bisa masukin nasyid. Secara di Piru daerah merah, ya jelas gak ada lah. ada juga lagu jrang jreng. Kasihan kan..
Sebenarnya ini bukan cuma masalah nasyidnya (nasyidnya cuma 4), tapi suasananya itu lho. Serasa ada di kamar kost, ngerjain tugas kuliah, bahan ngajar, tugas dakwah atau sekedar baca-baca artikel dari internet sambil denger Winamp. Kostku.... Lagi-lagi kangen kost kumat.
Kamarnya emang kecil tapi nyaman. Tempatku melepas penat sepulang beraktivitas. Waktu packing buat pulang, heran juga kamar sekecil itu, begitu banyak yang bisa diisi. Di kamar kecil itulah, banyak hal besar tercipta. Banyak tugas dakwah selesai dari kamar itu. Banyak ide dakwah muncul setelah berbagi dengan akhwat-akhwatku, juga di kamar itu. Kamar mungil, bahkan tak ada tempat yang cukup luas untuk baring di lantai karena penuh dengan rak buku yang berjejer.
Di kamar itu pula, segala kenangan tercipta :
1. Sekedar baring sambil mendengarkan alunan murottal atau nasyid dari winamp setelah makan nasi tempe penyet samping warung Ridhoni.
2. Baring sambil baca ditemani adek-adek kost yang nebeng bikin tugas, baca artikel2 di folder2 bergizi atau sekedar maen game
3. Rame-rame sama anak2 kost nonton teve dan masing2 cari pewe, tumpang tindih gak karuan sambil santap es kacang ijo atau es teler dari warung Bratang yang mas-nya girang sangat kalo ada cewek cakep masuk pesan bakso (jelas, kami bukan salah satunya)
4. Matiin lampu, tutup gorden jendela, ciptain suasana bioskop di kamar, nonton film bergizi sambil makan cemilan yang dibeli di Minimarket Handayani seberang jalan. Kadang film-nya harus di-pause kalo salah seorang ada yang terima telpon dan yang lainnya ganti posisi cari pewe yang lain
5. Terbaring sakit dan teman2 berjejalan di kamar jengukin, makan nasi rawon yang dibawa mereka beli dari Warung sederhana gang sebelah, sambil ngobrol dan bikin aku senyum lagi
Satu sms masuk dari seorang teman kost yang juga sudah pulang ke rumahnya di Nganjuk
"Setetes ilmu membuat qta pandai,
Setitik kasih membuat qta sayang,
Seucap janji membuat qta percaya,
Sekecil luka membuat qta kecewa,
Tapi pertemuan dengan sampeyan, selamanya kan selalu bermakna. Miss you"
Ukhuwah ini, indahnya...
Dek LIna-ku, Mbak Eby juga kangen
Sunday, July 01, 2007
Back to Work, OMG
Finally, matahari muncul di langit kota Ambon. Setelah beberapa hari, akhirnya bisa juga liat birunya langit. Sayang, gak sempat diabadikan. Berhubung hari ini gak hujan, jadi round and round the city kudu dan wajib plus mengunjungi rumah sodara-sodara. Apalagi besok sudah mau balik ke Piru.
OMG, Piru lagi? So sad but must. Ninggalin lagi hangatnya kasur empuk di kamar tercinta, ninggalin lagi nyantai dan bebas mau ngapain aja di home sweet home. Kembali ke rutinitas.
Harus ya? Ugh, however, ini tanggung jawab man. Tugas, so tetap mesti berangkat suka atau gak suka. Kembali ke ritual delapan pagi ke tiga sore. Kembali lagi depan layar monitor berteman kertas-kertas. Kembali ke ruangan 5X6 (maybe) bersama rekan2 tercinta. Kembali lagi menjalani hari-hari yang sudah saya tinggal seminggu.
Okay, i have some energy to do that. Full batere nih buat menjalani hari-hari itu. Lagi dan lagi, perulangan waktu, perulangan ritual tapi yang jelas selalu ada "sesuatu" setiap harinya. At least, di sana ada proyek berinvestasi akhirat memanggil. Brother and sista, i always waiting for our plan. Cant you imagine we will do "fastabiqul khairat" di medan yang luar biasa itu? I am waiting
Ps : Tadi pagi telpon Caca yang lagi di Surabaya, katanya masih tidur. Oh God, jadi kangen sama kamar kos saya itu. Enaknya mengurung diri setelah beraktivitas dalam kamar kos yang kecil tapi semua ada. Hehehe
OMG, Piru lagi? So sad but must. Ninggalin lagi hangatnya kasur empuk di kamar tercinta, ninggalin lagi nyantai dan bebas mau ngapain aja di home sweet home. Kembali ke rutinitas.
Harus ya? Ugh, however, ini tanggung jawab man. Tugas, so tetap mesti berangkat suka atau gak suka. Kembali ke ritual delapan pagi ke tiga sore. Kembali lagi depan layar monitor berteman kertas-kertas. Kembali ke ruangan 5X6 (maybe) bersama rekan2 tercinta. Kembali lagi menjalani hari-hari yang sudah saya tinggal seminggu.
Okay, i have some energy to do that. Full batere nih buat menjalani hari-hari itu. Lagi dan lagi, perulangan waktu, perulangan ritual tapi yang jelas selalu ada "sesuatu" setiap harinya. At least, di sana ada proyek berinvestasi akhirat memanggil. Brother and sista, i always waiting for our plan. Cant you imagine we will do "fastabiqul khairat" di medan yang luar biasa itu? I am waiting
Ps : Tadi pagi telpon Caca yang lagi di Surabaya, katanya masih tidur. Oh God, jadi kangen sama kamar kos saya itu. Enaknya mengurung diri setelah beraktivitas dalam kamar kos yang kecil tapi semua ada. Hehehe
Saturday, June 30, 2007
Cahaya yang Tersisa
Bismillahirrahmanirrahim....
Berada di antara dua pihak yang berseteru, dan dua-duanya adalah orang yang kau sayang, adalah hal yang tentu tak pernah kau inginkan. Sementara kau punya prinsip bahwa kesalahan pun pasti ada alasannya, dan perlu didengar sebelum menghakimi. Situasi yang sangat tidak menyenangkan kala kau tahu seseorang di dekatmu terluka, jatuh, terhempas dan kau tak bisa apa-apa. Saking bingungnya, kau malah memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tahu. Lama kelamaan kau akan sadar bahwa kau salah dengan diam. Salah besar ketika kau memilih menjauh dan membiarkan kehancuran sedikit demi sedikit tercipta tanpa ada sedikitpun usaha mencegahnya.
Menjemukan, ingin berlari tapi tak bisa. Ingin tinggal tapi tak kuat. Hingga air mata yang kau lihat membuatmu merasa bahwa paling tidak ada telinga yang bisa kau berikan untuk mendengarnya menumpahkan kata demi kata. mengeja setiap bulir air mata yang kau lihat dan tak kuasa ingin merengkuh dalam peluk.
Saat itu pula kau sadar, kau telah kehilangan satu cahaya. Sesuatu yang tadinya bintang kini berganti debu. Harapmu tentang sebuah figur luluh lantak terinjak kepingan hati yang terurai burai pecah tak bersisa. Padahal jalanmu masih panjang, tapi tongkatmu tinggal satu. Terpincang-pincang kau kini dengan satu tekad, cahaya yang tersisa ini tak akan kau biarkan redup apalagi padam.
Kebanggaan musnah berganti hina
Bintang itu kini telah menjadi debu
Cahaya hilang, redup kemudian padam
Satu cahaya yang tersisa,
Tak akan kau biarkan mati
Biarlah kini ia melemah
Tapi ia kuat, tegar
Dan ia tak akan padam
Selama kau ada, selama kau menjadi bahan bakarnya
Sebuah cahaya yang tersisa
Kini kau genggam erat
Erat.....
Berada di antara dua pihak yang berseteru, dan dua-duanya adalah orang yang kau sayang, adalah hal yang tentu tak pernah kau inginkan. Sementara kau punya prinsip bahwa kesalahan pun pasti ada alasannya, dan perlu didengar sebelum menghakimi. Situasi yang sangat tidak menyenangkan kala kau tahu seseorang di dekatmu terluka, jatuh, terhempas dan kau tak bisa apa-apa. Saking bingungnya, kau malah memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tahu. Lama kelamaan kau akan sadar bahwa kau salah dengan diam. Salah besar ketika kau memilih menjauh dan membiarkan kehancuran sedikit demi sedikit tercipta tanpa ada sedikitpun usaha mencegahnya.
Menjemukan, ingin berlari tapi tak bisa. Ingin tinggal tapi tak kuat. Hingga air mata yang kau lihat membuatmu merasa bahwa paling tidak ada telinga yang bisa kau berikan untuk mendengarnya menumpahkan kata demi kata. mengeja setiap bulir air mata yang kau lihat dan tak kuasa ingin merengkuh dalam peluk.
Saat itu pula kau sadar, kau telah kehilangan satu cahaya. Sesuatu yang tadinya bintang kini berganti debu. Harapmu tentang sebuah figur luluh lantak terinjak kepingan hati yang terurai burai pecah tak bersisa. Padahal jalanmu masih panjang, tapi tongkatmu tinggal satu. Terpincang-pincang kau kini dengan satu tekad, cahaya yang tersisa ini tak akan kau biarkan redup apalagi padam.
Kebanggaan musnah berganti hina
Bintang itu kini telah menjadi debu
Cahaya hilang, redup kemudian padam
Satu cahaya yang tersisa,
Tak akan kau biarkan mati
Biarlah kini ia melemah
Tapi ia kuat, tegar
Dan ia tak akan padam
Selama kau ada, selama kau menjadi bahan bakarnya
Sebuah cahaya yang tersisa
Kini kau genggam erat
Erat.....
Friday, June 29, 2007
Hujan 4 hari = Rahmat 4 hari
Matahari sudah 4 hari ini gak nongol di langit kota Ambon. Hujan gak berenti-berenti. Jadinya gak bisa kemana2. Di rumah jadinya makan, tidur, nonton teve, baca, sampe akhirnya ganti dekorasi kamarku dan kamarnya dek Uni.
Males kemana-mana padahal lagi ada event nasional di Ambon, cuma gak mood buat kesana. Apalagi di pameran tuh ada stand-nya kabupaten. Sungkan aja muncul disitu, berarti gak ngantor dong.
Sabtu pulang kantor kemarin, pulang ke Ambon dan rencananya Senin kemarin balik. Berhubung kata orang kantor, di kantor malah sepi jadi ya ditunda aja selasa. Selasa pagi malah dapat sms dari orang kantor kalo kantor sepi dan nyaranin Ahad aja balik dan masuk kantor Senin. Ya sudah, saya sih senang-senang aja. Dan sekarang, jadi deh saya gak ngantor seminggu.
Malam rabu kemarin ke Pameran, agak sembunyi-sembunyi juga pas lewat depan Stan yang lagi dijaga teman kantor. tetap aja ketauan, secara papa malah masuk ke stand itu dan saya gak mungkin jauh-jauh. Akhirnya senyum tak berdosa saya lemparkan, swing. Ditangkap sama dia dan bertanya "Sama siapa?". Masih senyum tak berdosa campur sungkan "Sama Papa".
Benar2 gak ada matahari. Dingin, rumah serasa di Villa-villa gitu. Biar kata sudah selimutan tebal, tetap aja gemetar kedinginan. Ini gambar2 yang saya ambil dari teras atas rumah. Keliatan banget di gambar, cuaca kota Ambon yang berkabut. Apalagi saya di daerah pegunungan, tambah dekat dengan kabut.
Ada kabar, pawang hujan didatangin supaya gak hujan karena RI 1 mau datang. Tapi, mau gimana? Mau kata pawang hujan tercanggih juga, yang punya hujan kan Allah, gak ada tandingannya. Jadi, nikmatin aja hujan2 gini. Makan mie kuah panas-panas, pedes sudah itu tidur. Bangun goreng kasbi (ubi), pake sambel yang enak. Top abis deh. Hujan itu rahmat lagi. Jadi kalo 4 hari hujan terus, berarti rahmatnya terus juga mengalir. Jadi males balik ke Piru, tapi tanggung jawab harus dijalanin. Seminggu cukup-lah untuk menyenangkan diri setelah minggu kemarin sempat lembur sampe jam 3 pagi.
Hujan, saya senang hujan. Gambar atas ini diambil dari atap seng di luar kamar tempat biasanya berkontemplasi. Lompat dari jendela kamar, duduk di atap seng, angin dingin kena tubuh, makan mie kuah panas, titik2 air malu-malu menyentuh wajah, liat pemandangan yang indah sambil dengar murottal-nya Mishari Rasyid. Subhanallah....
Monday, June 25, 2007
Tidak PENTING!!!
Belakangan saya belajar untuk tidak peduli pada hal-hal yang bikin saya lupa waktu, yang bikin saya menghabiskan waktu dan mencurahkan perhatian pada sesuatu yang tidak penting. Benar-benar tidak ada untungnya. Kenapa juga ya baru sadar sekarang? At least, kesadaran itu datang.
Saya gak perlu dan gak boleh musingin sesuatu yang belum tentu saya miliki. Kalau nanti gak dapat, gimana? Lagian apa untungnya sih ikut nafsu setan, duniawi yang jelas tak akan memberi saya apa-apa. Suatu saat, gak perlu saya pusingin kapan, Allah lebih tahu. Saya capek juga.
Sedikit khawatir tapi saya tak ingin berlarut-larut. Allah tahu, itu saja. Semua sudah kuserahkan. Mengenai pekerjaan, Mr Head Office sudah bicara banyak. Ada benarnya juga sih yang beliau bicarakan. Entahlah, keputusan belum saya buat. Saya masih ingin mempelajari situasinya. Saya hanya ingin berada di tempat yang memang membutuhkan. I just wanna give the best of me.
Ps : Dora is nothing, nothing and nothing.
Saya gak perlu dan gak boleh musingin sesuatu yang belum tentu saya miliki. Kalau nanti gak dapat, gimana? Lagian apa untungnya sih ikut nafsu setan, duniawi yang jelas tak akan memberi saya apa-apa. Suatu saat, gak perlu saya pusingin kapan, Allah lebih tahu. Saya capek juga.
Sedikit khawatir tapi saya tak ingin berlarut-larut. Allah tahu, itu saja. Semua sudah kuserahkan. Mengenai pekerjaan, Mr Head Office sudah bicara banyak. Ada benarnya juga sih yang beliau bicarakan. Entahlah, keputusan belum saya buat. Saya masih ingin mempelajari situasinya. Saya hanya ingin berada di tempat yang memang membutuhkan. I just wanna give the best of me.
Ps : Dora is nothing, nothing and nothing.
Catatan Sudut Aula usai Penelitian
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia akan belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia akan belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menebukan cinta
(Dorothy Law Nolte)
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia akan belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia akan belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menebukan cinta
(Dorothy Law Nolte)
Sunday, June 24, 2007
Kagak Jadi..
Assalamu'alaikum....
Harus kukubur impianku ke Surabaya dalam waktu dekat ini. Padahal sudah sedemikian matangnya persiapan ke Surabaya paling tidak pekan depan. Tapi Allah jua-lah berkehendak. Padahal juga, saya sudah sampai mimpi ada di Surabaya. Sudah banyak yang terpikirkan untuk dikerjakan, tempat yang akan dikunjungi, semua hal yang harus saya wujudkan di Surabaya. Tapi, harus kukubur sementara impian itu.
Saya ditanya, "Eby marah? Eby kecewa?"
Gak tau harus jawab apa. Marah? Tidak sepertinya. Kecewa? sedikit mungkin. Secara saya gak mungkin marah pada hal yang tak bisa saya kendalikan. Memang gak boleh karena gak akan bikin saya tiba2 ada di Surabaya.
Kini, kembali saya harus menimbun lagi harapan dan usaha bahwa suatu saat saya ada kesempatan, dimudahkan Allah untuk ke sana menyelesaikan segala yang tertunda.
Ps : Something empty. Allah, please show me
Harus kukubur impianku ke Surabaya dalam waktu dekat ini. Padahal sudah sedemikian matangnya persiapan ke Surabaya paling tidak pekan depan. Tapi Allah jua-lah berkehendak. Padahal juga, saya sudah sampai mimpi ada di Surabaya. Sudah banyak yang terpikirkan untuk dikerjakan, tempat yang akan dikunjungi, semua hal yang harus saya wujudkan di Surabaya. Tapi, harus kukubur sementara impian itu.
Saya ditanya, "Eby marah? Eby kecewa?"
Gak tau harus jawab apa. Marah? Tidak sepertinya. Kecewa? sedikit mungkin. Secara saya gak mungkin marah pada hal yang tak bisa saya kendalikan. Memang gak boleh karena gak akan bikin saya tiba2 ada di Surabaya.
Kini, kembali saya harus menimbun lagi harapan dan usaha bahwa suatu saat saya ada kesempatan, dimudahkan Allah untuk ke sana menyelesaikan segala yang tertunda.
Ps : Something empty. Allah, please show me
Tuesday, June 19, 2007
Tafakkur..
Berbekallah ketakwaan
Kamu tak tahu saat malam berlalu
Adakah ia menyisakan umur bagimu,
hingga fajar datang menjelang
Berapa banyak orang yang sehat,
Meninggal tanpa ada penyakit
Berapa banyak orang yang sakit
Hidup lama sepanjang hayat
Berapa banyak anak-anak belia memotong perjalanan umurnya
Jasad mereka terlanjur lelap di kuburnya yang hitam dan gelap
Berapa banyak muda mati
Pagi bercanda, sore bersenang hati
Tiada pengetahuan yang terpaut
Kain kafannya sedang dirajut
Kamu tak tahu saat malam berlalu
Adakah ia menyisakan umur bagimu,
hingga fajar datang menjelang
Berapa banyak orang yang sehat,
Meninggal tanpa ada penyakit
Berapa banyak orang yang sakit
Hidup lama sepanjang hayat
Berapa banyak anak-anak belia memotong perjalanan umurnya
Jasad mereka terlanjur lelap di kuburnya yang hitam dan gelap
Berapa banyak muda mati
Pagi bercanda, sore bersenang hati
Tiada pengetahuan yang terpaut
Kain kafannya sedang dirajut
Monday, June 18, 2007
Di tangan, bukan di hati
Minggu-minggu terakhir adalah minggu yang menegangkan di lingkungan tempat kerja saya. Disiplin tiba-tiba saja jadi topik menarik di setiap ruang. Lepas dari kantor pun begitu. Di warung saat istirahat makan siang, di perjalanan pulang, bahkan saat bertamu malam-malam pun, orang2 ramai membicarakan soal kedisiplinan yang lagi galak-galaknya diterapkan. Sayangnya, begitu banyak suara tentang itu. Masing2 dengan pendapatnya. Ada yang bilang gak mesti kayak gitu-lah, ada yang bilang itu cuma sementara aja, ada yang pro, ada juga yang apatis. Tak tahulah saya. Saya di pihak yang tidak mau berkomentar. Saya tidak dirugikan dengan peraturan yang memang agak menyusahkan. Tapi saya pikir, dengan ngomel2 gak suka atau kencang bilang suka juga kayaknya gak ada efeknya.
Ada hal lain yang lebih penting di balik itu. Bahwa seperti apapun gebrakan yang ingin dibuat, haruslah tetap punya timbang rasa dengan orang lain. Saya salut dengan Pak W. Bagaimanapun, ia di pihak yang didzholimi. Dilihat dari kacamata manapun, kacamata siapapun, Pak W didzholimi. Tapi coba liat bagaimana Pak W sekarang. Ia tak pernah kehilangan senyumnya. Ia tak pernah terlihat bersedih.
Teman2 yang seruangan sama Pak W cerita kalo Pak W pernah keluar dari ruangannya, gabung sama para staf dan bilang "Ternyata enak juga ya duduk-duduk seperti kalian". Tetangga Pak W juga cerita kalo di rumah Pak W terlihat lebih santai, beliau tidur lebih nyenyak, tidak seperti dulu.
Salut saya makin tambah, ketika kedzholiman itu ia terima di depan seluruh staf-nya. Ia masih bisa tersenyum. Ia masih sempat berkelakar usai itu. Bahkan sempat mengerjai salah satu temannya.
Sungguh, pribadi yang luar biasa. Pribadi yang meletakkan kekuasaan di tangan bukan di hati. Sehingga ketika tidak ada, semuanya baik2 saja. Hatinya tetap tenang, tak ada perubahan bahkan masih menunjukkan dedikasi yang luar biasa pada tugasnya.
Tak heran bila pak T pernah bilang "Saya dari dulu suka sama Pak W. Orangnya tenang, gak macam-macam"
Pak, saya perlu belajar banyak nih kayaknya...
Ada hal lain yang lebih penting di balik itu. Bahwa seperti apapun gebrakan yang ingin dibuat, haruslah tetap punya timbang rasa dengan orang lain. Saya salut dengan Pak W. Bagaimanapun, ia di pihak yang didzholimi. Dilihat dari kacamata manapun, kacamata siapapun, Pak W didzholimi. Tapi coba liat bagaimana Pak W sekarang. Ia tak pernah kehilangan senyumnya. Ia tak pernah terlihat bersedih.
Teman2 yang seruangan sama Pak W cerita kalo Pak W pernah keluar dari ruangannya, gabung sama para staf dan bilang "Ternyata enak juga ya duduk-duduk seperti kalian". Tetangga Pak W juga cerita kalo di rumah Pak W terlihat lebih santai, beliau tidur lebih nyenyak, tidak seperti dulu.
Salut saya makin tambah, ketika kedzholiman itu ia terima di depan seluruh staf-nya. Ia masih bisa tersenyum. Ia masih sempat berkelakar usai itu. Bahkan sempat mengerjai salah satu temannya.
Sungguh, pribadi yang luar biasa. Pribadi yang meletakkan kekuasaan di tangan bukan di hati. Sehingga ketika tidak ada, semuanya baik2 saja. Hatinya tetap tenang, tak ada perubahan bahkan masih menunjukkan dedikasi yang luar biasa pada tugasnya.
Tak heran bila pak T pernah bilang "Saya dari dulu suka sama Pak W. Orangnya tenang, gak macam-macam"
Pak, saya perlu belajar banyak nih kayaknya...
Sahabatku dari Surga
Tit..tit...
di kotak masuk, tertera ID "KMBI basecamp". Penasaran, apa isi sms dari flexyhome sekretariat KMBI, tombol Yes kutekan dan...
"Assalamu'alaikum. Tetep semangat saudaraku, doa kami menyertaimu. kmbi"
Subhanallah, Allahu Akbar, saya merinding. Begitu singkat, sederhana, tapi sangat dalam. Saya gak tau siapa yang mengirimnya. Secara itu flexyhome sekretariat, so itu bisa siapa saja. Tapi itu gak penting. Karena itu semacam alarm peringatan untuk saya yang saat ini sedang begitu terlena dengan urusan dunia. Urusan kantor yang sepertinya terlalu mbulet, sibuk dengan keresahan akan orang2 yang berebut kekuasaan hingga melupakan tugasnya yang sebenarnya tanpa sadar saya justru tidak berbuat apa-apa, keluhan demi keluhan karena kerjaan yang sepertinya tidak kelar-kelar, lingkungan yang butuh iman kuat, dan masih banyak urusan dunia lainnya.
Sms itu bikin saya termenung, untuk sejenak memalingkan perhatian dari laptop dan tumpukan kertas. Di suatu tempat sana, saudara-saudaraku sedang berjuang. Apa yang aku lakukan disini? Mengapa saya hanya diam, hanya sekedar menentang dalam hati pertanda dangal dan lemahnya iman? Semangat itu, mana , masihkah tersisa? Saudara-saudaraku disana masih mengingatku dan bahkan mendoakanku. Maka, aku tak boleh menyia-nyiakan doa mereka.
KMBI, sebuah komunitas tempat saya lahir, tempat saya tahu kemana sebenarnya seharusnya saya menuju. KMBI, tempat saya bertemu dengan saudara2 yang luar biasa. Belajar tentang kesabaran, tentang istiqomah, tentang ukhuwah dan tentang semangat menjalani hidup.
Saya pernah membaca sebuah kisah berjudul :Sahabat dari Surga".
Bagi saya, mereka-lah sahabat-sahabatku dari Surga. Mereka-lah yang dikirim Allah untukku, mengajari dan menunjukkanku jalan ke surga. Kini, kami begitu jauh. Tapi semoga perjalanan kami bertemu di satu titik, surga.
Karena kami adalah Sahabat dari Surga
di kotak masuk, tertera ID "KMBI basecamp". Penasaran, apa isi sms dari flexyhome sekretariat KMBI, tombol Yes kutekan dan...
"Assalamu'alaikum. Tetep semangat saudaraku, doa kami menyertaimu. kmbi"
Subhanallah, Allahu Akbar, saya merinding. Begitu singkat, sederhana, tapi sangat dalam. Saya gak tau siapa yang mengirimnya. Secara itu flexyhome sekretariat, so itu bisa siapa saja. Tapi itu gak penting. Karena itu semacam alarm peringatan untuk saya yang saat ini sedang begitu terlena dengan urusan dunia. Urusan kantor yang sepertinya terlalu mbulet, sibuk dengan keresahan akan orang2 yang berebut kekuasaan hingga melupakan tugasnya yang sebenarnya tanpa sadar saya justru tidak berbuat apa-apa, keluhan demi keluhan karena kerjaan yang sepertinya tidak kelar-kelar, lingkungan yang butuh iman kuat, dan masih banyak urusan dunia lainnya.
Sms itu bikin saya termenung, untuk sejenak memalingkan perhatian dari laptop dan tumpukan kertas. Di suatu tempat sana, saudara-saudaraku sedang berjuang. Apa yang aku lakukan disini? Mengapa saya hanya diam, hanya sekedar menentang dalam hati pertanda dangal dan lemahnya iman? Semangat itu, mana , masihkah tersisa? Saudara-saudaraku disana masih mengingatku dan bahkan mendoakanku. Maka, aku tak boleh menyia-nyiakan doa mereka.
KMBI, sebuah komunitas tempat saya lahir, tempat saya tahu kemana sebenarnya seharusnya saya menuju. KMBI, tempat saya bertemu dengan saudara2 yang luar biasa. Belajar tentang kesabaran, tentang istiqomah, tentang ukhuwah dan tentang semangat menjalani hidup.
Saya pernah membaca sebuah kisah berjudul :Sahabat dari Surga".
Bagi saya, mereka-lah sahabat-sahabatku dari Surga. Mereka-lah yang dikirim Allah untukku, mengajari dan menunjukkanku jalan ke surga. Kini, kami begitu jauh. Tapi semoga perjalanan kami bertemu di satu titik, surga.
Karena kami adalah Sahabat dari Surga
Subscribe to:
Posts (Atom)